Home / Horor / Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain / Jalan Pulang atau Jebakan Baru

Share

Jalan Pulang atau Jebakan Baru

Author: Kelaras ijo
last update Huling Na-update: 2025-06-06 20:43:07

Kabut menghilang perlahan.

Akar-akar hitam yang sebelumnya melilit tubuh Arga meleleh menjadi cairan pekat dan menyerap kembali ke tanah. Tubuh makhluk itu mencair seperti lilin yang terbakar—melesak ke dalam retakan tanah yang menutup perlahan, seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Arga terduduk, napasnya terengah.

Rino berlari menghampiri, wajahnya pucat, tubuhnya penuh luka lecet dan tanah.

> “Lu… sadar juga akhirnya,” kata Rino, menepuk bahu sahabatnya.

Arga menatapnya lekat-lekat.

Dan untuk memastikan… dia menancapkan ujung ranting ke kaki Rino.

> “AU! Gila lu, kenapa nusuk gua?!”

Arga tersenyum lega.

> “Oke, lu beneran Rino…”

Keduanya berdiri.

Sekeliling mereka berubah.

Bangunan aneh itu hancur—menjadi reruntuhan batu tua. Langit yang tadinya merah darah kini berangsur kelabu.

Dan… suara itu menghilang. Suara lirih, bisikan, desahan… lenyap.

Yang tersisa hanya suara angin dan desir pepohonan.

> “Bro… kita keluar dari tempat itu?”

“Gue gak yakin. Tapi… kayaknya bukan kota itu lagi.”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Jejak yang Terkubur

    Malam itu, langkah Arga dan Ki Kromo menembus kabut pekat yang menyelimuti jalan setapak di belakang rumah. Mereka tidak bicara banyak. Di tangan Ki Kromo, sebuah lentera tua berayun perlahan, cahayanya gemetar diterpa angin.> "Jangan banyak tanya dulu, Le," kata Ki Kromo pelan. "Kita hampir sampai."Arga hanya mengangguk. Di dalam dadanya, kalung Rino kembali hangat. Sejak mimpi terakhir itu, ia merasa ada sesuatu yang mengikuti… atau menuntunnya.Hingga mereka tiba di sebuah lahan yang aneh—seperti hutan kecil yang tak tersentuh manusia. Pohon-pohon besar tumbuh rapat, akar-akar mereka menggumpal seperti tali hidup yang menjerat tanah.Di tengahnya, ada batu besar berlumut. Ki Kromo menunjuk ke situ.> "Dulu tempat ini dikeramatkan, tapi orang lupa. Mereka pikir Curug Kembar cuma tempat wisata, padahal di sinilah mulutnya."Arga mendekat pelan. Udara di sekeliling berubah—lebih dingin, lebih sunyi, seperti masuk ke dunia yang tak ada waktu.> "Batu itu," kata Ki Kromo, "adalah sege

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Warisan yang Terlupakan

    Langit sudah kelam saat makhluk bertanduk itu berdiri tegak di hadapan Arga. Kabut menggantung di sekitar kaki mereka, dan udara terasa lebih berat dari biasanya. Arga mencoba bicara, tapi suara tercekat di tenggorokannya. Makhluk itu melangkah lebih dekat, lalu berhenti hanya beberapa langkah darinya. > “Curug Kembar bukan milik dunia manusia. Tempat itu... adalah gerbang.” Arga menelan ludah. "Gerbang ke... mana?" > “Ke dunia yang pernah dilupakan. Dunia yang terbelah saat keserakahan dan ketakutan manusia memuncaknya.” Makhluk itu mengangkat tangannya. Kabut di sekeliling perlahan membuka, memperlihatkan bayangan samar: dua dunia yang hidup berdampingan tapi tak pernah bersentuhan. Yang satu terang dan damai, yang satunya gelap dan penuh jeritan. > “Kalian membukanya. Dan kini, keseimbangan hancur.” Arga menggeleng. “Kami... nggak tahu. Kami cuma—” > “Rino menutupnya dengan jiwanya. Tapi itu tak akan cukup lama.” Kalung di leher Arga kembali berdenyut. Kali ini lebih cepa

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Tanpa Nama, Tanpa Cerita

    Pagi itu, desa masih seperti biasa. Matahari bersinar, ayam berkokok, dan warga lalu-lalang membawa hasil kebun. Tapi bagi Arga, semuanya terasa asing. Terlalu damai, setelah malam penuh teror.Setelah sarapan, Arga duduk di serambi rumah nenek. Kalung Rino ia simpan dalam saku, hangat seperti baru dijemur. Ia termenung, memikirkan suara yang ia dengar semalam… dan sosok gelap yang mencoba masuk lewat pintu rumah."Curug Kembar…" gumamnya.Tak ada jawaban. Hanya suara angin menyapu daun.Di siang hari, Arga berkeliling desa. Ia mendatangi tetua-tetua, mencoba mencari tahu asal mula Curug Kembar. Tapi jawaban mereka selalu sama:> “Itu tempat lama. Sejak dulu memang gak pernah ada yang berani ke sana.”> “Curug itu… aneh. Gak masuk peta. Dulu pernah dicoba buat ditandai sama petugas, tapi hilang entah kemana.”> “Gak ada yang tahu, Le. Cuma mitos. Tapi mitos juga kadang benar.”Satu-satunya petunjuk datang dari seorang kakek tua yang tinggal di ujung desa, yang semua orang panggil Mbah

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Malam-malam Sepi yang Membisik

    Sejak malam itu, Arga tak pernah tidur nyenyak. Kalung peninggalan Rino—yang dulu biasa ia anggap sekadar kenang-kenangan—kini terasa seperti denyut kedua di dadanya. Kadang hangat, kadang bergetar pelan. Kadang... berdarah samar.Di rumah neneknya, suasana makin janggal. Ayam-ayam tak pernah berkokok, padahal pagi sudah tinggi. Nenek Arga pun mulai sering bicara sendiri. Katanya, “Pohon itu belum selesai, Ga… banyak yang belum pulang.”Arga diam saja. Matanya makin sayu, tubuhnya makin kurus. Tapi setiap malam, ia tetap tidur sambil menggenggam kalung Rino.Dan setiap malam… Rino memanggilnya dari dalam mimpi.> “Ga… pintunya belum rapet. Masih ada yang bocor…”> “Mereka nyari tubuh. Jangan sampai salah satu keluar…”Sampai suatu malam, Arga memutuskan untuk menulis semua yang ia alami. Ia tulis dengan tangan sendiri, di buku tulis bekas semasa sekolah dulu. Ia takut lupa. Atau lebih buruk: takut kelak ia sendiri tidak bisa membedakan apa yang nyata dan tidak.---Pagi harinya, sebua

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Pintu Terakhir

    Arga terbangun dengan napas memburu. Keringat membasahi pelipis dan lehernya. Tangannya gemetar menggenggam kalung Rino, yang kini menyala redup—seperti ada energi asing yang mengalir dari dalamnya.Ia menoleh pelan ke jendela.Dua ekor burung gagak masih bertengger di batang pohon pisang. Keduanya tidak bergerak, hanya menatap lurus ke arah Arga. Matanya merah menyala dalam gelap malam. Angin dingin masuk dari sela jendela yang sedikit terbuka, membawa suara sayup… seperti bisikan.> “Pintu akan terbuka lagi…”Arga menelan ludah. Ia berdiri pelan, menghampiri jendela. Tapi begitu ia membuka daun jendela lebih lebar, burung gagak itu mengepakkan sayap dan terbang menjauh… meninggalkan bulu hitam yang jatuh ke tanah.Arga mengambil bulu itu dan menggenggamnya. Tiba-tiba, dari dalam kalung Rino, cahaya menyemburat pelan membentuk simbol aneh—seperti dua daun pohon saling bersilang, dikelilingi lingkaran kecil.> “Jagain pintunya…”Kata-kata itu kembali terngiang di kepala Arga, makin je

  • Curug Kembar Pintu Gerbang Dunia Lain   Pulang Tanpa Nisan

    Langit pagi tampak cerah, tapi suasana desa justru suram. Sudah seminggu Arga dan Rino dinyatakan hilang di Curug Kembar, dan pencarian besar-besaran tidak membuahkan hasil. Yang ditemukan hanya pakaian robek dan cincin Rino yang anehnya bersih, padahal sekitarnya berlumpur dan basah.Lalu pagi itu…Seorang warga melihat sosok familiar berjalan pelan dari arah hutan. Langkahnya pelan, matanya kosong, tubuhnya kurus dan lusuh.> “Itu… Arga?”“Gak mungkin… bukannya udah ilang?”“Apa itu arwahnya balik?”---Rumah NenekArga tidak langsung ke rumah ibunya.Ia berjalan lurus melewati gang kecil yang ditumbuhi semak liar, menuju rumah tua berdinding kayu — rumah neneknya, Mbah Sari, yang tinggal sendiri sejak suaminya meninggal.Pintu rumah berderit saat dibuka. Seorang wanita tua duduk di kursi goyang, matanya mulai kabur oleh usia. Tapi saat sosok Arga muncul di ambang pintu, tubuhnya langsung kaku.> “Arga…?”“Nek… ini Arga…”Mbah Sari menangis pelan, memeluk cucunya erat-erat, tapi waj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status