Sejak mendengar nada dering ponsel Amanda yang sama dengan nada dering yang Mona dengar dari dalam mobil berkaca gelap waktu itu, kecurigaan Mona terhadap Amanda memang semakin menjadi-jadi, tapi Mona tidak mau memberi tahu Ardi karena selam itu hanya spekulasi tanpa bukti dia tidak mau mengambil resiko menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Sebenarnya Mona tidak membenci Amanda secara personal, Mona tidak akan membenci seseorang dengan membabi-buta hanya karena alasan pribadinya sendiri. Mona hanya kakak perempuan yang tulus menyayangi adik laki-lakinya, dia juga akan ikut bahagia terhadap apapun yang membuat adiknya bahagia.
Sering kali ipar ingin ikut campur atau saling tidak menyukai bukan karena apa yang sebenarnya benar-benar tulus ikut bahagian atas kebahagiaan keluarganya. Kebanyakan mereka hanya memelihara ketidak senangan pri
YUK VOTE DAN KOMEN YA
Amanda segera menjemput Sisi ke sekolah dan buru-buru membawanya pulang. "Apa Bunda sudah beli kostum kelincinya?"tanya Sisi yang melihat bundanya tidak membawa apa-apa. "Ya, nanti bunda beli." Amanda berusaha tetap tenang, dia hanya ingin segera kembali ke rumah dan berganti pakaian. Sisi terlihat memperhatikan Amanda yang sedang mengemudi dan dari tadi hanya terus menghela napas kemudian menghembuskannya lagi tanpa bicara apa-apa atau minta maaf jika lupa membelikan kostum kelincinya. "Kenapa Bunda memakai baju Ayah?" "Oh, Bunda tadi buru-buru." Ternyata Amanda gugup ketika harus berbohong pada putrinya mengenai hal itu. "Ki
Walaupun Ardi tidak bertanya atau membahas apapun mengenai alat kontrasepsi pria yang dia temukan kemarin, tapi Amanda benar-benar merasa tidak tenang. Nampaknya Amanda juga sedang menuai hasil dari kebohongannya, karena didiamkan seperti ini oleh pria seperti Ardi ternyata jauh lebih menyiksanya. Akhirnya Amanda menelpon Dom untuk coba bicara dan meminta penanguhan. Dom juga langsung mengangkat panggilan Amanda di deringan pertama. "Amanda." "Aku tidak bisa pergi ke tempatmu pekan ini, aku tidak bisa pergi terlalu lama karena Ardi sepertinya mulai curiga." "Apa maksudmu?" "Dia menemukan alat kontrasepsi dari dalam tasku tapi tidak mengatakan apa-apa atau bertanya padaku. Aku ke
"Apa Amanda mengenal Flin Dexter?" tanya Ardi ketika menemui Mona. "Ya, kemarin aku memperkenalkan mereka," Mona mengakui meski agak heran dengan kedatangan Ardi yang tiba-tiba dan langsung menanyakan Flin Dexter. "Kemarin, kapan tepatnya?" Ardi merasa harus memastikan karena kedengarannya memang benar-benar baru kali marin. "Minggu kemarin saat dia ingin bertemu untuk membahas masalah gedung untuk yayasan." Ardi langsung terdiam karena jelas jejak panggilan di ponsel Amanda sudah sejak beberapa bulan lalu. "Memangnya kenapa?" cukup normal jika Mona juga jadi penasaran ingin tahu. "Tidak, tidak ada apa-apa." Ardi buru-buru men
Kadang Amanda sering berkhayal jika saja Amanda memiliki kakak laki-laki atau perempuan mungkin dia bisa bercerita dan membagi bebannya jika sedang seperti ini. Tapi Amanda tidak memiliki siapa-siapa, selama ini satu-satunya sahabat terbaik yang selalu mendengarkannya hanya Ardi. Amanda kembali menghela napas dengan berat jika teringat lagi dengan suaminya. Amanda sudah menciptakan berbagai alsan untuk membohongi Ardi tiga hari ini hanya untuk menemui Dom. "Bunda apa hari ini kita akan ke tempat eyang?" tanya Sisi yang baru selesai mandi dan sarapan dengan pengurusnya. "Ya, sebentar lagi Bunda antar." "Kemari biar bunda benarkan dulu kuncir rambutmu." Amanda memanggil putrinya yang sudah berdiri di pintu. Amanda melepas ikatan ram
Setelah melihat Flin Dexter keluar dari mobilnya sebenarnya Mona sudah langsung ingin memberitahu Ardi dan segera bergegas mencari nomor Ardi di ponselnya, tapi setelah berpikir sebentar Mona justru tiba-tiba mengurungkan niat tersebut. Mona juga tidak bodoh meskipun dia tahu Amanda sudah mengkhianati Ardi tapi dia tidak boleh kalah pintar dari pasangan selingkuh itu. Berurusan dengan pria seperti Flin Dexter tentu bukan main-main, pria itu memiliki kekuasaan dan bisa berbuat apa saja untuk menutupi fakta. Tapi Mona adalah kakak perempuan dari empat adik laki-laki jadi jangan remehkan keberaniannya. Mona tetap keluar dari mobilnya utuk menemui sekretaris dari Flin Dexter. Mona langsung naik ke lantai dua puluh. Sekretaris cantik itu sudah menunggunya untuk menandatangani beberapa berkas atas pengalihan gedung yang kali ini diserahkan pada yayasan. Sementara wanita bersetelan rapi
Dom baru keluar dari bilik kamar mandi ketika melihat Amanda yang baru terisak dan menghapus air matanya buru-buru. "Kau mau ke mana?" tanya Dom melihat Amanda sudah kembali merapikan pakaian dan make-upnya aku harus segera pulang sebentar lagi suamiku datang. Amanda tidak menoleh pada Dom sama sekali dia hanya berusaha fokus ke depan cermin untuk merapikan pakaiannya. Dom mendekat hendak menangkap pinggang Amanda tapi Amanda sudah lebih dulu menghindar membiarkan tangan Dom luput dan cuma mendapatkan udara kosong. Dom samasekali tidak berkomentar, hanya menelan kekecewaannya sendiri. "Aku pulang ...," pamit Amanda sesegera pergi setelah menyambar tas dan kunci mobilnya yang tadi tergeletak di atas meja.
Mona sudah memberi waktu satu minggu untuk Amanda menjelaskan sediri kepada Ardi. Satu minggu untuk memutuskan sendiri hubungannya bersama Ardi sebelum Mona sendiri yang mengambil tindakan. Artinya, apapun itu Mona tetap ingin Amanda berpisah dengan adik laki-lakinya. Terserah bagaiman Amanda menjelaskannya atau akan menutupi aibnya. Sudah satu minggu sejak mona memberi Amanda kesempatan tapi nyatanya Amanda justru tidak melakukan apapun atau berusaha menjelaskan apapun. Amanda sadar dengan konsekuensi yang akan dia tanggung dan tahu meskipun dia menangis dan berlutut di kaki Mona, kakak iparnya itu tetap tidak akan memaafkannya. Amanda sudah tidak memiliki kesempatan utuk menyelamatkan apapun, dia pasrah, benar-benar pasrah ketika memberanikan diri untuk berjalan menghampiri Mona yang sudah menunggunya. "Duduklah, kita harus bi
Dom tidak suka diabaikan karena itu Amanda juga harus membayarnya, membayar rasa kesal yang sekarang juga harus dia tanggung. Setelah membaringkan tubuh Amanda Dom langsung ikut merangkak ke atas kasur untuk melucuti pakaian Amanda. "Panas ... ," rintih Amanda dengan gelisah. "Diam lah biar kulepas pakaianmu." Amanda tidak akan bisa diam, Dom menindih kedua pangkal paha Amanda dengan lutut sementara Dom membuka kancing kemejanya. "Aku tidak mau ...." keluh Amanda menolak untuk dipegang tapi Dom tidak menghiraukannya. "Jangan ...!" Amanda menggeliat ketika Dom malah meremas gumpalan dadanya dengan kencang. "Kau tidak pernah men