Episode 2 (Tumbal Darah)
Begal tersebut baru sempat membuka ikat pinggangku.
Aku merontah, agar tak bisa melepaskan celana."Biadab! Orang seperti kalian tak pantas untuk hidup!" teriakku sambil mengerang penuh amarah.
Mereka tertawa.
Orang yang menduduki kaki dan hampir membuka celana, langsung melihat kearahku.Dia kaget, kala melihat Biyung menampakkan diri."Ha-hantu ...." teriak orang tersebut melepaskan tangannya yang hampir membuka resleting celana.
Dia langsung berdiri dan berlari meninggalkan temannya yang masih memelukku dari belakang.
"Sial, si Edho malah lari." cletuk si jaket hitam.
Aku merasakan, tubuhnya mulai bergetar dan melepaskan tangan kanannya sambil mengelus tengkuk.
Dia berpaling kebelakang dengan perlahan.Nampak sosok perempuan berkulit pucat dengan pakaian bak kerajaan menatapnya begitu tajam.Dia langsung melepaskan tubuhku. Membuatku terbenam di tu
Episode 3 (Kos-an Londo)Semenjak kejadian itu, Andi tak pernah mengantarku.Dia kena marah sama orang tuanya, karena luka yang Andi dapat.Andi di rawat di Rumah Sakit Lyli Medica Center.Tapi, aku tak boleh menjenguknya.Yang membuatku aneh, kenapa perumahan Anggrek Jingga tak ada warganya. Serta, rumah yang Sella tempati rusak parah. Bahkan, ada retakkan tanah yang membelah rumah jadi dua.Perumahan Anggrek Jingga, menjadi perumahan hantu.Tak ada satu orang pun yang berani melewatinya saat malam hari."Ndok, Nenek takut! Masa Kamu pulang kerja jalan kaki? Kan jauh Ndok." ucap Nenek memperingatkan."Gak apa Nek. Lagian, Kila turun sebelum perumahan Anggrek Jingga. Jadi, tak terlalu jauh." jawabku membela diri."Jauhlah Ndok. Hampir setengah jam Kamu jalan kaki. Begini saja, untuk sementara ... Kamu Nge-kos yo?!" pinta Nenek."Tapi, Nek." ucapku terpotong."Jangan hawatir!
Episode 4 (Jimat jari mayit)Hari berikutnya, sehabis pulang dari toko.Aku langsung ke Kos-an dan sampai didepan kamar, ada seorang perempuan.Aku langsung bisa nebak siapa dia! Sosok perempuan dengan wajah suram."Assalamualaikum ...." ucapku berdiri didepan pintu sambil memandangi dia yang tengah membuka lemari."Walaikumsalam ... Kamu teman satu kamarKu?" tanyanya tersenyum. Tapi, senyum penuh kesedihan. Seakan, dia memikul banyak beban."Iya! Kakak kah yang namanya Viola?" tanyaku melangkah masuk."Iya. Kamu siapa?" tanya dia sambil duduk di atas ranjang menatapku."Aku, Kila Kak." jawabku menghampirinya.Aku memandang aneh Kak Vio, seakan ada suatu benda yang dia bawah. Sampai ... Banyak mahluk mengerumuninya.Tapi, aku tak berani bertanya macam-macam. Karena, kita baru kenal!"Kakak, mau pergi lagi?" tanyaku menatapnya."Entahlah ...." jawab Kak Vio membaringkan tubuhnya.
Episode 5 (Genderuwo lantai 2)Alhamdulillah, Kak Vio sudah tak lagi tidur di rumah pacarnya.Dia sudah rajin mengerjakan ibadah dan menyesali perbuatannya.Tapi, semakin lama perutnya semakin membengkak dan tak bisa di tutupin lagi.Dia terpaksa menanggung malu, karena kelima pacarnya tak ada yang mau bertanggung jawab. Mereka saling melempar kesalahan satu sama lain.Akhirnya, Kak Vio hanya bisa pasrah dan berniat membesarkan bayi yang tak berdosa.Kak Vio yakin, suatu hari nanti akan ada seorang lelaki yang menerima dia apa adanya.Lewat tengah malam, Kak Vio sudah tertidur pulas.Tapi, aku tak dapat memejamkan mata, karena mendengar suara desahan seorang wanita dari lantai dua.Keesokan harinya, sebelum berangkat sekolah, aku bertanya pada Kak Mita tentang kejadian semalam,"Kak, apa anak cowok boleh masuk ke Kos-an Kita?" tanyaku membuatnya m
Episode 6 (Penglaris 'Buto Ijo')Kak Vio beberapa bulan terakhir tidak pernah ke kampus lagi.Dia malu, akan cemo'oh teman-temannya yang tahu, kalau Viola hamil.Malam ini, Kak Vio berteriak.Teriakannya membangunkan ku."Astaga, Kak." ucapku kaget, melihat air ketubannya pecah.Aku panik dan memanggil para penghuni Kos. Tapi, tak ada yang membukakan pintu.Entah tidur, atau menghindari Viola.Untungnya, masih ada Kak Mita dan Kak Onah yang membantuku membawa Kak Vio ke rumah sakit.Sampai dirumah sakit, Kak Vio langsung ditangani tim dokter.Aku memilih diam diluar bersama Kak Mita dan Kak Onah.Mataku terbelalak, melihat keramaian rumah sakit.Yup, rumah sakit ini menyimpan hawa yang begitu kuat dan banyak sekali orang datang untuk berobat disini.Sampai-sampai, rumah sakit berlantai dua ini, kamarnya penuh."Aku bingung! Kak Vio akan ditempatkan dimana, setelah proses b
Episode 7 (Mama Kunti)Malam berikutnya aku kembali ke rumah sakit, untuk menemani Kak Vio.Aslinya, aku takut!Bukan takut sosok yang ada di rumah sakit ini. Tapi, takut sama Mas Wahyu, pemilik rumah sakit.Sampai di kamar Kak Vio, dia menyambutku dengan senyuman.Untungnya, si kampret gak ada. Jadi, rasa kesal ku sedikit berkurang."Kak Andi gak kesini?" tanyaku."Enggak! Besok, dia mau mengurus surat pernikahan." jelas Kak Vio yang berasa menusuk dada. Tapi, aku menutupinya dengan senyuman.Sebenarnya, ada satu hal yang bikin aku penasaran.Sosok kuntilanak dengan perut teruai."Bu Vio, Aku periksa dulu ya?" ucap Suster yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.Kak Vio mengangguk sambil tersenyum.Aku memundurkan kursi dan duduk, menatap keduanya dari kejauhan.Setelah Suster memeriksa kondisi Kak Vio, dia melangkah keluar.Tapi, langkahnya aku hentikan."Sus." pa
Episode 8 (Prewangan Banaspati)Malam berikutnya ....Seperti biasa, sepulang kerja aku ke Kosan dulu. Kali saja, malam ini Kak Mita dan Kak Onah bisa menemaniku.Alhamdulillah, tugas mereka berdua sudah selesai dan kita berangkat dengan membawa bantal beserta air minum dan cemilan.Sesampainya di rumah sakit, lagi-lagi tak melihat Kakak brengsek.Mungkin, dia masih sibuk dengan urusannya dan kali ini agak ramai. Karena, kedatangan keluarga Kak Vio.Setelah berbincang-bincang dan lumayan agak lama, beberapa dari mereka pulang. Hanya menyisakan Ayah dan Ibunya saja."Ndok, hati-hati ...! Malam ini akan ada bala' yang mendatangi Rumah Sakit." bisik Pak Gunawan, bapak Viola.Aku hanya menggangguk, sambil menatap ketiga sosok tua yang menyertainya.Bisa dibilang, Pak Gun adalah orang berilmu. Pantas saja Kak Vio sampai percaya dengan hal seperti itu dan menjadikan jari mayit sebagai jimatnya."Oh
Episode 9 (Batu Grandong)"Bagaimana caranya, lepas dari genggaman ini? Apa, Aku harus berbalik, melihatnya?" dalam hati ku bertanya.Aku memberanikan diri untuk berbalik.Tangan kiri orang tersebut langsung di dorongkan ke dada ku.Aku belum sempat melihat wajah perempuan tersebut.Hanya sepintas, tapi tak jelas. Karena tertutup asap hitam yang mengelilinginya."Hihihihiii." dia tertawa dan pergi meninggalkan ku.Aku tertunduk, sakit.Pandanganku memudar. Tapi, masih bisa melihat sesuatu yang menempel di dada.Batu kecil, berisi 3 mahluk berbulu.Semakin lama, batu tersebut makin masuk ke dalam tubuh.Sakitnya bukan main, sampai aku lemas dan tak sadarkan diri."La, Kila ... Bangun!" terdengar suara orang berteriak.Aku membuka mata, perlahan pandangan ku membaik.Ternyata, aku sudah berada di dalam ruangan Kak Vio."Kak, apa yang terjadi dengan Ku?" tanya ku yang ma
Episode 10 (Pembersihan diri)"Ndi, Aku punya permintaan!""Permintaan apa, Bram?""Tur, tolong jelaskan!""Jadi begini, Ndi. Chaca, Adikku ituloh, Dia punya teman sekelas yang tak dia sukai. Namanya, Kila.""Iya, Guntur ... Aku tahu kok sama adik Mu! Terus, mau Mu apa dengan si ... Siapa namanya tadi?""Kila, Andi ... Masih mudah sudah pelupa.""Oh iya, maaf. Soalnya, Aku sambil chat sama Ayu. Mau Mu apa?""Hancurkan hatinya."Andi terdiam sejenak, memandang kearah Guntur dan Bram.Dia memasukan handphonenya ke dalam saku dan lanjut bertanya,"Ada duitnya gak?""Jangan sebut Bram, kalau tak bisa bayar Kamu. Kamu sanggup gak?""It's oke, kalau bayarannya sesuai."Sudah sakit, berasa semakin sakit.Mendengar obrolan mereka, hati ku seakan tersayat.Tak terasa, air mata membasahi pipi.Aku tak menyangka, Andi tega melakukan hal tersebut padaku.