DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 39Pov NADYABagai adegan film, semua yang kusaksikan di layar televisi membuatku merinding. Rumah Mas Haris yang mewah, hangus di bagian dapurnya. Disana, Haris Pradana ditemukan dalam keadaan sekarat, dengan separuh tubuh nyaris dilalap api. Albert, sang pengacara yang menemukan tubuh itu pertama kali. Dia datang bersama serombongan polisi setelah mendapat video call bahwa Haris Pradana dalam percobaan pembunuhan.Dan yang lebih mengerikan dari semua itu adalah, pelakunya, sekaligus pelaku pembunuhan Jenny, adalah seorang wanita mungil dan cantik, yang pernah menangis ketakutan di dalam mobilku. Salma. Sungguh, ini sulit dipercaya.Aku mengusap wajah berkali kali. Jantungku masih berdebar kencang tiada henti. Apalagi mengetahui bahwa Salma, aktor utama semua peristiwa mengerikan ini berhasil kabur dan meloloskan diri. Meski secara pribadi aku tak punya masalah dengannya, tetap saja, aku mempunyai hubungan dengan kasus ini."Kau tidak perlu takut Nak
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 40PoV SALMADua bulan yang lalu"Kenapa wajahmu?" Tanyaku pada Jenny, yang baru mau masuk apartemen dengan wajah tertekuk. Meski aku tahu dengan pasti apa yang membuatnya marah, tentu saja di hadapan semua orang, aku tak bisa menampilkan wajah asliku yang sebenarnya."Kau tahu apa yang terjadi denganku Salma. Jangan banyak basa basi!" Bentaknya.Aku menggeram dalam hati. Dasar perempuan sombong. Padahal kehancuran hidup telah menanti di depan matamu. Aku menyaksikan sendiri dia didemo mahasiswa di kampus dan dilarang menginjakkan kaki di dalamnya. Dan bahkan surat pemecatannya baru saja keluar tadi siang."Hey tenanglah Jen. Tak ada masalah yang tak bisa diatasi." Aku tersenyum, mengeluarkan sebotol anggur dari dalam kantung kertas yang memang sudah kusiapkan. "Kita minum dulu. Kalau kau sudah tenang, kau akan tahu bahwa masalah ini tidaklah begitu besar."Jenny mendengus, menyibak rambut hitam sebahunya yang indah lalu melangkah masuk dan membiarkan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 41Pov NADYA"Sayang, kau lihat siapa?"Aku terkejut mendengar suara Aryan. Tangannya yang hangat kini meraih tanganku yang dihiasi ukiran henna berwarna putih. Dia menggenggamnya dengan lembut."Tanganmu dingin. Kau melihat siapa? Atau hemm… kau gugup menanti malam pertama kita nanti malam?"Aku tersenyum malu mendengar kata-kata Aryan. Jujur saja, kemarin kemarin aku memang memikirkan sedikit tentang hal itu. Tapi kini, sorot mata tajam di balik hodie jaket hitam milik seseorang mengalihkan perhatian ku. Aku yakin dia bukan tamu. Tentu saja, tak ada tamu yang memakai jaket hitam berhodie.Aku kembali menoleh ke tempat dimana sosok itu tadi terlihat berdiri. Dan ternyata dia sudah tak ada. Aku memang mendesah. Ah, mungkin saja aku salah lihat."Aryan, sepertinya tadi aku melihat seseorang di sana. Tapi sekarang sudah nggak ada." Aryan mengikuti arah telunjuk ku. Dia menggeleng, lalu meraih wajahku dengan kedua tangan."Sayang. Berhentilah untuk cema
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 42"Aryan! Berhenti… itu Salma! Cepat telepon polisi!"Aryan terkejut dan tanpa bertanya segera menuruti kata-kata ku. Sementara mobil di depan mulai bergerak. Rupanya wanita di dalam mobil yang kuduga adalah Salma, tidak turun. Entah apa maksudnya berhenti begitu saja. Telepon Aryan tampaknya tidak terhubung sehingga dia meletakkan lagi ponsel di atas dashboard dan melaju."Cepat sedikit Ar…" Keluhku menatap mobil di depanku semakin menjauh.Aryan menyentuh tanganku sebentar."Aku tidak mempertaruhkan keselamatan anak dan istriku. Kita tidak punya masalah dengan Salma dan menangkapnya adalah urusan polisi."Aku menyandarkan tubuh ke jok mendengar kata-kata suamiku yang tak ingin dibantah. Selain itu, aku memang merasakan perutku sedikit kram karena tegang. Di depan, lampu merah menunggu kami, tepat ketika mobil itu baru saja melewatinya. Aku kembali kehilangan jejak."Mau apa dia berhenti di depan penjara? Aku takut dia mencelakai Intan.""Tidak. Dia
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 43Pov NADYALima bulan kemudian.Pagi-pagi, kesibukan telah terasa di dapurku. Hari ini Intan akan bebas. Dia mendapat potongan hukuman satu bulan karena sikapnya yang baik selama dalam tahanan. Aku sangat bersyukur karena jika aku berhitung masa bebasnya dengan kehamilanku, dia baru akan bebas ketika usia kandungan ku sembilan bulan. Padahal itu masa yang sangat rawan karena bagiku bisa lahir kapan saja."Pindang Iga, ikan Nila bakar, sambal terasi, aneka sayuran kukus. Apa lagi Mbak?" Tanya Mbok Asih yang kini membantuku di rumah. Aryan tak tega membiarkan aku mengurus rumah sendirian dengan perutku yang semakin besar. "Tempe tahu bacem ya Mbok. Oh ya sama rujak petis yang seperti kemarin."Aku mengingat masa masa gadis kami yang sering menghabiskan waktu sambil membuat rujak buah. Seandainya saja Intan tak di penjara, tentu dia akan dengan senang hati menemani masa ngidamku yang hampir setiap hari makan rujak. Ah, aku tak perlu menyesalinya. Yang
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 44Aku menangkup tubuh Intan yang lemas, memapahnya agar duduk di atas sofa. Sementara Aryan memungut ponselnya dari atas lantai. Panggilan dari ponsel tersebut telah mati. Dicobanya menghubungi nomor yang baru saja menghubungi Intan. Tapi sepertinya tak tersambung karena Aryan kemudian menurunkan lagi ponsel itu."Papa akan telepon polisi. Jaga Intan dan juga istrimu agar tenang." Ujar Papa pada Aryan.Aryan mengangguk. Dia berjalan ke dapur meminta teh hangat pada Bik Sumi, yang tak tahu apa yang sedang terjadi karena sedang sibuk beres beres. Tak lama, Aryan kembali dengan dua cangkir teh yang diberikannya satu untuk Intan dan satu untukku.Perlahan, setelah menyesap teh itu, rona wajah Intan yang pucat berangsur merona. Tapi kini, ada airmata membasahi pipinya yang tirus."Aku baru saja bertemu Ayah. Kami bahkan belum pernah menghabiskan waktu bersama sama." Suara Intan getir."In, sebaiknya kau tenang. Kau kan tahu sekarang banyak telepon main ma
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 45"Kamu cantik banget In." Aku berseru melihat sahabatku hari ini. Dia sudah siap memakai setelan blazer berwarna hitam, dengan jilbab merah yang ditata ringkas, khas eksekutif muda. Ditangannya ada laptop keluaran terbaru dan kunci mobil Honda BR-V putih yang juga baru."Aku tidak percaya Ayah sudah mempersiapkan semua ini untukku. Aku… sesungguhnya aku tidak yakin bisa memimpin Rumah Sakit Nadya. Aku bukan dokter, tidak punya pengalaman medis. Aku deg deg an." Ujarnya sambil memegang dada dengan sebelah tangan.Aku tertawa."Kau pasti bisa. Kau salah satu orang paling cerdas yang pernah kukenal. Kau hanya perlu belajar dan menyesuaikan diri. Bukankah Om Riswan sudah menunjuk nama nama yang akan mendampingimu nanti? Staff rumah sakit yang loyal dan jajaran dokter yang kompeten. Dan jangan lupakan Tante Anne, pengacara Ayahmu yang akan mengatur semuanya. Oh, ayolah mana Intan yang percaya diri?"Intan menghela nafas. Dia kemudian berdiri dari sofa ru
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 46PoV SalmaSehari sebelum kematian Riswan SanjayaMalam telah larut sempurna. Aku turun dari mobil yang membawaku dan berhenti sesaat. Membetulkan jaket kulit berwarna hitam yang kupakai sebelum memasuki gerbang pagar sebuah rumah mewah berdesain klasik, yang otomatis terbuka ketika aku memencet sejumlah angka yang ada disampingnya. Begitu aku masuk, pagar kembali tertutup otomatis di belakangku. Sesaat, aku menikmati berjalan di rumah ini, sesekali tanganku yang lembut menyentuh bunga-bunga yang tumbuh subur, hasil sentuhan tangan tukang kebun profesional. Samping kanan dan kirinya adalah halaman luas berumput yang sangat asri. Ada beberapa sangkar berisi hewan melata yang bagi sebagian orang mengerikan, yang lalu kusapa dengan mesra."Hey Bruno, tidur saja kamu." Ujarku pada seekor ular besar berwarna coklat dengan corak batik yang cantik di sekujur tubuhnya.Si Bruno hanya menggeliat sedikit lalu kembali bergelung. Aku kembali menyapa penghuni san