Share

108. Malunya 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-21 14:41:16

Vania menceritakan kejadian tadi. Erlangga tersenyum lebar mendengarnya. Seolah itu hal biasa baginya.

"Mas!" Vania menepuk pahanya gemas. "Jangan tertawa! Aku malu banget tahu, nggak." Pipi Vania masih merona sambil menatap tajam suaminya.

"Tenang, Sayang. Mama pasti ngerti. Itu wajar. Istri pengen tampil cantik buat suaminya. Apanya yang salah?"

"Tapi bukan dipergoki mama mertua gitu kan, Mas," gerutu Vania kesal karena Erlangga tak berhenti tersenyum.

"Jangan terlalu dipikirkan. Anggap saja tadi Mama datang di waktu yang salah. Next time, Mas pasang gembok dobel dari dalam."

Vania akhirnya menghela napas. "Iya, tapi tetap saja aku malu kalau ingat." Lantas ia memandang jam dinding. "Sudah jam dua lebih, kita bersiap pulang. Ini hari terakhir aku jaga malam," ujarnya hendak bangkit, tapi Erlangga menahannya. "Van, Mas belum lihat kamu memakai gaun itu."

"Lain kali saja. Aku sudah malu sekarang. Anterin aku, Mas. Aku masih harus setrika baju. Harus beres-beres karena kamar berantak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
dah nunggu iklan lama Mash mau di gagalin dengn si Vania minta pulng ya er..gak bisa ya er kudu lngsng di eksekusi si Vania.. pak Tirta bener2 tua bangke ya
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
gk usah ngelak pak Tirta.. demi harta kamu rela jebak keponakanmu sendiri.. dasar serakah..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DENDAM LUKA LAMA   142. Saya Suaminya 3

    Erlangga duduk di bangku logam agak jauh dari Bu Endah. Dia sedikit membungkuk dengan kedua siku bertumpu di pahanya. Apa yang ditakutkan ternyata terjadi. Saat seorang perawat keluar ruangan, spontan mereka bertiga berdiri. Erlangga selangkah lebih maju. "Sus, bagaimana dengan pasien yang mengalami pendarahan bernama Vania?"Perawat itu tampak memandangnya heran. Kemudian memperhatikan Pak Setya dan Bu Endah. Gadis berseragam itu tampak bingung. Sepertinya dia juga baru lulus dan bekerja. "Bukankah Bapak dan Ibu ini yang keluarganya pasien?""Saya suaminya pasien!" Erlangga nyaris berteriak karena emosi. Membuat gadis itu terkesiap. "Mohon maaf, masih ditangani dokter, Pak. Silakan ditunggu dulu.""Nah, begini kan enak jawabnya," ujar Erlangga. Perawat itu mengangguk ketakutan. Dengan perasaan takut, ia melangkah pergi."Kamu kasar ya ternyata." Bu Endah berkata sinis sambil menatap tidak suka pada Erlangga."Saya hanya ingin memastikan istri saya baik-baik saja, Bu. Dia dalam tek

  • DENDAM LUKA LAMA   141. Saya Suaminya 2

    "Vania di mana, Mbak?" tanya Erlangga tak sabar karena di dalam sangat sepi. Ia hanya bisa melihat hand bag warna hitam milik istrinya ada di sofa ruang dalam."Barusan pergi, Mas. Saya dengar sepintas kayaknya ke rumah sakit."Erlangga terhenyak. Detak jantungnya meningkat drastis. Untuk apa ke rumah sakit? Prasangka buruk menjejali kepala. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Mbak, kasih saya nomor Pak Setya. Cepat!"Dengan panik Mbak Mar masuk sebentar lalu keluar membawa kartu nama majikannya. "Ini, Mas."Disaat Erlangga menelepon, deringannya terdengar di meja ruang keluarga."Bapak nggak bawa ponselnya, Mas," ujar Mbak Mar."Minta nomernya Ibu, Mbak."Mbak Mar menyebut sederetan angka. Tapi beberapa kali dihubungi, tidak dijawab juga."Saya lihat ke dalam dulu, Mas. Jangan-jangan hapenya Ibu juga nggak dibawa." Mbak Mar masuk dan mencarinya di meja dekat televisi, di meja pojok ruangan, hingga ke kamarnya. Dan benda itu ada di meja rias. Dengan langkah tergesa, Mbak Mar kemba

  • DENDAM LUKA LAMA   140. Saya Suaminya 1

    DENDAM- Saya Suaminya Pak Setya seketika pucat pasi saat Bu Endah kembali duduk di sofa sebelahnya. Sementara Vania merasakan dada berdebar hebat dan perutnya menegang. Ia menarik napas panjang. Jangan sampai terjadi apapun pada anaknya. Kandungannya masih rentan. Meski sempat kalut dengan kehamilannya, tapi Vania tidak pernah terpikirkan untuk menghentikan. "Siapa perempuan yang kalian bicarakan?" Bu Endah memandang antara suami dan anaknya."Mbak Alina, Ma," jawab Vania yang membuat Pak Setya kaget dan semakin tegang. "Siapa Alina?""Kakaknya Sagara," jawab Vania sambil memegangi perutnya yang terasa semakin tidak nyaman. "Kenapa dengan perempuan itu?""Nggak apa-apa," jawab Vania singkat. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada janinnya kalau terlalu terbebani mentalnya. Belum sanggup melihat mamanya hancur. Vania menarik napas panjang beberapa kali.Tidak terbayangkan bagaimana nanti, kalau semua terbongkar hari ini. Sementara mamanya masih terkejut dengan hubungannya bersama Erl

  • DENDAM LUKA LAMA   139. Ketegangan 3

    "Vania, kamu nggak serius, kan?""Vania serius, Bu. Dia memang mengandung." Erlangga yang menjawab.Seketika pecah tangis Bu Endah. Pak Setya merangkulnya erat. Dia tidak menyangka putrinya akan kembali pada Sagara. Begitu optimisnya saat dia bicara dengan suaminya. Vania tidak mungkin akan memberikan kesempatan pada pria yang sudah melukainya."Maafkan aku, Ma." Vania merasa pedih dengan tangisan sang mama.Suasana terasa begitu tegang. Napas-napas terdengar sangat berat. Dan Bu Endah memutuskan untuk tidak melanjutkan percakapan. Untuk menghindari sesuatu yang bisa membuat ruwet keadaan, Vania bicara dengan Erlangga supaya suaminya keluar dulu dari rumah. "Aku tidak mungkin ninggalin kamu," tolak suaminya."Ini rumahku sendiri, Mas. Aku nggak akan kenapa-napa. Kasih waktu aku ngobrol sama Mama."Erlangga terdiam cukup lama. Berat. Vania bisa bilang kalau bakalan aman di rumahnya, tapi bagi Erlangga justru itu berbahaya. "Biar aku tunggu di gazebo atau di mobil kalau kamu tidak ngi

  • DENDAM LUKA LAMA   138. Ketegangan 2

    "Kasih saya kesempatan untuk membuktikan kalau saya sungguh-sungguh ingin menebus kesalahan," ucap Erlangga.Bu Endah menatapnya tajam. "Kamu pikir mudah? Kepercayaan itu sudah mati sejak hari dimana kamu menghilang. Nggak ada lagi yang bisa kamu buktikan."Wanita itu bersedekap, tatapan matanya dingin. Pak Setya diam menahan nafas, tangannya lemas di pangkuan. Ini yang membuat istrinya benar-benar heran. Suaminya tidak seperti ini. Dia selalu menjadi garda terdepan disaat ada lelaki yang datang untuk bertemu putrinya. Namun sekarang terlihat tak punya nyali."Pa, kenapa diam saja, sih?" tegur Bu Endah geram. Wanita yang pembawaannya selalu lemah lembut, kini terlihat begitu murka.Pak Setya menghela napas panjang. Lalu menatap putrinya. "Van," suaranya terdengar berat dan serak. "Katakan dengan jujur. Apa yang sebenarnya sudah terjadi?"Pertanyaan yang pura-pura, padahal Pak Setya sudah tahu semuanya. Vania dan Erlangga mengerti maksud sandiwara ini. Erlangga muak. Tapi demi Vania di

  • DENDAM LUKA LAMA   137. Ketegangan 1

    DENDAM- Ketegangan Bu Endah terbelalak dan terpaku di tempat. Dadanya berdegup hebat dan matanya membulat melihat putrinya datang dengan sosok yang tidak terduga. Baru beberapa jam yang lalu, ia membahasnya dengan sang suami tentang Sagara. Sekarang pria itu muncul di hadapannya bersama anak mereka. Tubuh Bu Endah sampai gemetar. Dia masih ingat tentang perkiraannya, kalau Vania mustahil kembali bersama dengan Sagara. Tapi apa yang sekarang terjadi di hadapannya?"Ma." Vania melangkah mendekat, menunduk dan mencium tangan mamanya. Erlangga ikut mengulurkan tangan untuk memberi salam. Tapi ditolak mentah-mentah oleh Bu Endah."Kenapa kamu pulang bersamanya, Van?" tanya Bu Endah dengan suara bergetar dan menatap tajam putrinya. Bahkan tubuhnya terasa gemetar. "Ma, nanti kami jelaskan." Vania mengajak mereka untuk duduk. Sebab dia pun lemas kalau berdiri terus. "Sebenarnya aku dan Mas Sagara sudah kembali bersama dalam beberapa bulan ini.""Apa kamu bilang?" Bu Endah terbeliak kaget

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status