Beranda / Romansa / DENDAM LUKA LAMA / 25. Dingin se-Buana Raya 3

Share

25. Dingin se-Buana Raya 3

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 14:35:44

Dia genius. Tidak ada masalah pekerjaan yang tak bisa di atasinya. Dia tegas dan jujur dalam bisnis. Sang kakek sangat menyayanginya.

Sementara di lantai tujuh, di salah satu ruang paling privat Buana Raya, seorang pria berdiri, posturnya yang menjulang membelakangi ruangan. Dia tampak sedang menatap layar LCD yang menampilkan grafik keuangan.

Usianya baru 30 tahun, tapi cara berdiri, ekspresi wajah, dan nada bicaranya membuat siapapun ragu menentangnya. Tegap, maskulin, dengan rahang tegas dan sepasang mata kelam yang menyorot tajam. Namun dia tidak sombong. Hanya kelewat pendiam. Itu pendapat hampir semua staf.

Kalau disapa meski hanya ucapan selamat pagi, selalu dijawab. Berbeda dengan para sepupunya yang angkuh dan merasa paling berkuasa. Dia juga tidak terlibat banyak affair dengan perempuan, seperti kerabatnya yang lain. Tidak ada gosip murahan tentang Erlangga yang memiliki sisi gelap tentang perempuan.

Bahkan ada bisik-bisik yang begitu kejam, mengatakan Erlangga ini kaum 'pel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (48)
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
aamiin ... makasih Mbak
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
ashiaaappp, Kak
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
kita tunggu bab selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DENDAM LUKA LAMA   217. Harapan Baru 3

    "Nggak ada apa-apa. Tadi IUD-ku terlepas waktu aku ke kamar mandi, makanya mau kupasang lagi.""Jangan!" sahut Erlangga spontan.Dahi Vania mengernyit mendengar ucapan suaminya. "Kenapa, Mas? Kita belum berencana nambah anak, kan?""Bagaimana kalau iya. Arga sebentar lagi umur dua tahun. Tapi Mas tetap nunggu kesiapanmu saja."Vania tampak berpikir sejenak. Apa Arga tidak terlalu kecil untuk menjadi kakak? "Mas, kasih aku waktu untuk memikirkannya dulu.""Oke, Sayang.""Ya udah, kalau gitu aku mau makan dulu. Mas, sudah makan siang apa belum?""Belum. Masih nungguin Rendy nyelesain laporan.""Baiklah. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."🖤LS🖤"Mas, tadi Mama Endah nelepon. Bulan depan ngajak kita staycation. Beliau ngasih tahu jauh-jauh hari supaya kita bisa ngatur jadwal." Vania bicara sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Staycation ke mana?""Ke Batu saja katanya. Yang penting bisa bersama-sama.""Kalau Mas kapan pun bisa. Kamu bagaimana?"Vania mengangguk. "Aku bisa.

  • DENDAM LUKA LAMA   216. Harapan Baru 2

    Spontan Arga memandang ke arah papanya. Jelas dia tahu sekali kalau sang papa yang rajin membelikan mainan. Sampai berkeranjang-keranjang di pojok ruang bermain. Suasana di kamar mulai berubah. Kedatangan si kecil Arga membawa suasana menjadi ceria. Kebahagiaan mulai bangkit. Celoteh Arga menciptakan kamar itu begitu semarak.🖤LS🖤Sorenya, Erlangga mengizinkan Vania pergi sendirian untuk bertemu Cici di sebuah kafe. Waktu keluar rumah, Arga tidak rewel ingin ikut. Ia malah melambaikan tangan pada mamanya. Sudah terbiasa ditinggal kerja, jadi si bayi tak banyak drama. Kecuali papanya yang keluar. Bocah itu akan nangis kejer kalau belum digendong atau diajak keliling komplek perumahan sambil naik motor. Saat Vania dan Cici duduk di sudut kafe, gerimis turun di luar sana."Ada perkembangan hubunganmu dan Mas Dokter?"Cici menyesap jus melonnya sebelum menjawab. "Masih seperti dulu.""Kamu akan menunggunya sampai selesai PPDS."Cici mengangguk. "Ya. Dia memintaku begitu.""Orang tuam

  • DENDAM LUKA LAMA   215. Harapan Baru 1

    DENDAM- Harapan BaruUdara Blitar pagi itu begitu lembab, menyisakan aroma tanah basah setelah hujan semalam. Dari jendela kamar rumah sakit, cahaya matahari menyelinap, membias ke wajah seorang pria paruh baya yang terbaring di ranjang. Tubuh Pak Setya tampak ringkih, tulangnya menonjol, kulitnya masih agak pucat seakan segala daya telah terkuras.Di kursi samping ranjang, Vania menunduk. Kedua tangannya menggenggam erat jemari papanya yang dingin. "Pa," suara Vania bergetar dan lirih.Pak Setya membuka mata, menatapnya dengan sorot bahagia. Anak kesayangannya sudah sampai."Van, kapan kamu sampai?" suara Pak Setya serak, tapi ada secercah bahagia di tatapan matanya."Tadi malam jam sembilan aku sampai rumah, Pa. Aku mau langsung ke sini, kata Mama lebih baik datang pagi saja.""Kamu sendirian?""Nggak, Pa. Sama Mas Erlangga dan Arga.""Mana Arga?" Pak Setya menoleh untuk mencari keberadaan cucunya. Mata itu tak bisa menyembunyikan rasa kangennya."Arga di rumah sama papanya. Nanti

  • DENDAM LUKA LAMA   214. Keajaiban 3

    Lampu terang benderang menyinari ruang operasi. Suhu dingin menusuk, kontras dengan degup jantung Yovan yang tak bisa dikendalikan. Ia duduk di sisi kanan ranjang operasi, mengenakan pakaian steril biru lengkap dengan penutup kepala dan masker. Tangannya tak pernah lepas menggenggam jemari Alina yang dingin. Sesekali mereka saling pandang dan tersenyum dibalik masker.Serangkaian prosedur dilakukan. Hingga Alina merasakan separuh tubuhnya mati rasa karena anestesi spinal.Bunyi alat bedah terdengar lirih. Kain hijau menutupi area pembedahan sehingga Alina dan Yovan tidak melihat langsung prosesnya. Meski begitu, bayangan tentang apa yang sedang terjadi membuat keringat dingin muncul di pelipis pria itu. Padahal suhu begitu dingin.Di ruang tunggu, Bu Ambar duduk menunduk sambil berdoa dalam hati. "Sudah hampir empat puluh menit kan, Van," gumam Bu Ambar gelisah sambil memandang menantunya."Tenang, Ma. Proses Caesar memang butuh waktu. Yang penting dokter bilang semua baik-baik saja.

  • DENDAM LUKA LAMA   213. Keajaiban 2

    "Eh, jangan salah kalian. Dokter Vania anak bos properti loh. Dia horang kaya juga tau," sungut Nita."Oalah." "Nggak nyangka, ya. Selama ini kita cuma lihat sisi bos di kantor. Tegas, cool, kadang bikin deg-degan. Tapi ternyata dia semanis itu memperlakukan istri dan anaknya. Sisakan satu yang seperti itu ya, Tuhan," ucap Rani sambil menengadah ke atas.Sinta menepuk pundaknya dengan keras. "Bangun, Ran. Nggak usah tinggi-tinggi mimpinya. Nanti kesambar geledek hangus kamu. Sekelas Pak Rendy aja susah dapetinnya, ini malah ngincer yang di atasnya."Nita cekikikan mendengar ucapan Sinta. Entah mereka ini bicara sekasar apapun, tapi tidak pernah bergaduh dan tersinggung. "Ayo kita jalan ke arah mereka. Pura-pura saja nggak tahu dan kita bisa berserempak nggak sengaja dengan bos. Aku pengen lihat anaknya. Pasti tampan kayak papanya," ajak Rani.Sinta langsung menyambar, "Gasss, Ran! Aku juga ingin lihat baby-nya.""Hush, nggak usah. Tambah oleng kalian lihat baby bos. Tambah tinggi kh

  • DENDAM LUKA LAMA   212. Keajaiban 1

    DENDAM- Keajaiban Tujuh bulan kemudian ...."Eh, jangan Arga." Spontan Vania mundur ke belakang sambil memegangi tangan anaknya yang hendak meraih bayi lelaki di pangkuan Bu Budi."Dia gemas, Nak Vania," ujar Bu Budi sambil tersenyum."Iya, Bu." Sore itu Vania dan Erlangga menyambangi Tara yang melahirkan di rumah sakit. Sahabat Vania melahirkan bayi lelaki kemarin siang. Usia anak mereka hanya selisih 7 bulan saja. "Jangan, Arga." Vania mendekap Arga erat. Namun anak itu justru semakin reseh. Kakinya menendang-nendang kecil, tangannya terus menggapai, mulutnya mengeluarkan suara gumaman sebagai bentuk protes.Arga yang tak berhenti terus menggeliat. Bocah itu sudah bisa berdiri dengan bantuan tangan mamanya, tapi malah semakin keras berusaha meraih bayinya Tara. Melihat itu Tara tersenyum lebar. Tampaknya mereka nanti akan jadi teman sekolah seperti papa mereka."Dek, ayo ikut papa. Kamu kira adek Reno mainan, ya." Erlangga mengambil anaknya dari pangkuan Vania. Kemudian mengajak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status