Share

88. Pulang 3

last update Last Updated: 2025-08-14 14:19:24

"Oke, tidak apa-apa."

"Mas, nggak marah?"

Erlangga menggeleng. "Kalau ada apa-apa kabari. Aku tunggu di Palm Hotel."

"Ya." Vania turun setelah keningnya dikecup Erlangga beberapa saat.

Wanita itu melangkah dan masuk mobilnya Tara. Setelah kendaraan itu melaju meninggalkan terminal, Erlangga juga pergi ke hotel yang sudah ia pesan tadi malam.

Dalam perjalanan, Vania menceritakan bagaimana persahabatannya dengan Alina, juga pertemuannya dengan Bu Ambar. "Mereka semua orang baik, Tar."

"Perjalanan kalian nggak akan mudah, Van."

"Kami tahu."

Tara tidak banyak berkomentar tentang perasaan Vania. Sebelum Sagara pergi saat itu, dia tahu betul kalau sahabatnya memang mencintai Sagara. Kalau mereka sekarang kembali bersama, mungkin takdirnya memang seperti itu.

Mobil Tara berhenti di depan pagar. Vania memperhatikan rumah yang membuatnya kangen. Orang tuanya pasti terkejut atas kepulangannya.

"Kamu nggak mampir dulu?" tanya Vania.

"Nggak. Sore atau besok aku ke sini lagi. Aku harus nganterin i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (55)
goodnovel comment avatar
Sugiarni Nuun21
telinga pak Setya langsung pengang mendengar nama yang disebabkan oleh Vania
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
deg....jantung Setya aman gak ya???...ayo Lo pak Setya jujur aja... Van km dah ngabarin Sumi km blm tu..dia nunggui. Lo gelisa seklai
goodnovel comment avatar
Noor Hidayati
seru....bikin deg-degan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DENDAM LUKA LAMA   88. Pulang 3

    "Oke, tidak apa-apa.""Mas, nggak marah?"Erlangga menggeleng. "Kalau ada apa-apa kabari. Aku tunggu di Palm Hotel.""Ya." Vania turun setelah keningnya dikecup Erlangga beberapa saat.Wanita itu melangkah dan masuk mobilnya Tara. Setelah kendaraan itu melaju meninggalkan terminal, Erlangga juga pergi ke hotel yang sudah ia pesan tadi malam.Dalam perjalanan, Vania menceritakan bagaimana persahabatannya dengan Alina, juga pertemuannya dengan Bu Ambar. "Mereka semua orang baik, Tar.""Perjalanan kalian nggak akan mudah, Van.""Kami tahu."Tara tidak banyak berkomentar tentang perasaan Vania. Sebelum Sagara pergi saat itu, dia tahu betul kalau sahabatnya memang mencintai Sagara. Kalau mereka sekarang kembali bersama, mungkin takdirnya memang seperti itu.Mobil Tara berhenti di depan pagar. Vania memperhatikan rumah yang membuatnya kangen. Orang tuanya pasti terkejut atas kepulangannya."Kamu nggak mampir dulu?" tanya Vania."Nggak. Sore atau besok aku ke sini lagi. Aku harus nganterin i

  • DENDAM LUKA LAMA   87. Pulang 2

    "Apa sebaiknya kita jujur saja. Tara mungkin marah, tapi dia lebih tahu tentang kita daripada Cici," saran Erlangga."Apa aku harus cerita juga tentang papaku?""Tidak perlu. Cerita saja kalau kita kembali bersama."Keduanya terdiam sejenak. Vania mempertimbangkan saran suaminya. Kalau dia cerita, resikonya dimarahi Tara, dinasehati supaya dia sadar. Kenapa harus kembali pada pria yang sudah memberinya luka dan rasa malu. Tentu Tara tak habis pikir dengan keputusannya. Menganggapnya bodoh, diperbudak cinta, atau apalah omelannya nanti. Kecuali Tara tahu cerita yang sebenarnya."Kita ngajak Tara cerita di mana, Mas? Kakau di luar, banyak kenalan papaku. Nanti mereka mengenaliku.""Di mobil saja."Vania termangu, kemudian mengangguk. Mobil bergerak sesuai arahan Vania, karena Vania yang lebih paham sudut terminal itu.Mobil Erlangga berhenti tepat di depan bangku semen di sisi trotoar. Di atas bangku itu Tara duduk sambil mengetuk-ngetukkan kaki, tatapannya awas menyapu penjuru terminal

  • DENDAM LUKA LAMA   86. Pulang 1

    DENDAM- Pulang Surabaya makin jauh di belakang dan mereka memutuskan untuk beristirahat di rest area pertama di Mojokerto.Mereka masuk sebuah kafe yang masih sepi. Erlangga memesan nasi pecel dan kopi, sedangkan Vania memesan soto ayam beserta teh hangat.Semilir angin pagi terasa menyegarkan. Erlangga bernapas lega, di sini mereka mendapatkan kebebasan. Tidak perlu takut ketahuan dan bisa duduk tenang bersama Vania. Pada akhirnya dia ingin seperti ini, bebas membawa Vania ke mana pun. Dan bisa tinggal di rumah sendiri.Namun berbeda dengan Vania yang diam tapi gelisah. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Erlangga menatap lekat wanita cantik di hadapannya."Membayangkan percakapanku nanti dengan papa," jawab Vania lirih sambil menyuap.Erlangga yang tadi bisa bernapas lega, kini turut cemas. Rasa takut kehilangan kembali menyeruak. Kalau rasa itu sudah menguasai diri, ingin sekali mendekap erat Vania. Membenamkan wanita itu ke dalam dirinya dan membawa pergi jauh dari orang-orang yang

  • DENDAM LUKA LAMA   85. Pagi yang Manis 3

    Vania mengangguk. Erlangga benar. Mereka sudah mengambil banyak resiko sampai harus backstreet seperti ini."Besok kujemput jam enam pagi. Aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendiri."Mereka saling pandang. Vania terdiam beberapa saat, lantas mengangguk. Ia mengalah akhirnya. Melihat anggukan sang istri, Erlangga tersenyum. Diraihnya tubuh Vania dan dikulumnya bibir itu dengan penuh kerinduan. Sesuatu bangkit dari dalam dirinya. Namun tidak mungkin akan melakukannya di dalam mobil. "I love you," bisiknya."I love you too," balas Vania sambil tersenyum dan mereka beradu pandang."Aku turun dulu, Mas.""Oke, Sayang. Jam enam pagi kutunggu di sini."Vania mengangguk lalu membuka pintu mobil dan melangkah tergesa meninggalkan Erlangga. Pria itu masih memperhatikan hingga sang istri masuk pintu pagar.🖤LS🖤"Ke luar kota ke mana? Ini kan akhir pekan, Er," tegur Alina saat melihat adiknya berpakaian kasual rapi dan menenteng ransel sepagi itu. "Aku ada acara sama teman-teman, Mbak.""Ben

  • DENDAM LUKA LAMA   84. Pagi yang Manis 2

    Mendengar kalimat terakhir pakdenya, tatapan Erlangga berkobar penuh amarah. "Jangan libatkan Mbak Alin dalam perbincangan ini. Sudah cukup menghina kakak saya. Yang jelas apapun yang terjadi dengan Mbak Alin, itu tidak merugikan Pakde sekeluarga."Pak Tirta semakin geram. Erlangga-lah keponakan yang berani menentangnya. Walaupun sebenarnya Erlangga tidak berniat untuk berani pada orang tua, tapi kalau dia diam, semakin diinjak harga dirinya. Direndahkan juga karena papanya sudah tidak ada. Semenjak papanya meninggal, sang mama tidak boleh lagi berkecimpung di perusahaan oleh saudara mereka. Padahal selama ini, Bu Ambar memiliki kontribusi besar dalam perusahaan. Ipar-iparnya tidak tahu menghargainya."Kamu masih beruntung bisa duduk di jajaran kepemimpinan BR," ujar Pak Tirta lagi. Tak peduli meski Pak Danuarga sudah kembali duduk di sana."Saya duduk di kursi Buana Raya bukan gratis, Pakde. Saya juga pemegang saham di perusahaan. Saya tidak hanya diam dan memerintah, tapi banyak ya

  • DENDAM LUKA LAMA   83. Pagi yang Manis 1

    DENDAM- Pagi yang Manis"Ini privasi saya, Pakde. Nanti kalau sudah waktunya, pasti akan saya kenalkan pada keluarga." Erlangga lalu memandang Pak Danuarga. "Maafkan saya, Kek. Kalau kali ini saya tidak bisa menuruti keinginan Kakek. Saya akan menikah dengan gadis pilihan saya sendiri."Sebenarnya Erlangga tak sampai hati mengecewakan kakeknya. Orang yang selalu membela dan sangat menyayanginya. Namun kali ini, ia tidak bisa mengabulkan permintaannya. Terlihat wajah tua itu kecewa.Sesaat hening. Erlangga bisa merasakan tatapan Pak Tirta yang menyimpan amarah. Pria itu menghela napas panjang, lalu berkata, "Ajak dia kemari. Aku ingin melihat siapa yang membuatmu menolak perjodohan sebesar ini. Kamu tahu kan, Jenny berasal dari keluarga yang bagaimana?""Maaf, Pakde. Sekarang ini saya belum bisa membawanya untuk berkenalan dengan keluarga. Suatu hari nanti, saya pasti akan mengajak gadis itu bertemu dengan keluarga besar kita.""Kamu dan dia belum ada perbincangan serius dengan pihak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status