Share

Bab 5. Identitas Baru

Jayden, menghembuskan napas tanda bahwa ia begitu kesal. Namun, demi masa depan ia harus bersabar. Ya, walaupun kata sabar sebenarnya tidak ada dalam kamus kehidupannya. 

"Perlahan! Lakukanlah dengan perlahan dan jangan terburu-buru. Lakukan itu, saat kamu benar-benar siap. Karena itulah, kamu harus patuh dan mendengarkan perkataanku." Setelah berhasil menahan amarah, Jayden menurunkan nada suaranya.

Alula, menganggukkan kepala begitu kencang. Ya, yang harus ia lakukan adalah percaya terhadap perkataan sang penolong. 

Jayden mengangkat sebelah tangan dan diletakkan pada sisi wajah Alula. Tangan kokoh dan hangat itu, menyapu sisi wajah Alula yang dipenuhi butiran peluh. 

Sentuhan hangat, menggetarkan jiwa Alula. Walau takut, tapi rasa nikmat lebih kentara. 

Alula membalas tatapan Jayden dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti. 

"Patuhlah padaku, maka kamu akan menjadi seseorang yang kuat dan tidak dapat tertandingi," ujar Jayden, kali ini dengan nada suara yang lembut. 

Alula, terpana akan pesona sang penolong dan ia pun mengangguk pasti. Dengan pria ini di sisinya, maka tidak ada yang perlu ditakuti. 

Tanpa aba-aba, Jayden menurunkan tangannya dari sisi wajah lembut milik Alula. Tindakannya itu menunjukkan tidak ada yang istimewa dengan sentuhannya itu, tapi apa yang dirasakan oleh Alula berbeda, amat berbeda. 

"Anna Lee, namamu saat ini adalah Anna Lee. Kamu telah menjadi salah satu anggota keluarga klan Lee," ujar Jayden yang sudah membelakangi Alula. 

"A-Anna Lee?" ulang Alula, tergagap. 

"Ya, Alula Yan sudah tidak ada. Saat ini kamu akan hidup dengan identitas baru yaitu sebagai Anna Lee," jelas Jayden yang sudah berbalik dan menatap tajam ke arah Alula. 

Pikiran Alula kosong. Ia tidak pernah berpikir bahwa identitasnya juga akan berubah. Namun, yang dapat dilakukan hanyalah mengikuti perkataan pria itu. 

"Siapa namamu?" tanya Jayden. 

"Anna Lee," jawab Alula pasti. 

"Bagus," puji Jayden. 

"Baiklah. Aku sudah membuat rencana untuk masa depanmu. Yang harus kamu lakukan adalah menjalani dengan sebaik-baiknya. Paham?" tanya Jayden. 

"Ya, aku paham."

Lalu, Jayden meninggalkan ruang rawat itu dan seorang wanita berpakaian formal masuk, menghampiri Alula. 

"Selamat pagi Nona, perkenalkan saya Amy. Saya ditugaskan sebagai pengawal Nona," ujar wanita dengan setelan formal tersebut. 

"H-Halo," sapa Alula kaku. 

"Ayo, kita harus berangkat!" ujar Amy si pengawal. 

Alula mengikuti si pengawal yang mengangkat tas berisikan barang yang tidak seberapa, meninggalkan ruang rawat ini.

Selama melangkah menuju pintu utama rumah sakit, Alula terus menoleh ke belakang. Ia berharap dapat melihat pria itu, Jayden Lee. Namun, hanya rasa kecewa yang didapatkan karena pria itu sama sekali tidak terlihat. 

Masuk ke dalam mobil mewah, Amy si pengawal berkata kepada supir, "Ke bandara."

"Bandara?" tanya Alula. 

"Benar. Tuan telah mengatur banyak hal untuk Nona. Kita akan berangkat ke Negara Z. Di sana Nona akan mendapatkan pelatihan serta perawatan terbaik," jelas Amy, si pengawal. 

Pesawat? Selama ini, Alula tidak pernah membayangkan memiliki kesempatan untuk pergi ke negara lain. Hidupnya dulu amat miskin dan memprihatinkan. Namun, setelah kejadian buruk menimpa, kehidupannya berubah total. Entah harus bersyukur atau sebaliknya? Entahlah. 

***

Perjalanan udara dilakukan selama 8 jam. Alula muntah karena mabuk udara. Muntah sampai seluruh tubuhnya terasa lemas dan pingsan. 

Saat terbangun, ia sudah berada di atas ranjang empuk di ruangan yang mewah. 

"Selamat pagi Nona," sapa Amy, sambil menarik tirai hingga terbuka lebar. Mengizinkan sinar mentari menerobos ke dalam ruangan ini. 

Alula tidak mampu menjawab. Saat ini, kepalanya begitu sakit. Seakan ada godam besar yang terus menerus menghantam kepalanya. 

"Mandi dan makan. Tidak ada waktu untuk bersantai! Tuan menginginkan hasil yang cepat dan maksimal," ujar Amy, kali ini sambil menarik selimut tebal yang menyelimuti tubuh Alula. 

Patuh dan tidak banyak tanya, Alula pun bangkit. Ia juga menginginkan hasil yang sempurna, agar segera dapat membalas dendam dan tidak mengecewakan sang penolong. 

Alula Yan, sudah tidak ada dan digantikan oleh Anna Lee. Semua pelatihan didapatkan oleh para profesional wanita di dalam kastil megah. Anna tidak diizinkan meninggalkan kastil, sebab pada saatnya nanti ia akan menjadi senjata paling mematikan milik klan Lee. 

Tidak pernah mendapatkan pendidikan formal, tapi tidak membuat kemampuan Anna terbatas. Ia cepat tanggap dan menyukai hal baru. Dengan belajar, membuatnya mampu melupakan sejenak tentang pahit kehidupannya. 

Anna belajar tentang politik, pendidikan dasar dan berbagai bahasa asing. Ia juga dikenalkan kepada komputer dan Anna begitu menyukainya. Selain itu, ia juga melakukan latihan fisik mulai dari bela diri, berkuda, memanah, menembak dan panjat tebing. Semua fasilitas lengkap tersedia di kastil megah ini. 

Semua berjalan lancar, tapi tidak saat Anna harus berhadapan dengan psikiater yang ditugaskan untuk menyembuhkan luka batin. Tidak banyak kemajuan dalam pengobatan, sampai sekarang Anna masih tergantung pada obat-obatan agar dapat tetap waras dan dapat tidur layaknya manusia normal. 

Setiap hari dapat dilalui, walau terasa amat lambat. Keinginan untuk balas dendam dan rasa rindu terhadap sang penolong, yang membuat Anna mampu bertahan sampai sekarang. 

Ia bahkan sudah terbiasa dipanggil dengan nama barunya, Anna Lee. 

***

"Pukul berapa Anna tiba?" tanya Jayden kepada salah seorang kaki tangannya. 

"Pukul delapan malam ini Tuan," jawab si kaki tangan. 

Jayden memutar kursi kerja mewah yang didudukinya, lalu menatap keluar dinding kaca ruang kerja menatap ke keramaian lalu lintas yang terlihat jelas dari gedung tinggi perusahaannya. 

Lalu, Jayden berdiri dari duduk dan memasukkan kedua tangan di saku celana sambil berkata, "Bagaimana perkembangannya?"

"Sangat baik. Pelatihan akademis dan fisik berjalan lancar, bahkan melebihi ekspektasi para pembimbing. Namun, untuk pemulihan dari trauma masih tertinggal jauh," jawab sang kaki tangan. 

Jayden mengeluarkan sebatang rokok dan si kaki tangan langsung membantu menyalakan rokok tersebut. 

Menghirup dan menghembuskan asap rokok itu barulah Jayden berkata, "Apakah menurutmu dia sudah mampu membalas dendam?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status