Home / Rumah Tangga / DERITA ISTRI PERTAMA / 8.. MASIH SAJA TERPISAH

Share

8.. MASIH SAJA TERPISAH

Author: Mastuti Rheny
last update Huling Na-update: 2022-09-02 08:20:35

”Katakan apa yang sudah kamu ketahui? Jangan membuatku seperti orang bodoh,” sergah Meyra tegas dengan tatapan nyalang yang segera membuat Kenrich merasa sedikit tersudut.

Meski pada akhirnya lelaki itu bisa kembali menampakkan sikapnya yang wajar dengan menyunggingkan segaris senyuman datar yang selalu tampak arogan di mata Meyra.

”Tak ada yang terjadi, tak ada apapun, aku hanya sembarangan menebak karena tadi aku sempat mendengar apa yang kalian bicarakan,” jawab Kenrich biasa.

Meyra mengernyitkan dahinya masih merasa tak yakin dengan kejujuran Kenrich.

”Aku merasa kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Aku tadi bahkan berbicara dengan memakai bahasa Indonesia dengan sahabatku itu, bagaimana kamu bisa tahu dengan apa yang kami bicarakan.”

Kenrich mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman yang terlihat sarkas.

”Apa kamu pikir tak menguasai bahasa Indonesia?”

Meyra menarik nafas panjang, rupanya ia salah duga. Bukankah Sony berasal dari Indonesia dan bisa dipastikan jika Kenrich belajar bahasa Indonesia dari ayahnya sendiri.

”Sudahlah sepertinya sekarang aku harus ke bandara,” gumam Meyra memilih untuk menghentikan perdebatan mereka itu.

Pria muda berusia berusia 25 tahun itu segera menghadang langkah Meyra ketika sosok wanita cantik yang memiliki gingsul sebelah kiri itu akan keluar dari dalam rumah.

”Aku yang akan mengantarmu ke bandara, aku sudah berjanji pada saudara sepupuku untuk memastikan kamu bisa sampai di sana dengan selamat. Sekarang kamu bisa batalkan taksi yang sudah menjemputmu itu,” tegas Kenrich.

Meyra yang enggan untuk berdebat akhirnya hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan saudara sepupunya suaminya itu.

Ia diam ketika Kenrich membatalkan taksi pesanannya yang membuat taksi yang sudah berada di depan pintu itu berlalu pergi setelah pria muda itu memberikan semacam uang kompensasi.

”Ayo aku antar kamu ke bandara sekarang,” ajak Kenrich sembari membukakan pintu untuk wanita cantik itu sementara tangannya yang lain menggeret kopor-kopor milik Meyra.

Setelahnya dalam waktu singkat Kenrich memasukkan semua barang-barang Meyra ke dalam mobil milik lelaki itu, kemudian ia melajukannya menuju bandara.

Di tempat itu mereka akhirnya berpisah, tanpa lagi diselingi percakapan karena Meyra masih saja memikirkan firasat di hatinya, dan ia hanyut dalam pikirannya sendiri itu, yang membuatnya memilih untuk diam.

***

[”Apa tadi kamu menghubungiku, sayang?”] tanya Nehan dari seberang sana. Meyra segera menerima panggilan suaminya setelah ia baru saja sampai di rumah.

[”Iya Mas, bagaimana keadaan mami, Mas?”] tanya Meyra sambil meletakkan semua barang bawaannya di dalam rumahnya.

Setelahnya Meyra benar-benar memusatkan perhatian pada pembicaraan dengan suaminya sembari duduk di kursi dapur sambil menikmati secangkir teh yang baru saja dibuatnya sendiri tadi.

[”Mami sudah jauh lebih baik sekarang, tak ada yang perlu dikhawatirkan,”] sahut Nehan dengan suaranya yang terdengar berat.

Meyra merasakan firasatnya telah terjadi sesuatu pada suaminya saat ini.

[”Apa tidak ada yang sedang kamu sembunyikan dariku Mas, sekarang?”] tanya Meyra penuh selidik.

Terdengar sebuah helaan nafas dari seberang sana.

[”Kenapa kamu berpikir aku sedang menyembunyikan sesuatu darimu, sayang?”]

Meyra tercenung sembari mengeluarkan gelang pemberian sang suami di hari ulang tahunnya yang kini telah putus.

[”Apa benar tidak terjadi sesuatu pada mami?”] Meyra malah memikirkan tentang ibu mertuanya lagi.

[”Tidak sayang, mami sudah sehat, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi aku masih akan tinggal di sini untuk beberapa hari ke depan. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan.”]

[”Iya baiklah Mas, berhati-hatilah di sana dan jaga kesehatan.”]

[”Kamu juga sayang. Aku mencintaimu, selalu akan mencintaimu apapun yang terjadi dan kuharap kamu juga akan tetap mencintaiku walau apapun yang terjadi.”]

Meyra tersenyum simpul ketika mendengar kata-kata suaminya. Bahkan sekarang Meyra merasa kata-kata cinta itu diucapkan dengan penuh perasaan yang segera membuat Meyra tersentuh.

[”Aku juga mencintaimu Mas, cepat selesaikan urusan Mas, dan kembalilah bersamaku lagi.”]

[“Tentu saja aku sudah tak sabar untuk bisa kembali bersamamu lagi.”] Nehan mengucapkan kalimatnya dengan sangat lirih, sembari menarik nafas sangat dalam yang semakin menguatkan kekhawatiran Meyra pada sang suami meski ia tak bisa memastikan apapun karena nyatanya sang suami sejak tadi selalu menegaskan padanya jika tak ada yang perlu dikhawatirkan.

[“Sudah ya sayang, aku tutup dulu teleponnya, jaga dirimu dengan baik, jangan lupa untuk meminum vitamin dan pakailah mantel jika kamu keluar rumah, di sana pasti masih sangat dingin.”] Nehan menunjukkan perhatiannya yang selalu saja besar untuk sang istri.

[“Iya Mas,”] jawab Meyra singkat.

[”Aku mencintaimu, selalu mencintaimu,”] gumam Nehan lagi, setelahnya lelaki itu menutup panggilan mereka, tanpa menanti Meyra membalas kata-kata cinta itu.

Meyra tercenung untuk beberapa saat setelah panggilan itu berakhir. Ia memandangi wajah sang suami dari layar gawainya, mulai merasakan rindu yang besar meski mereka baru dua hari yang lalu berpisah.

***

Telah satu minggu berlalu dan Meyra kembali menjalani hari-harinya yang sibuk di kampus sembari melakukan pekerjaannya di rumah sakit. Menjadi seorang dokter membuat Meyra harus sangat pandai mengatur waktunya. Meski begitu ia sangat mensyukuri kesibukannya sekarang. Karena ia tak harus terlalu memikirkan sang suami yang masih bertahan di tanah air dan belum juga kembali, dengan alasan untuk mengurus segala persiapan karena rencananya memang Nehan akan memulai perusahaannya sendiri di Indonesia.

Tak ada yang bisa Meyra lakukan kecuali memberikan pengertiannya meski begitu hampir setiap saat mereka akan selalu melakukan panggilan video, untuk sekedar melepas rindu yang mengukung mereka saat ini.

[”Bagaimana dengan kuliah kamu sayang? Tentu kamu sudah menjadi sangat sibuk,”] sapa Nehan yang pada hari ini sudah ke sekian kalinya melakukan panggilan video demi bisa melihat wajah sang istri yang terlihat selalu menarik di matanya.

Meyra yang sedang menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri mengulas senyuman sembari menatap pada wajah sang suami yang terpampang sangat jelas di layar gawainya.

[”Bagaimana dengan perusahaan Mas itu? Lalu bagaimana dengan pekerjaan Mas di sini, ini sudah hampir satu setengah bulan Mas tidak datang bekerja?”] tanya Meyra sembari mengocok telur yang akan dijadikannya omelette.

[”Aku berpikir untuk resign meski untuk saat ini mereka masih akan memberiku kesempatan untuk beberapa hari ke depan,”] jelas Nehan.

Meyra mengernyit gelisah mulai memikirkan kemungkinan mereka akan tinggal berjauhan sementara ia masih memulai kuliahnya mengambil spesialisasinya demi bisa mendapatkan gelar sebagai seorang dokter anak. Sementara untuk menyelesaikan semua itu dia masih harus membutuhkan waktu dua tahun. Itu artinya mereka akan tinggal berjauhan lagi. Sungguh sekarang itu mulai membuat Meyra gusar.

[”Apa artinya Mas akan tinggal di Indonesia? Terus bagaimana dengan aku?”] Meyra semakin tak bisa menutupi keresahannya.

[“Kita masih tetap akan bertemu sayang.”]

Meyra mendesah jengah.

[”Tapi kita tetap tak akan bisa bersama-sama.”]

[”Tak ada yang berubah sayang, walau untuk sementara kita terpaksa tinggal berjauhan.”]

Meyra menarik nafas panjang bahkan ia sampai menghentikan kegiatan memasaknya dan memandangi wajah sang suami yang hanya bisa ia lihat dari layar gawainya.

[”Aku merindukan kamu Mas,”] gumam Meyra pada akhirnya.

Nehan tercenung memberikan tatapan yang intens untuk sang istri tercinta.

Di saat mereka saling menatap dalam mendadak Meyra menangkap bayangan sosok seseorang di belakang sang suami yang segera memantik tanya di hatinya.

[”Mas sedang bersama siapa sekarang?”]

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri tolol yg sangat gampang dibohongi.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DERITA ISTRI PERTAMA   129. AKHIR YANG BAHAGIA

    Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew

  • DERITA ISTRI PERTAMA   128. KEMBALI MELAMAR

    “Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau

  • DERITA ISTRI PERTAMA   127. GALAU

    “Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s

  • DERITA ISTRI PERTAMA   126. DUKA

    Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika

  • DERITA ISTRI PERTAMA   125. PULANG

    Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda

  • DERITA ISTRI PERTAMA   124. TERSERET KEHARUAN

    “Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status