Share

Kau Kira Cowok Bahas Apa Ketika Lagi Ngumpul-Ngumpul?

“Lebih tegak lagi. Lebih tegak. Kan udah kubilang, tepat sembilan puluh derajat. Kamu ini dengar gak, sih, dari tadi?”

Maka, aku pun menurut.

Coba mencondongkan tubuh secara vertikal. Setegang pasak. Setenang tombak.

Sempat kukira kali ini bakal berhasil, tapi tiba-tiba satu buku yang tertumpuk di atas kepala jatuh.

Satu lagi jatuh. Lalu lagi. Lalu yang lain hingga berhamburan.

CTAS!

Punggungku kembali disabet rotan.

Rasanya sakit banget, setan.

Panas melepuh dan lama-lama jadi pedas. Seperti ditempeli puluhan koyo cabe sekaligus—serangan perih berdenyut-denyut yang dipadukan sensasi terbakar

Padahal yang sebelumnya masih belum pulih dan berdenyut-denyut, tambah lagi ini.

Aku yakin punggungku kini sudah jadi merah, atau biru, atau malah timbul bekas lebam melintang yang jelek—awas saja kalau itu yang kejadian, enggak bakal kubiarkan wanita tua ini hidup dengan anggota tubuh utuh.

“Etika di meja makan nol besar, gak tahu cara menulis dan mengeja yang benar, dan ini … bahkan duduk aja m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status