Share

Air terjun keramat, Telaga pengharapan dan Ajup yang nekat!

Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.

Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.

Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan  dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggenggam ia hanya bisa diam tak berkata dan terus ingin bersama mewujudkan impian.

Tangan menyentuh yang tak bisa disentuh hanya bisa di lihat dan di rasakan, itulah awan seperti rasa yang menggebu kepada wanita itu.

"Akankah kita akan terus seperti ini? Rasa ini?" Tanya wanita itu dengan sorot mata dalam.

Pria itu hanya bisa senyum dan mengangguk, simple tapi bermakna dalam.

Kata-kata itu terus diucapkan wanita itu sepanjang perjalanann itu, mereka yang jauh dibelakang sedikit mempercepat langkah agar tidak terlalu jaub dengan rombongan.

Didepan, Alif dan rombongannya terlihat seperti sengaja menunggu pria itu dan wanitanya, inilah yang di salutkan dengan kepedulian Alif kepada temannya agar sepasang kekasih itu tidak terlalu mencuri perhatian guru dan panitia dan kembali bersama rombongan.

"Alif, terimakasih telah menunggu," ucap pria itu.

Alif hanya senyum menganggukkan kepala dan kembali melanjutkan perjalanan.

Regu demi regu satu persatu sudah mulai memasuki akhir perjalanan, Alif dan rombongan yang sudah di ikuti sepasang kekasih itu juga telah sampai dan sedikit lama dari robongan lain, tapi tidak menimbulkan pertanyaan dari para panitia dan guru.

Akhir perjalanan itu sangat membuat para peserta terkagum dimana berakhir di sebuah air terjun dan telaga yang sangat jernih, konon tempat ini di percayai sebagai tempat sakral oleh masyarakat sekitar untuk membersihkan diri dari kesialan, membersihkan hati yang telah kotor, fikiran buruk, nasib buruk, pengangkatan kepala desa, mandi pertama untuk bayi yang baru lahir dan orang yang ingin memulai hidup baru seperti baru menikah.

Kabut samar yang tak pernah hilang dari air terjun itu juga di percayai karunia tuhan yang memberkati desa damai, tentram dan masyarakat ber keimanan tinggi.

Alif yang mendengar tentang air terjun dan telaga itu dengan girangnya langsung meletakkan barang bawaan dan segera menanggalkan baju untuk menceburkan diri ke telaga dan membasahkan dirinya di bawah air terjun itu dan diikuti oleh teman-teman peserta lainnya. 

Pria itu sangat ingin tapi rasanya tak kuat dengan dinginnya air, yang benar saja lokasi perkemahan yang lumayan jauh dari pergunungan ini rasanya tak kuat untuk melepaskan jaket karena dingin udaranya, apalagi telaga dan air terjun yang berada di pinggang gunung ini. Tak lama wanita itu menyeret tangan prianya itu untuk juga ikut dengan peserta lainnya. Melihat semangat wanitanya pria itupun akhirnya bersemangat dan memutuskan untuk ikut menikmati air terjun dan telaga keramat itu.

Dengan dipenuhi rasa dingin pri itu mencelupkan satu kakinya ke air telaga itu.

"Gila! Dinginnya!" Ucap pria itu.

"Kamu hanya perlu merendamkan seluruh badan dan membiasakannya, ga dingin kok" saut Alif yang sudah berada di dalam telaga.

Dengan penuh semangat wanita itu langsung menceburkan dirinya kedalam telaga.

"Ayok buruan! Ga dingin kok!" Teriak wanita itu dengan raut kedinginan yang berusaha ia tutupkan.

Pria yang masih ragu dengan dingin air itu tiba-tiba terkejut dan masuk kedalam air telaga, ia didorong oleh Ella dan Sasha yang usil.

"Awas kalian ya!" Ucap pria itu yang kembali berdiri untuk mengejar Sasha dan Ella.

"Tunggu Chan! Aku akan membantu!" Saut Alif yang juga ikut mengejar Ella dan Sasha.

Keseruan yang dirasakan para peserta di telaga dan air terjun itu terpaksa diakhiri oleh waktu yang tak terasa sudah memasuki waktu makan siang, para peserta bergegas kembali ke area perkemahan.

Sepanjang perjanan kembali ke area perkemahan pria itu mengigil karena awalnya ia tak berniat dan tak akan menyangka akan ke air terjun dan telaga itu hingga ia tak membawa pakaian ganti, angin dingin yang berhembus membuat ia tak henti-hentinya menggigil, Alif dan rombongan tak kuasa menahan tawa melihat ekspresi pria itu, Lily hanya bisa membuat rombongan untuk tidak mentertawakan pria itu dan akhirnya juga tak kuat menahan tawa.

"Sha, kamu ga dicariin Ajup? Disini kan ga dapat sinyal," tanya Ella kepada Sasha.

"Ya mau gimana lagi, kemaren aku udah bilang juga sama dia kalau di lokasi perkemahan koneksi internet ga ada, eh ternyata untuk sinyal telfon pun tak ada, mungkin dia udah khawati kali," jawab Sasha dengan cengengesan.

"Kemungkinan dia bakal cariin kamu kesini itu, dia kan orangnya nekat, aku yakin si dia bakal kesini," ucap Ella.

Langkah demi langkah tak terasa sudah memasuki area perkemahan, dari jauh samar-samar terlihat oleh Ella seperti tak asing.

"Baru juga di sebut! Itu Ajup nunggu kamu di gerbang," ucap Ella.

"Waduh gila! Gawat ini, nekat banget si dia! Kan gawat kalau dilihat guru," jawab Sasha yang panik dan kebingungan.

Mereka pun menuju ke arah Ajup yang menunggu di gerbang area perkemahan.

 "Alif, buruan! Kamu ga ada niat apa untuk pacaran? Liat sana mumpung Wendi sendirian kamu samperin sana! Jangan cuma berani di media sosial aja!" Ucap pria itu kepada Alif yang sudah lama menginginkan Wendi tapi tak kunjung berani mengungkapkan.

Wendi adalah siswi yang setahun dibawah Alif tingkat kelasnya, mereka di pertemukan ketika Wendi kesusahan untuk mengeluarkan sepeda motornya yang terparkir di area sekolah waktu itu, Alif yang saat itu melihat mencoba membantunya, disitu lah awal pandangan yang tak biasa dirasakan Alif kepada adik kelasnya itu hingga membuatnya menelusuri dan mulai mengikuti media sosial Wendi.

"Bukan sekarang waktunya," jawab alif dengan gugup.

"Setidaknya momen ini bagus lo, mulai aja dulu, kamu belum pernah ngobrol santai sama dia kan? Skarang coba makanya! Bahas apa saja, misalnya ekskul kebetulan dia belum ada ekskul itu, kamu bisa ajak dia ke ekskul kamu!" Jawab pria itu meyakinkan Alif.

Dengan ragu dan gugup Alif memulai langkahnya untuk menemui Wendi hingga membuat pria itu dan wanitanya kinu berdua saja.

Pria itu menceritakan kisah Alif yang menyukai Wendi kepada wanitanya itu, mulai dari mengikuti media sosial hingga terus memantau ketika pulang sekolah, apakah Wendi membutuhkan lagi tenaga Alif untuk membantunya mengeluarkan kendaraan roda dua milik Wendi, Alif terus memastikan agar tidak ada satupun lelaki yang membantu Wendi selain dirinya.

Mendengar itu Lily tertawa dan cukup kagum dengan Alif yang sebegitunya mendambakan Wendi.

Disisi lain wanita itupun juga menceritakan tentang pria sekelasnya yang sering menggangunya itu, semakin hari makin menjadi jadi, seketika raut wajah Chan berubah dan tak terima atas perlakuan temannya itu yang sudah keterlauan, wanita itu menenangkan Chan dengan alasan ia sudah melaporkan perangai dari temannya itu kepada guru bidang kesiswaan.

Obrolan demi obrolan mereka bahas di tempat duduk di area perkemahan, tanpa takut di sadari oleh guru yang melarang keras para siswa-siswi untuk berpacaran, tetapi mereka selalu mempunyai berbagai macam cara agar hubungan mereka tak terlalu mencuri perhatian guru.

Wanita itu mengungkapka  kekagumannya kepada Si pria mulai dari awal ia memasuki sekolah, kharismatik Sang pria sangat mencuri perhatiannya, di sela-sela jam istirahat wanita itu memperhatikan Sang pria yang ia juluki Pria dengan kharismatik tinggi, ia merasa beruntung bisa memiliki pria itu.

Ia juga mengungkapkan bahwa banyak dari teman-temannya yang terpincut hati dengam Sang pria terutama saat pria itu menjadi penceramah saat acara kultum di hari jum'at san menjadi pemimpin upacara di hari senin.

Pria itu hanya menanggapi dengan senyum dan beranggapan si wanitanya ini terlalu berlebihan memujinya, dengan mengusap lembut kepala wanitanya itu.

"Para peserta silahkan memasuki area perkemahan, tinggalkan seluruh aktivitas kalian dan berkumpul di lapangan, makan siang sudah disiapkan, setelah ini kita istirahat sejenak dan akan memulai aktivitas selanjutnya!" Ucap panitia menggunakan pengeras suara di tengah lapangan area perkemahan.

"Habis ini adalah aktivitas ekskul, lantas kamu bagaimana? Kan kamu belum mengikuti ekskul sama sekali?" Tanya pria itu kepada wanitanya.

"Hmmm iya sih, aku juga bingung, mau ikut kamu aku ga bisa paskibraka, nantilah aku ikut teman sekelas aku aja, ada kok mereka yang belum juga mengikuti ekskul," jawab wanita itu.

Mereka pun memasuki area perkemahan dan menuju lapangan.

Disisi lain Alif yang awalnya gugup menemui dan memulai obrolan dengan Wendi sekarang malah terbawa suasana sehingga lupa untuk memasuki area perkemahan untuk melaksanakan kegiatan makan siang. Wendi yang menyadari panggilan panitia untuk berkumpul di lapangan langsung menyela pembicaraan Alif dan mengajaknya menuju lapangan untuk makan siang.

"Oh iya, kamu belum ada ekskul kan? Gimana kalau kamu bergabung aja dengan ekskul PMR? Nanti aku bantu deh! Orang orangnya asyik kok!" Tanya Alif kepada Wendi sembari menuju lapangan perkemahan.

"Apakah aku akan diterima dengan baik? Dengan medadak masuk ke ekskul?" Tanya Wendi.

"Tenang! Aku kan ketuanya," jawab Alif dengan senyum lebarnya.

Dari kejauhan Alif melihat Sasha yang sibuk berbincang dengan seorang pria yang akhirnya disadari Alif itu Ajup, ia heran kenapa Ajup bisa sampai ke area perkemahan.

Sasha yang kesal dengan sikap Ajup yang nekat mengunjunginya ke area perkemahan tak henti-hentinya bertanya kenapa ia sampai senekat ini, dimana untuk usianya yang belum berumur tujuh belas tahun sudah berani mengendarai motor dengan jarak tempuh yang jauh dan medan perjalanan yang membahayakan. Ia juga mengkhawatirkan Ajup nantinya untuk kembali pulang, Ella pun disini hanya bisa membela Ajup dan meyakinkan Sasha, Ajup adalah anggota klub motor, meski masib terbilang muda ia sudah banyak menempuh perjalanan jauh dengan sepeda motornya itu.

Akan tetapi itu tak menghilangkan kekhawatiran Sasha.

Anehnya Ajup malah meminta agar ia diizinkan untuk menginap hingga acara perkemahan ini selesai, hal ini membuat Sasha semakin geram dan membantah semua ucapan Ajup. Ia takut panitia dan guru akan tau dan mempermasalahkan adanya orang luar yang tiba-tiba ikut menginap di area perkemahan.

Ajup terus meyakinkan Sasha dengan menujukkan alat-alat kemping yang ia bawa dan akan membangun tenda di luar area perkemahan.

Sikap keras kepala dan keegoisan Ajup inilah yang membuat Sasha geram dan segeram meninggalkan Ajup tanpa menghiraukannya lagi.

"Ayo Ella, panitia sudah memanggil!" Ajak Sasha yang bergegas meninggalkan Ajup.

"Lalu Ajup bagaimana?" Tanya Ella.

"Biarkan saja! Aku sudah muak, nanti ia akan pulang dengan sendirinya!" Jawab Sasha.

Ajup yang keras kepala terus bertahan di lokssi perkemahan hingga sore hari. Matahari yang mulai menghilang membuat Ajup mulai mendirikan tendanya, Sasha yang melihat dari dalam area perkemahan semakin kesal dengan keras kepalanya prianya itu. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Ajup yang bersikeras ingin berkemah sendiri walau diluar area perkemahan dan ia juga takut nantinya panitia mempertanyakan keberadaan Ajup.

Hingga sekelompok orang asing dari jauh yang terlihat menuju ke lokasi Ajup mendirikan tendanya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status