Share

Teriakan histeris, kerasukan di malam terakhir

Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.

Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sekolah agar tetap aman dan tidak terjadi apa-apa.

Melihat adanya sedikit kegiatan yang bukan berasal dari peserta membuat para peserta lainnya penasaran dan menuju area lokasi Ajup yang sedang di data pemuda setempat.

Seketika memerah, tak tau harus menjawab apa jika ada yang bertanya, jika asa yang tau itu adalah kekasihnya. Hanya Sasha yang tak mau kesana karena takut diketahui oleh pihak sekolah. Kekhawatirannya semakin bertambah, bukan hanya kesal tapi ini sudah memalukan.

Kekonyolan Ajup itu harusnya ia pertimbangkan dulu sebelum menuju lokasi ini, aku sudah besar dan aku tidak sendirian aku bersama sekolah dan teman-teman ia yak pantas bertingkah nekat dengan alasan peduli dan khawatir. Ucapnya dalam hati.

Ella tau kondisi temannya itu yang tak baik-baik saja, bahkan Ella juga khawatir dengan Ajup yang juga temannya di ketahui oleh pihak sekolah keberadaannya dan dipermasalahkan. Hingga malam menyelimuti desa, lampu-lampu perkemahan sudah mulai muncul dan mengeluarkan cahaya, bunyi-bunyian speaker yang diatur panitia untuk persiapan acara selanjutnya sudah terdengar sibuk akan tetapi itu semua tidak mengganggu fikiran Sasha yang hanya memikirkan nasib Ajup dan dirinya jika sampai hal ini terungkap.

Sekelompok pemuda itu melaporkan kepada pihak panitia sekolah bahwasannya ada satu tenda tambahan yang sengaja di masukkan ke area perkemahan dengan alasan keamanan dan terpantau oleh penjagaan. Syukurnya hal ini tidak membuat pihak sekolah curiga dan hanya menganggap itu adalah bagian pemuda setempat.

"Bersyukurlah kita aman, untuk selanjutnya kamu jangan dulu temui aku, cukup lihat dari kejauhan! Jika perlu bertemulah disaat dan di tempat yang tidak diketahui siapapun!" Ungkap Sasha kepada Ajup di halaman belakang area perkemahan disaat semua peserta berada di tengah lapangan untuk menyantap makan malam.

"Malam ini adalah malam terakhir kita disini, saya harap seluruh peserta menikmati dan bisa mengambil pelajaran dari seluruh kegiatan yang kita lakukan selama tiga hari ini, setelah ini kita akan melaksanakan acara nonton bareng dan besok pagi para peserta di perbolehkan mengunjungi pengolahan lokal teh dan membelinya sebagai buah tangan yang langsung dari kebunnya, selamat menikmati makan malamnya dan selamat menonton," ucap kepala sekolah.

Pemutaran vidio singkat dokumentasi sekolah angkatan saat itu mengawali acara nonton bareng malam itu..

Seluruh siswa-siswi peserta menikmati jalannya film dokumentasi sekolah, hal-hal lucu dari kegiatan para siswa-siswi yang tanpa diketahui pengambilan vidionya membuat gelak tawa tak tertahankan malam itu, hingga vidio para guru yang kocak juga dipertontonkan.

"Nah itu kamu! Hahahahaha kamu ngapain seperti itu?! Enak banget ngupilnya!" Ucap Chan kepada wanitanya yang tak sengaja tersorot kamera sedang mengupil di dalam kelas dengan gelak tawa yang tak tertahankan.

"Kamu jangan gitu, malu ih!" Jawab wanita itu dengan wajah memerah dan tak kuasa menahan malu.

Alif yang baru saja mulai dekat dengan Wendi dengan asyiknya duduk berdua di barisan paling belakang, kekonyolan vidio dokumentasi hanyalah alasan Alif tertawa dan memancing Wendi tertawa, ia hanya senang melihat tawa wanita pujaannya itu.

Sementara Sasha yang sudah kembali dari halaman belakang area perkemahan langsung menuju tempat Ella berada dan seolah tidak terjadi apa-apa.

Fuhhh…, begitulah hembusan rokok yang disertai hembusan nafas Ajup yang memikirkan kenapa semuanya bisa jadi seperti ini. Niatnya membuat Sasha senang dengan kedatangannya yang menandakan kepeduliannya, akan tetapi malah menjadi keterbalikan yang membuatnya terpojok. Kepulan demi kepulan asap terus menjulang ke atas, tiga batang rokok pun habis dihisap Ajup yang tetap tinggal dan duduk sementara waktu di halaman belakang area perkemahan hingga acarapun usai. Memandang malam yang dihiasi bintang-bintang, angin lembut yang menyapa membuat fikirannya sedikit berkurang. Tak lama terdengar…

Suara teriak wanita tak terkendali, suara langkah kaki panik dan suara gemuruhan orang yang mulai berkumpul di tengah lapangan kembali setelah beberapa menit yang lalu diperintahkan untuk istirahat dan kembali ke tenda. Ya, ada yang kesurupan, dimulai satu orang hingga menjadi tiga orang di tenda wanita. Suara ribut itu membuat peserta lainnya ketakutan dan ada juga yang penasaran, panitia berusaha menenangkan para peserta yang panik dan ketakutan.

Mendengar keributab itu membuat Ajup tanpa pikir panjang langsung menuju ke tempat Sasha berada, dari kejauhan terlihat Ajup yang menuju ke arahnya Sasha yang saat itu juga panik dan ketakutan langsung menajamkan matanya seolah berkata untuk tidak menemuinya dan segeralah ke tenda mu.

Tiga jam berlalu, peserta yang tadinya dirasuki makhluk halus sudah mulai tenang dan tertidur, suasana kembali tenang dan para peserta mulai memasuki tendanya masing-masing. Masalah tak kunjung habis, ta satu, dua orang yang mengeluh dan mencari barangnya yang tiba-tiba hilang dan tak ada lagi di dalam tenda. Ternyata disaat seluruh peserta di panikkan dengan kejadian tadi membuat pencuri yang entah dari lokasi pedesaan atau dari peserta lain merasa memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya. Seluruh peserta sesegera mungkin memeriksa barang bawaannya untuk memastikan tidak ada satupun yang hilang.

Kejadian ini membuat peserta pria dan panitia bergantian untuk berjaga di malam terakhir itu agar tidak terjadi lagi kehilangan. 

Malam terus berlalu, penjagaan terus bergilir, hingga Chan dan Alif dibangunkan untuk melakukan penjagaan selanjutnya. Baru saja menduduki tempat penjagaan terdengar gemuruh awan hitam dan langsung disusul hujan deras disertai angin kencang yang membuat Chan dan Alif langsung masuk kembali ke dalam tenda.

"Sepertinya kita berjaga dari sini saja," ucap Chan yang memeluk tangannya tak kuat menahan dinginnya udara.

"Ya mau gimana hujan gini, ya pastilah didalam sini kita melakukan penjagaan, sedangkan disini saja kamu kedinginan," jawab nyeleneh Alif.

Ditengah dinginnya malam itu seketika terlintas momen indah pria itu dua hari yang lalu di hari pertama ia menginjaki kakinya di area perkemahan ini, teringat indah wanitanya membuat ia ingin menemuinya dan memeluknya. 

"Hei! Kenapa melamun?" Tanya Alif yang mengejutkan pria itu.

"Dingin tau!" Jawab pria itu penuh alasan.

Disisi lain Lily tak bisa tidur yang juga teringat dengan kejadian itu, tetapi ini kebalikan dari yang pria itu rasakan dimana ingatan itu mengundang kembali trauma yang ia rasakan malam itu.

Cahaya lembut masuk dari sela-sela jendela tenda yang telah dibuka membuat Chan yang baru saja tidur selepas penjagaannya kembali terbangun. Udara segar yang terhirup membuat ia sesegera mungkin berdiri dan menuju toilet untuk mencuci muka karena ia ingin mengujungi wanita pujaannya itu.

"Hai, apakabar? Kamu mah enak bisa tidur nyenyak, sedangkan aku harus berjaga," sapa Chan sembari berjalan menuju wanitanya.

Namun wanitanya itu hanya diam tanpa kata membalas sapa prianya itu. Dengan penuh tanda tanya didalam kepala pria itu tentang wanitanya yang mengacuhkannya.

"Kamu kenapa? Aku ada salah ya? Maafin aku ya," ucap pria itu kepada Lily dengan perasaan tak enak.

"Aku tak apa, hanya masuk angin setelah hujan tadi malam dan angin kencang," jawab dingin wanita itu.

Tetapi itu tak membuatnya puas dengan jawaban wanita itu. Ia kembali merasakan dan mengingat-ingat apa saja yang sudah ia lakukan dengan wanita itu tadi malam, apakah ada yang membuatnya tersinggung atau tersakiti.

Jangan-jangan ia kerasukan? Ucap pria itu didalam hatinya.

Panitia memegang pengeras suara dan mulai meng instruksikan para peserta untuk sesegera mungkin mempersiapkan diri dan mengemas seluruh barang dan peralatan sebelum mengunjungi pengolahan lokal daun teh.

Chan yang sudah dulu mengemasi barang memilih menunggu diluar tenda wanitanya itu untuk menunggu wanitanya berkemas.

Sasha , Ella dan Alif sudah berada di lapangan dan menuju area pengolahan lokal daun teh, tenda basah yang masih tertutup terlihat dan di khawatirkan Sasha tentang keadaan kekasihnya itu selepas hujan deras dan badai tadi malam.

Chan dan wanitanya sudah mulai melangkahkan kaki menuju area pengolahan lokal daun teh. Disepanjang perjalanan yang melewati kebun teh yang segar dan indah diselimuti embun pagi sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Lily yang masih dingin. Pria itu sudah kehabisan akal untuk mencari tau kenapa dan bagaimana untuk membuat suasana cair kembali.

Dokumentasi perkemahan di hari terakhir dan swafoto para peserta mengakhiri kegiatan perkemahan penuh sejarah itu dan para peserta mulai menempati bus untuk kembali dan berkumpul disekolah, kali ini penempatan bus peserta tidak di tentukan.

"Kamu naik bus lain saja, bersama dengan teman-temanmu, kita gausah satu bus dulu," ucap dingin Lily kepada pria itu dan langsung memasuki bus.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status