Share

Bertemu lagi

Author: AINAYOUNG
last update Last Updated: 2023-03-31 21:11:39

Alisha terdiam saat ia melihat rumah kosong yang sepi jauh dari rumah penduduk sekitar. "Ini rumah, Om?" 

"Iya. Masuklah!" Madin masuk lebih dahulu. 

Alisha tampak ragu melangkah masuk ke rumah itu. 

"Masuklah." 

"Apa tidak ada tempat lain, Om? Terus terang saya takut di sini. Gelap dan sepi." Ia melihat ke sekitarnya.

"Bermalam dulu di sini. Besok aku akan antar kamu ke tempat kerja lalu kita akan mencari tempat tinggal untukmu."

Luna mengusap perutnya yang mulai bergerak. Nyawa bayi dalam perutnya berdenyut. 

"Apa kamu lapar? Kita sudah makan tadi." Madin heran melihat Luna yang kini menyentuh perutnya.

"Nggak, Om. Saya cuma kekenyangan." 

"Oh, kukira tadi kamu lapar lagi." Madin tertawa. "Ayo, masuk." 

Alisha memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu. Tidak buruk juga seperti yang ia pikirkan beberapa menit yang lalu. Rumah itu terlihat nyaman ditempati walaupun dinding rumahnya tidak diberi cat. Ia meletakkan tas berisi pakaiannya di atas ranjang. 

"Tidurlah. Aku harus pergi untuk mengantar penumpang bekerja." 

Alisha terkejut, itu berarti ia akan sendirian di rumah itu. "Om, aku takut sendirian." 

"Kunci pintu kalau kau takut ada yang tiba-tiba masuk kemari. Ingat, jangan buka pintu selain aku yang memintamu." 

Luna mengangguk lalu ia menutup pintu setelah Madin pergi. Gadis ini melihat ke sekitarnya. Ia tidak memiliki ponsel sebagai hiburan dan tidak tahu harus ke mana mencari Deni. Gadis ini berusaha untuk tertidur walaupun ia kembali mengingat penghinaan siang tadi yang dilakukan oleh ibu tirinya dan Anjas. Gadis ini menangis tersedu-sedu sambil memeluk tasnya.

Keesokan harinya pada jam 07:08,. Alisha terbangun ketika Madin mengetuk pintu.

"Alisha." Madin memanggil Alisha dari luar sambil mengetuk pintu.

Alisha segera membuka pintu. "Om."

"Apa kamu sudah sial?"

"Ke mana, Om?"

"Bekerja. Bukankah kamu ingin bekerja?" 

Alisha Luna mengangguk. "Iya, Om."

"Sarapan dulu, nih." Madin menyodorkan sebungkus nasi kuning pada Luna. 

"Terima kasih, Om." 

Madin membuka kemeja kuning bermotif kotak-kotak yang dikenakannya. Ia lalu pergi ke belakang untuk mandi. 

Luna makan sambil menyentuh perutnya yang kembali bergerak. Padahal usia kandungannya baru berjalan dua bulan, tapi ia telah merasakan cinta untuk bayinya.

***

Deni tengah menandatangani dokumen penting di kantornya. Pemuda tampan yang kaya raya ini baru saja menandatangani proyek besar dengan PT  Bumi Perkasa Jaya Indah. Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan intan yang terbesar di Banjarmasin. 

Pemilik PT Bumi Perkasa Jaya Indah memang sengaja datang ke Tenggarong untuk menemui Deni. Selain mereka berteman akrab sejak di bangku kuliah, mereka juga saling membantu jika salah satunya memerlukan suntikan dana untuk bisnis mereka.

"Riski, kapan kamu nikah?" tanya Deni setelah menandatangani dokumen yang dibawa oleh sekretaris Riski. Riski adalah pemilik PT Bumi Perkasa Jaya Indah.

Riski menekuk dagunya hingga membentuk banyak lipatan. Ia kesel karena Deni selalu mengungkit masalah pernikahannya. Ia memang akan menikah, cuma jodohnya saja yang belum  diciptakan atau mungkin sedang nyangkut di atas pohon dan belum waktunya untuk jatuh. 

"Jangan cemberut begitu. Aku hanya bercanda," kata Deni.

"Kamu kapan nikahnya?" Riski balas mengejek Deni.

Deni teringat pada Luna. Ia ingin tahu kabar berikutnya mengenai gadis itu.

"Hei, kok, ngelamun, sih? Aku nanya, kamu kapan nikahnya?" 

Deni tersenyum. "Ada, deh."

"Kalau kita jomblo sampai kiamat mending kita nikah, yuk."

"Oh, najis." Deni mengerutkan keningnya untuk mengejek Riski. 

"Aku ada urusan. Aku tinggal dulu. Jangan lupa cuci piring setelah mamam," kata Riski. Ia pergi dengan membawa dokumen yang telah ditandatangani.

Deni tertawa, ia sudah biasa bercanda dengan Riski. Pembicaraan mereka pun jarang ada yang serius. Seringnya ngalur-ngidul. 

Pintu ruangnya diketuk oleh seseorang. "Masuk!" perintah Deni.

"Pak, saya membawa seseorang untuk bekerja menjadi OB di sini." 

Deni mengalihkan tatapannya pada lelaki itu dan ia terkejut melihat Alisha berada di belakang lelaki yang dikenalnya sebagai kepala supir bus angkutan karyawan di perusahaannya, dia adalah Madin. 

"Alisha?" 

Alisha terdiam. Ia akhirnya bertemu lagi dengan Deni.

"Kalian sudah saling kenal?" Madin kebingungan. 

Alisha tiba-tiba menangis. 

"Eh, kenapa dia menangis?" Madin panik dan ia tidak tahu mengapa tiba-tiba saja gadis itu histeris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Rencana yang Gagal

    Pintu terkunci ketika Alisha akan masuk ke kamar. Cukup dua ketukan dan sekali dorongan saja, ia sudah sadar diri bahwa dirinya telah membuat malu dan marah Dani. Perempuan ini hanya mampu meneteskan air mata. "Sini kamu!" Tiba-tiba Ibunya Dani menyeret Alisha menjauh dari kamar itu. "Mau ke mana, Ma?" Alisha tak berani melawan."Jangan berisik!" Alisha menatap pintu kamarnya yang telah jauh. Ia berharap Dani keluar dari kamar dan langsung menyelamatkannya dari perempuan itu."Sini!" Ia menempatkan Alisha di depan pintu utama.Alisha terkejut, dan langsung menatap ke luar. "Apa ini, Ma?" "Nggak sudi aku dipanggil mama olehmu. Sekarang keluar dari rumah ini atau aku akan mendorongmu!" Alisha menggeleng sambil mencoba menerobos pertahanan mertuanya. "Eh, mau ke mana? Keluar kataku!" Ia merentang kedua tangan, mencegah Alisha melewatinya."Dani harus tahu!" teriak Alisha. "Diam!" Ia membentak, tapi tidak berani lantang sebab Dani akan mendengar keributan itu. "Pergi kamu!" Ia beru

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Fitnah Mertua

    Segepok uang telah diterima, hanya tinggal menjalankan perintah dari calon mertua idamannya saja. Ya, Delia, perempuan licik penuh muslihat ini tengah memikirkan cara agar Dani tidak mencurigainya sebagai penyebab insiden yang akan terjadi beberapa jam nanti.Sedangkan kini, Dani dan Alisha tengah keluar dari supermaket. Tak sengaja mereka berpapasan langsung dengan pacarnya Anjas. Perempuan itu langsung menatap ke arah perut Alisha. "Kamu yang di... ah, aku lupa." Ia menekan keningnya dengan tangan kanan sambil mengingat-ingat Alisha. "Oh, iya. Kamu yang pernah ada di Rumah sakit itu, kan?" Alisha melirik Dani. Ia tidak ingin berurusan dengan perempuan yang memiliki hubungan dengan Anjas.Dani rupanya mengerti, ia segera menjawab pertanyaan perempuan itu. "Iya, memangnya ada apa, ya?" "Kenal sama yang namanya Anjas?" tanya perempuan itu."Gak." Dani dengan tegas menggelengkan kepala."Oh, maaf. Kukira kalian saling kenal." Ia tertawa malu, kemudian pergi."Kalau dia di sini berart

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Rencana Balas Dendam Mertua Kejam

    Deli cemberut sambil memakan makanan yang ia masak tadi siang. Sedikitpun Alisha belum juga memintanya untuk menyajikan makanan. Perempuan itu beralasan bahwa sudah kenyang makan masakan yang dibuatnya sendiri tadi pagi, dan sambil membayangkan betapa mesra dan romantisnya sikap Dani kepada majikan perempuannya itu, ia menggerutu juga. Tak ayal juga nasi terkadang terkeluar dari mulutnya tanpa ia sadari, dan setelah melihat itu semua, ia segera menghentikan makannya, lalu kembali menggerutu."Nungguin dia makan, dan aku makan sisanya, itu bisa bikin aku mati kelaparan. Huh, dasar, perempuan pucat!" Tidak lama terdengar suara seorang perempuan dari ruang tamu, dan dengan tergesa-gesa Delia membersihkan meja makan, lalu mencuci piring bekasnya tadi. Ia segera mendatangi suara perempuan tadi. Ternyata Dani datang bersama ibunya. "Ini ibuku, Delia." Dani memerkenalkan ibunya pada Delia yang sedikit bingung dengan status perempuan itu."Iya, saya Delia, Bu." Delia tersenyum manis, tetapi

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   ART Tidak Tahu Malu

    Alisha BlmSudah dua hari Alisha tidak berselera makan. Ia hanya terus merenungi nasibnya. Terutama Dani yang masih belum menegurnya sejak kejadian itu (saat menemukan fakta Riski berkhianat). Perempuan itu melirik suaminya yang tengah berjalan di belakangnya. Memang posisinya saat ini alisha tengah berbaring membelakangi Dani dan lelaki itu sedari tadi hanya bolak-balik di kamar itu. Tak berani juga ia menegur kecuali lelaki itu datang untuk menyapa lebih dahulu."Halo, Pak." Terdengar suara Dani tengah menelepon. Alisha jadi penasaran dan menoleh. "Iya, Pak. Saya akan datang besok." Alisha kembali seperti tadi saat tatapan Dani tertuju padanya. Merasa seperti maling yang tertangkap basah, perempuan itu pejamkan mata dan pura-pura tertidur. Dani mendatangi istrinya kemudian menyentuh pundak kirinya. Alisha merasa inilah yang ditunggu sedari tadi. Diperlakukan seperti biasanya. "Iya, ada apa?" "Mama akan bebas."Alisha terkejut, dan segera bangkit. "Tapi kita?" "Tenang dulu." "M

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Akibat Masa Lalu

    Alisha dipaksa membuat pilihan. Merupakan dilema baginya. Jika dituruti ia akan terhina dan jika menolak, ia akan memermalukan Dani dan dirinya sendiri. "Jangan lama-lama mikirnya," bisik Riski yang tiba-tiba saja membuat Alisha merinding karena lelaki itu hampir menempelkan bibirnya ke pipi kanan perempuan ini. "Jangan dekat-dekat!" "Jangan jauh-jauh!" Ia segera menahan lengan kanan Alisha, sebelum perempuan itu menjauh darinya."Tolong jangan seperti ini," mohonnya, sambil meronta."Sebelum dia pulang, kita masih sempat main." "Aku dijebak oleh mereka. Aku gak salah dan gak pernah mau punya nasib seperti ini. Tolong jangan buat aku memilih." "Aku gak mau tahu!" desisnya sambil menekan lengan Alisha sehingga perempuan itu merintih sakit. "Kamu gak punya pilihan. Ayo!" "Aku gak mau!" Ia diseret ke kamar. Perempuan ini meronta, tetapi ia segera digendong dan mulutnya dibungkam oleh lelaki itu. Pintu kamar langsung dikunci setelah ia melempar Alisha ke ranjang. Alisha segera berl

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Teman Pengkhianat

    Alisha terdiam malu ketika Dani membelai rambutnya. Ia pasrah jika Dani memang menginginkan malam pertama dengannya, tetapi Dani justru menghentikan sikap romantis itu ketika mendengar suara dari luar. "Siapa?" tanya Dani. Ia melihat bayangan seseorang dari sela bawah pintu. "Siapa?" bisik Alisha."Biar kulihat," kata Dani yang segera menuju ke luar kamar. Lelaki itu tidak menemukan siapa-siapa di rumahnya. "Ada siapa, Dani?" tanya Alisha yang ingin beranjak keluar kamar juga."Gak tahu siapa itu," kata Dani yang mengejutkan Alisha dengan kedatangannya yang tiba-tiba. "Aku udah memeriksa semuanya, tapi gak ada siapapun. Bahkan semua jendela dan pintu sudah dikunci." "Atau mungkin cuma perasaan kita aja, soalnya Anwar belum ketangkap oleh polisi," kata Alisha. "Hem, mungkin." Dani menggaruk kepalanya. "Oh, ya, aku mau ngambil sesuatu di rambutmu." Dani mengambil benang putih di antara rambut Alisha. Rupanya benang itu tadi yang selalu membuat Dani menaruh perhatian lebih pada Ali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status