Beranda / Romansa / DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU / Calon Istri yang Tak Diharapkan

Share

Calon Istri yang Tak Diharapkan

Penulis: AINAYOUNG
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-27 18:23:42

Madin bingung melihat reaksi Alisha yang tiba-tiba menangis ketika melihat Deni.

"Kamu kenapa?" tanya Madin.

Alisha menggelengkan kepalanya, tidak ingin menceritakan tentang dirinya dan Deni bertemu beberapa hari yang lalu.

"Dia teman lama, Pak. Mungkin kangen sama sekolah dulu," kata Deni.

Madin tertawa, merasa lucu karena seharusnya reaksi Alisha tidak begitu saat bertemu teman lama. "Kupikir tadi apa?"

"Kami sempat musuhan dulu, pas ketemu sayanya sukses. Mungkin dia malu." 

Alisha tertawa sambil mengusap air matanya. 

"Astaga, cuma itu saja," kata Madin sambil melirik Alisha.

"Berhubung saya dan dia sudah saling kenal, Bapak nggak perlu khawatir. Dia akan saya beri tempat tinggal."

Madin menatap Luna. "Baik-baik bekerjanya, ya?"

Luna menganggukkan kepala. "Terima kasih."

"Sama-sama. Saya masih ada kerjaan. Permisi." Setelah berkata, Madin segera pergi.

Alisha itu kini hanya berdua dengan Deni. Alisha hanya berdiri mematung. Dalam hati ia sangat malu karena telah mengabaikan nasihat Deni dan datang dengan keadaan yang menyedihkan.

Deni menghela napas. "Bagaimana kabarmu?"

Alisha menahan sekuatnya agar air mata tidak mengalir. Namun, percuma karena semakin ditahan semakin ingin menangis. "Aku baik."

Sekali lagi Deni menghela napas. Ia tahu bahwa Alisha kini tengah berbohong.

"Aku nggak bisa memberikan pekerjaan OB ke kamu, Bu Lisha?"

Alisha terkejut. "Kenapa, Pak?" 

Deni menunjuk perut Alisha. "Karena dia."

Alisha menyentuh perutnya. "Saya harus bekerja."

Deni berdiri, kemudian menghampiri Alisha. "Aku khawatir dengannya. Lebih baik kau pulang dan beristirahat saja. Biarkan suamimu yang bekerja. Kau boleh datang lagi setelah melahirkan." 

"Saya bisa bekerja." Alisha menatap Deni.

Sejenak Deni terdiam. "Saya nggak mau ikut campur urusanmu, tapi harus ada alasan supaya kamu bisa saya terima di sini." 

"Dia, bapak dan ibu tiriku...." Alisha menangis. "Mereka mengusirku." 

"What? Apa yang terjadi?" 

"Aku difitnah. Mereka mengambil video di hotel dan mengarang kejadian memalukan sehingga ayahku mengira aku sudah tidur dengan banyak lelaki."

Deni mengepalkan kedua tangan. Ia marah karena perlakuan mereka. 

"Aku tidak punya rumah, uang dan tempat bersandar. Aku bingung." 

Deni menyentuh pundak kanan Alisha, tetapi Alisha malah memeluknya. Ia merasa tidak nyaman, tetapi untuk menolak, ia takut akan membuat Alisha tersinggung. 

"Aku nggak punya siapa-siapa lagi. Tolong terima aku bekerja." 

"Hem, baiklah." 

Alisha melepaskan pelukannya pada Deni. "Terima kasih, Pak. Terima kasih sekali." 

"Berhentilah menangis." Deni menyeka air mata Alisha dengan tisu yang baru diambil dari mejanya. 

Alisha sejenak terdiam. Ia belum pernah diperlakukan romantis oleh lelaki mana pun. Kini perlakuan Deni membuatnya terkesima sampai tak sadar telah menatapnya begitu lama. 

"Maaf." Alisha segera menjauh, mundur dua langkah dari Deni.

"Kamu tinggal di rumah saya dulu untuk sementara, ya, Bu." Bima kembali ke mejanya. 

"Baik, Pak." 

"Maaf kalau di sini nggak bisa ber-aku. Soalnya kita berada di kantor. Kamu paham, kan?" 

"Saya paham, Pak." 

Deni melirik melihat arlojinya. "Kamu tunggu saja di sofa itu. Pas jam makan siang saya antar kamu ke rumah." 

Alisha menganggukkan kepalanya. Ia berjalan menuju sofa yang berada di sisi ruangan itu, kemudian duduk di sana. Ada televisi di sana, tapi ia tidak berani menghidupkannya. 

***

12:20, Alisha dan Deni telah berada di rumah. Alisha kebingungan saat melihat rumah itu yang berbeda dari yang waktu  di lihatnya.

"Aku sempat meminta beberapa orang untuk merenovasi tempat ini," kata Deni.

Alisha mengangguk-angguk. "Padahal baru beberapa hari."

"Kuberi waktu dua hari untuk mengecat dan memerbaiki beberapa." 

Deni berjalan ke taman belakang. Alisha takjub melihat pemandangan itu. Ada bunga mawar yang berada di ujung pagar. Pohon mangga dan pohon cempedak. "Kalau kau mau, ambillah."

"Apa nggak ada yang marah kalau kamu membawaku kemari?" 

Deni menatap Alisha. "Nggak. Ini rumahku."

"Ibumu di mana?" 

"Dia ada di Balikpapan." 

Perut Alisha tiba-tiba berbunyi. Perempuan itu malu karena Deni harus mendengarnya. Alisha menyengir sambil berkata, "Sorry. Aku lapar." 

Deni tersenyum. "Aku akan memasak untukmu." 

Deni diikuti oleh Alisha pergi ke dapur. Perempuan itu duduk di depan meja tempat meletakkan makanan dan sayur, sedangkan Deni sibuk memasak.

"Apa perlu aku membantumu?" Alisha bertanya.

"Tidak perlu." Deni mengambil sebotol susu putih dan kemudian menuang susu ke gelas, setelah itu diberikan pada Alisha. "Minumlah."

Alisha meminum susu itu. Setelah itu ia melirik ke luar pintu dapur. Perempuan ini melihat mangga muda. 

Deni menoleh ke arah luar. "Apa yang kau lihat?"

Alisha menggelengkan kepalanya.

Deni tahu bahwa Alisha ingin makan mangga, jadi ia menunda masakannya. Deni pergi ke luar. 

Alisha melihat Deni mengambil mangga dengan sebatang kayu. Ia membayangkan memiliki Suami seperti itu. "Andai saja, huh, tapi nggak mungkin." 

Deni datang dengan dua buah mangga muda. Ia mengupas mangga kemudian menyajikan ke piring, lengkap dengan garam. "Makanlah." Setelah itu ia kembali memasak.

Alisha tengah asyik memakan mangga. Tiba-tiba ponsel Deni berdering di atas meja. Ia sempat membaca nama orang yang menghubungi Deni. 

"Aku terima telepon dulu." Deni segera keluar. Ia kini berada di luar dapur.

"Kapan kamu mau menikah?" tanya ibunya yang berada lewat telepon.

Deni memijat keningnya sambil menghela napas berat. "Aku belum memikirkan itu, Ma."

"Melinda sudah jamuran nunggu kamu. Cepatlah ambil keputusan." 

"Aku nggak cinta sama dia, Ma."

"Apaan, sih? Pake cinta-cintaan segala. Nikah dulu, cinta belakangan."

"Nggak bisa begitu, Ma. Aku nggak mau tinggal bersama orang yang nggak aku sayang. Kalau nanti jadi nikah juga, toh, aku nggak bisa pura-pura terus apalagi nanti kalau ternyata aku suka sama cewek lain, nah, gimana itu?" 

"Ribet banget, sih, hidupmu. Pokoknya aku nggak mau tahu. Besok dia datang. Kamu harus baik sama dia. Dia juga akan nginap beberapa hari." 

"Astaga, Ma. Kenapa nggak jujur ke dia? Aku nggak mau sama dia." 

"Pokonya harus. Awas kalau kamu buat dia marah."

"Ma, Mama!" Pembicaraan berakhir membuat Deni prustasi. 

"Aaah!" Alisha berteriak.

Deni terkejut. "Alisha!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Rencana yang Gagal

    Pintu terkunci ketika Alisha akan masuk ke kamar. Cukup dua ketukan dan sekali dorongan saja, ia sudah sadar diri bahwa dirinya telah membuat malu dan marah Dani. Perempuan ini hanya mampu meneteskan air mata. "Sini kamu!" Tiba-tiba Ibunya Dani menyeret Alisha menjauh dari kamar itu. "Mau ke mana, Ma?" Alisha tak berani melawan."Jangan berisik!" Alisha menatap pintu kamarnya yang telah jauh. Ia berharap Dani keluar dari kamar dan langsung menyelamatkannya dari perempuan itu."Sini!" Ia menempatkan Alisha di depan pintu utama.Alisha terkejut, dan langsung menatap ke luar. "Apa ini, Ma?" "Nggak sudi aku dipanggil mama olehmu. Sekarang keluar dari rumah ini atau aku akan mendorongmu!" Alisha menggeleng sambil mencoba menerobos pertahanan mertuanya. "Eh, mau ke mana? Keluar kataku!" Ia merentang kedua tangan, mencegah Alisha melewatinya."Dani harus tahu!" teriak Alisha. "Diam!" Ia membentak, tapi tidak berani lantang sebab Dani akan mendengar keributan itu. "Pergi kamu!" Ia beru

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Fitnah Mertua

    Segepok uang telah diterima, hanya tinggal menjalankan perintah dari calon mertua idamannya saja. Ya, Delia, perempuan licik penuh muslihat ini tengah memikirkan cara agar Dani tidak mencurigainya sebagai penyebab insiden yang akan terjadi beberapa jam nanti.Sedangkan kini, Dani dan Alisha tengah keluar dari supermaket. Tak sengaja mereka berpapasan langsung dengan pacarnya Anjas. Perempuan itu langsung menatap ke arah perut Alisha. "Kamu yang di... ah, aku lupa." Ia menekan keningnya dengan tangan kanan sambil mengingat-ingat Alisha. "Oh, iya. Kamu yang pernah ada di Rumah sakit itu, kan?" Alisha melirik Dani. Ia tidak ingin berurusan dengan perempuan yang memiliki hubungan dengan Anjas.Dani rupanya mengerti, ia segera menjawab pertanyaan perempuan itu. "Iya, memangnya ada apa, ya?" "Kenal sama yang namanya Anjas?" tanya perempuan itu."Gak." Dani dengan tegas menggelengkan kepala."Oh, maaf. Kukira kalian saling kenal." Ia tertawa malu, kemudian pergi."Kalau dia di sini berart

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Rencana Balas Dendam Mertua Kejam

    Deli cemberut sambil memakan makanan yang ia masak tadi siang. Sedikitpun Alisha belum juga memintanya untuk menyajikan makanan. Perempuan itu beralasan bahwa sudah kenyang makan masakan yang dibuatnya sendiri tadi pagi, dan sambil membayangkan betapa mesra dan romantisnya sikap Dani kepada majikan perempuannya itu, ia menggerutu juga. Tak ayal juga nasi terkadang terkeluar dari mulutnya tanpa ia sadari, dan setelah melihat itu semua, ia segera menghentikan makannya, lalu kembali menggerutu."Nungguin dia makan, dan aku makan sisanya, itu bisa bikin aku mati kelaparan. Huh, dasar, perempuan pucat!" Tidak lama terdengar suara seorang perempuan dari ruang tamu, dan dengan tergesa-gesa Delia membersihkan meja makan, lalu mencuci piring bekasnya tadi. Ia segera mendatangi suara perempuan tadi. Ternyata Dani datang bersama ibunya. "Ini ibuku, Delia." Dani memerkenalkan ibunya pada Delia yang sedikit bingung dengan status perempuan itu."Iya, saya Delia, Bu." Delia tersenyum manis, tetapi

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   ART Tidak Tahu Malu

    Alisha BlmSudah dua hari Alisha tidak berselera makan. Ia hanya terus merenungi nasibnya. Terutama Dani yang masih belum menegurnya sejak kejadian itu (saat menemukan fakta Riski berkhianat). Perempuan itu melirik suaminya yang tengah berjalan di belakangnya. Memang posisinya saat ini alisha tengah berbaring membelakangi Dani dan lelaki itu sedari tadi hanya bolak-balik di kamar itu. Tak berani juga ia menegur kecuali lelaki itu datang untuk menyapa lebih dahulu."Halo, Pak." Terdengar suara Dani tengah menelepon. Alisha jadi penasaran dan menoleh. "Iya, Pak. Saya akan datang besok." Alisha kembali seperti tadi saat tatapan Dani tertuju padanya. Merasa seperti maling yang tertangkap basah, perempuan itu pejamkan mata dan pura-pura tertidur. Dani mendatangi istrinya kemudian menyentuh pundak kirinya. Alisha merasa inilah yang ditunggu sedari tadi. Diperlakukan seperti biasanya. "Iya, ada apa?" "Mama akan bebas."Alisha terkejut, dan segera bangkit. "Tapi kita?" "Tenang dulu." "M

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Akibat Masa Lalu

    Alisha dipaksa membuat pilihan. Merupakan dilema baginya. Jika dituruti ia akan terhina dan jika menolak, ia akan memermalukan Dani dan dirinya sendiri. "Jangan lama-lama mikirnya," bisik Riski yang tiba-tiba saja membuat Alisha merinding karena lelaki itu hampir menempelkan bibirnya ke pipi kanan perempuan ini. "Jangan dekat-dekat!" "Jangan jauh-jauh!" Ia segera menahan lengan kanan Alisha, sebelum perempuan itu menjauh darinya."Tolong jangan seperti ini," mohonnya, sambil meronta."Sebelum dia pulang, kita masih sempat main." "Aku dijebak oleh mereka. Aku gak salah dan gak pernah mau punya nasib seperti ini. Tolong jangan buat aku memilih." "Aku gak mau tahu!" desisnya sambil menekan lengan Alisha sehingga perempuan itu merintih sakit. "Kamu gak punya pilihan. Ayo!" "Aku gak mau!" Ia diseret ke kamar. Perempuan ini meronta, tetapi ia segera digendong dan mulutnya dibungkam oleh lelaki itu. Pintu kamar langsung dikunci setelah ia melempar Alisha ke ranjang. Alisha segera berl

  • DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU   Teman Pengkhianat

    Alisha terdiam malu ketika Dani membelai rambutnya. Ia pasrah jika Dani memang menginginkan malam pertama dengannya, tetapi Dani justru menghentikan sikap romantis itu ketika mendengar suara dari luar. "Siapa?" tanya Dani. Ia melihat bayangan seseorang dari sela bawah pintu. "Siapa?" bisik Alisha."Biar kulihat," kata Dani yang segera menuju ke luar kamar. Lelaki itu tidak menemukan siapa-siapa di rumahnya. "Ada siapa, Dani?" tanya Alisha yang ingin beranjak keluar kamar juga."Gak tahu siapa itu," kata Dani yang mengejutkan Alisha dengan kedatangannya yang tiba-tiba. "Aku udah memeriksa semuanya, tapi gak ada siapapun. Bahkan semua jendela dan pintu sudah dikunci." "Atau mungkin cuma perasaan kita aja, soalnya Anwar belum ketangkap oleh polisi," kata Alisha. "Hem, mungkin." Dani menggaruk kepalanya. "Oh, ya, aku mau ngambil sesuatu di rambutmu." Dani mengambil benang putih di antara rambut Alisha. Rupanya benang itu tadi yang selalu membuat Dani menaruh perhatian lebih pada Ali

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status