Home / Romansa / DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU / Bab 5. Firasat Ibu Selalu Benar

Share

Bab 5. Firasat Ibu Selalu Benar

Author: Dacytta-Peach
last update Last Updated: 2023-04-21 16:42:32

"Mas, aku ingin pulang kampung hari ini. Ibuku jatuh dan dibawa ke rumah sakit," ucap Sumiyati lirih pada Susilo Via telepon siang itu.

Susilo mendengkus. "Apalagi sih ibu kamu tuh?! Ada-ada aja. Seneng banget kayaknya habisin tabungan anaknya."

"Mas, hati-hati kalo ngomong. Dia itu ibuku Mas," ucap Sumiyati tak berkenan ketika Susilo mulai mencela ibunya.

"Iya tahu dia ibu kamu, ibu yang suka repotin anaknya." Susilo menimpali, ia terdengar begitu kesal saat mendengar ibu Sumiyati jatuh dan dibawa ke rumah sakit. "Kalo kamu mau pulang, pulang aja. Aku nggak ikut."

"Tapi Mas aku nggak ada ongkos pulang. Uang gajiku udah aku titipin ke kamu Mas, ehm... Apa boleh aku minta uangnya buat biaya balik kampung Mas?" Sumiyati meminta dengan hati-hati.

"Enggak, enggak bisa. Duit gaji itu kan ditabung sama-sama buat biaya pernikahan kita. Aku nggak bisa kasih duit kamu sekarang, kalo duitnya diambil lagi lalu kapan kita bisa nikahannya? Mikir dong Sum, mikir! Sudahlah, aku mau kerja. Pinjem temenmu dulu, siapa suruh kamu mau pulang kampung!" Susilo mengumpat, ia lalu mematikan panggilan dengan kasar.

Hati Sumiyati tercabik-cabik, ia tidak memiliki uang sepeser pun untuk pulang. Uang gajinya telah ditabung di rekening Mas Susilo, mustahil baginya untuk meminta. Sementara untuk pinjam ke teman, mana ada hati Sumiyati untuk melakukannya. Ia telah banyak meminjam ke teman terlebih saat ini pas tanggal tua sudah pasti banyak yang tidak akan memberinya pinjaman.

Menatap ponsel android yang ia punya, Sumiyati memiliki niat untuk menghubungi Ilham kembali. Ia ingin mengabarkan pada pemuda itu bahwasanya ia tidak bisa pulang untuk saat-saat ini.

"Hallo, assalamualaikum Mbak Sum. Bagaimana? Hari ini jadi pulang?" Ilham terdengar sangat ramah di dalam panggilan telepon.

Sumiyati terdiam sejenak, ia menelan ludahnya dengan susah payah. "Wa'alaikum salam, Maaf Mas Ilham, kayaknya saya tidak bisa pulang untuk saat-saat ini. Saya titip ibu saya ya, nanti setelah gajian saya janji akan bayar biaya rumah sakitnya sama Mas."

"Loh kenapa Mbak? Saat ini Bu Saritun membutuhkan Mbak Sum."

Sumiyati tertunduk, ia terdiam lagi sambil menelan ludah. "Saya tidak ada biaya pulang kampung Mas. Jadi saya titip ibu saya ya?!"

Ilham terdiam, tak ada ucapan yang muncul dalam percakapan itu. Sumiyati sadar bahwa mungkin Ilham keberatan dengan apa yang ia inginkan, ia lantas buru-buru meralat ucapannya. "Saya janji kok Mas bakal bayar biaya rumah sakitnya sama Mas. Tolongin saya Mas, saya tidak bisa menunggui ibu saat ini."

"Mbak, bagaimana jika saya kirimi Mbak ongkos pulang? Demi Bu Saritun juga Mbak, sebaiknya Mbak pulang dan menemui beliau."

"Tapi dengan apa saya bayarnya Mas? Ongkosnya mahal kalo pulang ke kampung."

"Nanti saya jemput Mbak di terminal ya, soap bayar nanti kita bahas lagi klo Mbak sudah pulang. Sekarang tolong kirimi saya nomer rekening Mbak Sum yang aktif, saya kirim uangnya segera ya." Ilham berkata dengan sabar dan tenang, membuat Sumiyati penasaran dengan lelaki baik tersebut.

"Mas, beneran ini?"

"Iya Mbak beneran. Saya tunggu kiriman nomer rekeningnya ya Mbak, assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam," balas Sumiyati lalu menutup panggilan telepon. Air mata Sumiyati perlahan merembes keluar, ia terharu dengan kebaikan pria tersebut.

Menatap ponsel jadulnya, Sumiyati bersyukur dalam hati. Tuhan telah berbaik hati mempertemukan dia dengan sosok pria baik hati dalam hidupnya. Dibandingkan Susilo, pria ini jauh lebih unggul dalam hal sifat dan sikap.

Sumiyati menghapus airmatanya dengan bahagia. "Terima kasih ya Allah, terima kasih untuk karunia ini. Aku tidak akan melupakan kebaikan pria itu dan berencana akan membalasnya lain waktu. Ya Allah, berikan dia kebaikan dan rejeki yang lancar. Aamiin."

**

"Apa? Kamu ingin menolongnya?" Bu Wiryo nampak terheran-heran dengan kebaikan hati putra sulungnya tersebut. "Ilham,Ilham ... Jangan baik-baik sama orang nanti kamu ditipu."

Ilham tersenyum tipis, menatap beberapa orang yang lewat lalu lalang di rumah sakit. "Nggak ada yang salah Bu dengan menolong orang yang kesusahan. Lagipula Mbak Sum janji akan bayar kok."

"Iya Ibu tahu, tapi saat ini kamu kan sedang nganggur dan nggak kerja. Hemat sedikit-lah, Ham." Bu Wiryo memperingatkan, ia geleng-geleng kepala dengan tingkah anak sulungnya yang begitu baik hati dan welas asih.

"Nggak papa Bu, nanti juga dikembalikan sama Allah berkali-kali lipat." Ilham tetap mencoba berpikir positif, ia menatap ponselnya sekali lagi ketika ada W******p dari Sumiyati yang menyatakan rasa terima kasihnya akibat ditolong.

"Lagipula Sumiyati itu kok aneh sekali ya, kerja tahunan tapi gak ada uang. Memangnya dikemanain uang kerjanya selama ini?!" Bu Wiryo berkomentar, kembali julid dengan kehidupan Sumiyati.

Ilham tersenyum, menggeleng kepala dengan ucapan ibunya. "Bu, jangan benci-benci banget sama Mbak Sum, ntar kalo dia jadi menantunya Ibu gimana coba?!"

"Heh? Apa Ham? Amit-amit Ham, amit-amit. Memangnya kamu mau sama perawan tua? Mau Ham? Mau?"

Ilham terkekeh, ia tertawa lucu. "Kalo jodoh masak ditolak sih Bu. Itu namanya kurang bersyukur. Lagipula Ilham kan gak tahu jodoh Ilham siapa. Siapa tahu emang Mbak Sum jodohnya."

"Heh? Amit-amit Ham. Amit-amit."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 50. Langgeng Selamanya

    Pernikahan Sumiyati dengan Ilham berjalan dengan lancar, mengambil lokasi di rumah Bu Saritun, resepsi yang terjadi pada hari Minggu itu berjalan sesuai dengan harapan semua pihak.Musik khas suku Jawa yang berbunyi begitu syahdu, selaras dengan musik kendang yang dipukul bertalu-talu. Tamu perlahan bergerak datang, memberi selamat pada sang mempelai dengan raut wajah gembira dan penuh sukacita. Ya, sekarang Sumiyati telah memiliki pendamping yang tampan dan mau menerima kekurangannya hingga maut memisahkan.Berbeda dengan Sumiyati dan Ilham yang masih dipajang di kursi pelaminan, Bu Saritun berjalan menepi ke pinggiran rumah tanpa ada satu orang pun yang tahu. Wanita tua itu menahan haru yang cukup dalam, kedua bola matanya memerah dan ia cukup terisak dengan keadaan yang tengah terjadi sekarang.Ya, siapa yang tidak terharu melihat kondisi Sumiyati sekarang. Sebagai ibu tunggal, Saritun pernah merasakan bagaimana susahnya berjuang sendirian membesarkan seorang anak. Sumiyati tumbuh

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 49. Sumpah Setia

    Segala niat baik pasti akan direstui dan dipercepat jalannya oleh Tuhan. Setidaknya Ilham mempercayai pepatah itu di dalam hidupnya. Lihat saja, dua minggu berlalu dengan cepat. Pemuda itu mempersiapkan segalanya dengan matang, ia memesan dekorasi pernikahan sekaligus catering makanan untuk tamu yang hadir di acara pernikahannya nanti.Tidak hanya itu, ia mengurus semua dokumen kelengkapan untuk pernikahan dengan sangat hati-hati dan juga penuh semangat tinggi. Tidak mungkin bagi Ilham untuk mundur, ia telah separuh jalan dan baginya semua yang ia jalani sekarang adalah kenikmatan dari perjuangan yang ia lalui sekali seumur hidup.Setelah berkutat dengan segala hal yang berbau dengan pernikahan, hari spesial itu telah tiba. Ilham sudah tidak sabar menunggu waktu dimana ia akan berjumpa dengan Sumiyati di pelaminan. Ya, tentu saja dia rindu karena selama dua minggu ini sama sekali tidak bertemu dengan Sumiyati dikarenakan kesibukannya mengurusi segala hal.Ilham selalu sabar, bukankah

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 48. Jawaban Atas Segala Doa

    Gadis berparas ayu itu terus menunduk, ada kegundahan hati yang saat ini melanda tanpa bisa ia katakan pada siapa pun. Tidak hanya Ilham atau pun keluarga besar, semua orang yang hadir di ruangan itu tengah menunggu Sumiyati untuk menjawabnya secara langsung.Dalam satu tarikan napas dan menyebut asma Allah dalam hati, Sumiyati menganggukkan kepala. Semua orang mengucapkan hamdalah sebagai tanda syukur mereka atas keputusan yang sudah terjadi saat ini.Pak Jono tersenyum, ia turut bahagia dengan anggukan kepala Sumiyati yang artinya ia mau dan bersedia menerima lamaran dari Ilham Supriyadi. Tidak ada rasa yang lebih berarti selain anggukan kepala Sumiyati yang mampu melegakan hati orang banyak khususnya keluarga Ilham."Alhamdulillah, ananda Sumiyati sudah memberikan jawaban dengan anggukan kepala. Itu artinya gadis cantik di keluarga kami ini telah menerima lamaran dari Nak Ilham Supriyadi." Pak Jono berkata pada Pak Hardi terkait lamaran itu, wajah berbinar terlihat dari kedua belah

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 47. Melamar Sumiyati

    "Bu, keluarga Mas Ilham mau datang kemari Bu." Sumiyati angkat bicara setelah mereka berdua selesai makan malam bersama.Bu Saritun yang baru saja selesai meminum teh manis yang tersuguh di meja segera menoleh ke arah Sumiyati. Mata wanita tua itu menyorot tajam, ada hal yang ingin ia tanyakan setelah Sum berhasil mengatakan apa yang menjadi beban pikirannya."Mau kemari?" Ulang Bu Saritun dengan nada heran. "Untuk apa Sum? Kamu bikin masalah di tempat kerja?"Sumiyati menatap ibunya sekilas, ada rasa bimbang sekaligus takut yang tercermin dari wajah ibunya yang keriput. Sumiyati segera menepis, ia menggelengkan kepala dengan cepat. "Bukan Bu. Sum tidak melakukan kesalahan apa pun.""Kalau tidak melakukan kesalahan lalu kenapa mereka sekeluarga mau datang kemari? Jangan bikin Ibu deg-degan Sum." Wajah Bu Saritun semakin takut, perlahan wajahnya berubah menjadi pucat.Sumiyati menunduk, ia menggigit bibirnya yang ranum dengan perasaan yang sama persis dengan apa yang dirasakan ibunya.

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 46. Datang ke Rumah

    "Iya Mbak Sum, kami sekeluarga akan datang bertamu." Ilham mengangguk, ia memberanikan diri menatap bola mata pujaan hatinya tersebut. "Saya ingin melamar Mbak di depan keluarga. Saya ingin Mbak jadi istri saya untuk selamanya. Mbak, Mbak tidak keberatan kan?!"Pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu menatap Sumiyati dengan tatapan penuh, tidak ingin kehilangan kesempatan ia mengutarakan semua isi hatinya pada Sumiyati termasuk keinginannya untuk datang ke rumah dan melamar.Wajah Sumiyati terlihat tegang, ia menunduk dengan wajah menghadap ke tanah. Jujur ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah, butuh beberapa alasan bagi dirinya untuk tetap pada pendirian dimana ia tidak bisa sembarangan lagi untuk menerima seorang pasangan."Apakah Mas Ilham serius? Saya tidak ingin Mas salah pasangan dan akhirnya menyesal. Selama ini Mas tahu kan keadaan saya dan ibu saya seperti apa?! Mungkin Mas bisa menerima segala kekurangan saya tapi ibu—apakah Mas bisa menerima kekurangan ibu say

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 45. Keputusan Mengejutkan

    "Bu, apa benar Ibu nggak suka sama Mbak Sum? Atau jangan-jangan Ibu sudah suka tapi gengsi untuk mengakuinya? Bu jujur saja, Ilham pengen denger pengakuan Ibu."Bu Wiryo terpaku, ia menatap mata ilham dengan segenap perasaan bingung yang ia punya. Memalingkan muka dengan cepat, Bu Wiryo pura-pura mencomot risoles yang ia buat barusan. "Mending kamu segera mandi deh Ham, segera buka toko sama bulikmu sana.""Bu, kenapa sih sikap Ibu aneh sekali?! Ilham sudah besar Bu, sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk." Ilham terlihat mulai merajuk, jujur saja ia tidak suka dengan sikap ibunya yang nampak tarik ulur dengan perasaan Ilham saat ini. "Jika Ilham memilih Mbak Sum sebagai pendamping itu artinya Ilham sudah siap dengan segala risiko yang akan terjadi. Selama ini aku pun tidak pernah kurang dalam mengamati Mbak Sum, Bu. Dia orang baik, meskipun ia serba kekurangan ia tidak pernah berbohong tentang hidupnya."Bu Wiryo terus saja cuek, ia terdiam dan memilih untuk menikma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status