Share

BAB 3 PRIA BERMASKER

Penulis: sugi ria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 19:06:36

Hembusan nafas terdengar dari bibir Serena. Gadis itu sedang duduk di taman kota. Setelah tubuhnya mampu bertahan dari guyuran air dingin. Serena berhasil menyelinap keluar rumah pagi tadi. Saat Frans, Thalia dan Anthony tidak ada di rumah. Serta semua staf sibuk dengan tugas masing-masing.

"Halo, sudah lama menunggu?"

Suara itu membuat Serena mengembangkan senyum dari balik masker. Pria di depannya memang selalu membawa kebahagiaan untuk Serena. Pantas saja jika putri Nereida menyukainya. Lelaki yang tak lain adalah Ravi Alexander.

"Tidak juga," balas Serena.

"Kamu pakai masker pasti dia habis memukulmu. Kenapa kalian tidak mau menerima bantuanku?"

Ravi tampak prihatin dengan keadaan Serena. Dia tahu kalau Frans kerap melakukan kekerasan pada Serena.

"Kata Ibu nanti akan jadi masalah buat Kakak. Jadi begini saja aku sudah senang." Netra Serena menyipit menandakan gadis itu sedang tersenyum lebar.

Ravi mendengus sebelum mengusap puncak kepala Serena. "Yang sabar ya. Panggil aku jika kamu dan bibi benar-benar perlu bantuan. Aku akan usahakan datang menolong."

Ingin sekali Ravi membantu, tapi jika Serena dan Nereida selalu menolak, dia bisa apa.

"Tentu saja. Oh iya, ini yang kakak minta kemarin. Jangan sampai Thalia tahu."

Tidak terkira bahagia yang Serena rasa, hanya dengan bertemu sepupunya. Ravi sungguh sosok baik hati yang dikirimkan pada Serena. Perhatian Ravi mampu menghibur hati Serena yang kerap merasakan kesedihan.

Serena mengulurkan sehelai kertas yang langsung diteliti oleh Ravi. "Heart of a mother. Kamu benar-benar berbakat. Bibi pasti bangga denganmu. Ibumu desainer perhiasan top di zamannya."

Putri Nereida kembali mengulas senyum. Dia tidak berharap banyak. Mengingat besok dia harus pergi ke The Palace, menuju tempat yang sama sekali tidak dia ketahui seperti apa bentuknya.

Apakah cantik seperti namanya atau macam neraka layaknya kediaman Hernandez.

Dan satu lagi, apakah setelah hari ini, dia akan bertemu kembali dengan Ravi, sepupunya sekaligus pria yang dia suka. Serena tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

Gadis itu hanya bisa mengucapkan selamat tinggal dalam hati saat Ravi beranjak pergi. Jam kantor sudah akan dimulai. Serena tidak mau menciptakan masalah untuk Ravi.

Baginya sudah cukup menyimpan nama Ravi dalam hati, tanpa punya keberanian untuk memberitahu si pemilik nama. Satu sebab Serena merasa tak pantas mengharap perhatian lebih dari seorang Ravi Alexander.

Dua, karena Thalia juga menyukai pria itu. Serena jelas bukan lawan untuk Thalia yang punya segalanya.

Berbagai pikiran yang berkecamuk membuat Serena tidak fokus saat berjalan menyusuri trotoar. Akibatnya dia tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Sama-sama memakai masker membuat Serena dan lelaki tinggi besar yang dia tabrak tak bisa melihat wajah masing-masing.

Satu yang pasti, pria di depan Serena punya tatapan elang paling mematikan yang pernah Serena lihat. Netra sepekat jelaga tersebut seolah mampu membunuh lawan tanpa perlu menyentuh.

Pria itu tak bersuara, tapi tatapannya tajamnya mampu menciutkan nyali Serena.

"Ya maaf, kan saya bilang tidak sengaja. Lagian situ yang tak tabrak, saya yang mental. Itu badan apa batu."

Sarkas Serena, tapi orang tersebut sepertinya tidak peduli dengan ocehan sang gadis bermata biru. Dia tinggalkan Serena begitu saja. Sedikit senggolan di bahu cukup membuat Serena nyaris oleng. Agaknya pria itu ingin balas dendam.

"Sombong amat. Tahulah body lebar kek gapura provinsi. Eh, dia itu bagaimana sih, itu kan lampu ijo. Kenapa malah nyebrang!"

Serena berlari mengejar si pria yang menurutnya sembrono. Menyeberang jalan saat kendaraan sedang padat melintas.

Si lelaki hampir mencapai tengah jalan ketika Serena menarik paksa tubuh besarnya. Pria itu hampir saja terjungkal oleh tindakan mendadak Serena. Sebelum kaki panjangnya berhasil menyeimbangkan tubuhnya kembali.

Tangan sosok tersebut terangkat, membuat satu orang di seberang jalan urung bergerak. Figur yang sama-sama bermasker dan berpakaian hitam. Ditambah tatapan sama tajamnya dengan lelaki yang sedang diseret Serena menepi.

"Kau mau bunuh diri atau bagaimana? Sudah tahu lampu ijo kenapa nekat menyeberang!" Marah Serena meski nafasnya tersengal.

Tenaganya terkuras lumayan banyak guna menarik badan titan pria di depannya. Sosok yang sejak tadi hanya diam, tanpa bicara sepatah katapun. Padahal Serena sudah mengoceh ke mana-mana.

"He! Kau dengar tidak apa yang kukatakan?" Serena kesal juga dicuekin.

Inilah Serena kalau di luar rumah. Gadis yang sebenarnya berani, blak-blakan juga sedikit bar-bar. Dia hanya kalah kalau ibunya yang dijadikan sandera. Lain hal, Serena tak punya gentar.

Padahal Serena tidak tahu siapa lelaki yang berdiri di hadapannya.

Pria itu melihat ke arah tangan Serena yang masih memegang tangannya.

“Oh, maaf.” Serena mengangkat tangan, sadar pria arogan di depannya tidak suka disentuh.

"Kau yang tidak tahu aturan. Kau tidak lihat yang di sana itu!”

Alamak! Serena menepuk jidatnya ketika dia melihat seorang pria sedang menunggu di trotoar dengan wajah terlihat lemas. Sepertinya sedang sakit parah.

"Maaf," cicit Serena penuh rasa bersalah.

"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan temanku. Awas kau!" Ancaman sang pria terdengar menakutkan di telinga Serena.

Setelahnya pria itu berlari menerobos jalanan yang lampunya kali ini merah.

"Kan aku sudah bilang maaf. Lagian aku kan cuma mau menolong," kata Serena sendu. Dipandangnya mobil hitam berkilat yang mulai melaju meninggalkan tempat itu.

Bersamaan dengan itu, tangan Serena yang ditarik seseorang. "Lepas!" Serena berteriak begitu tahu siapa yang melakukan hal tadi.

"Diam kau! Ikut aku! Atau dia akan merasakan akibatnya!"

"Tidak mau!" Serena berontak.

Tapi pria yang mencengkram tangan Serena lebih kuat tenaganya. Susah payah melepaskan diri, Serena gagal juga pada akhirnya.

Serena dipaksa masuk ke dalam mobil, sebelum kendaraan itu pergi dari sana.

"Aku bilang diam! Atau ibumu akan menderita. Ini akan jadi hukuman karena kau berani menyelinap keluar rumah."

Serena menatap horor pria yang sedang mengendalikan kemudi. Dia harus lari, bagaimanapun caranya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 514

    Pesta terus berlanjut. Semua orang membaur menjadi satu. Menikmati hidangan yang telah disediakan. "Pa, aku mau ke tempat Arthur." Suara Ivander terdengar. Ben mengangguk, lalu membiarkan sang putra berjalan ke arah teman sebayanya. Walau saat ini Arthur sedang berbincang dengan tuan Medvedev senior. Lelaki itu datang untuk mengucapkan terima kasih pada teman-teman Alterio. Kehadiran profesor yang sangat tersohor itu tentu menarik perhatian. Setelah sekian tahun tidak muncul, tuan Medvedev kembali hadir bersama Gina, putri cantiknya. Dua orang yang kemudian mendapat pengawalan spesial dari Don. Jeff, tersenyum simpul melihat betapa kakunya Don. Maklum baru kali ini pria itu mendapat mandat mengawal seorang perempuan, mana cantik lagi. "Kalian cocok. Sama-sama dari keluarga politisi," bisik Jeff ketika Don bisa santai sejenak. Ketika Gina diperkenalkan pada squad Diamond Girl. "Dia tidak tahu siapa saya," balas Don. "Kamu sebut saja nama keluargamu. Bapaknya pasti tahu." "Saya

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 513 SATU KATA, SEMPURNA

    Semua orang bertepuk tangan sesaat setelah mereka berhasil mengatasi kekagetan masing-masing. Di depan mereka berdiri tiga sosok dengan visual yang membuat semua yang hadir di sana berdecak kagum.Ketampanan Alterio yang karismatik, kecantikan Serena yang elegan serta rupa Arthur yang bak pangeran dari negeri dongeng. Satu kata, sempurna.Bagaimana ketiganya tersenyum saat saling berpandangan. Adalah satu momen di mana keluarga Inzaghi benar-benar bahagia. Bukan sekedar pencitraan. Namun begitulah real keadaannya."Selamat malam semua. Izinkan saya perkenalkan diri saya. Alterio Inzaghi, owner dan CEO Royal Diamond ...."Sialan! Pevi mengumpat. Berapa tahun dia ditipu oleh dua orang di depan sana. Alterio, si pak bos. Ternyata benar-benar bosnya. Dan Serena, temannya yang sejak pertama kali bertemu, tidak pernah mau menunjukkan rumahnya adalah istrinya."Jadi ini maksudnya. Eh, Ta mau tanya. Pas aku sama Serena dulu baru masuk RD, mereka sudah nikah belum?" Pevi bertanya pada Lalita,

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 512 PEMILIK SEBENAR

    Vasti tersenyum mendengar perkataan papanya. Detik setelahnya dia mengangkat dagu, tidak lagi tertunduk. Bahkan ketika sorot matanya beradu dengan Ben juga Tere. Tak ada lagi kemarahan, emosi bahkan benci. Dalam semalam, semua rasa itu lenyap bersama bayangan anak-anak kecil, yang mulai hari dan seterusnya akan menemani harinya.Vasti melangkah berdampingan dengan Edgar Martinez. Semua orang tahu siapa Edgar. Salah satu pebisnis yang sangat tersohor pada masanya. Semua orang juga tahu kalau Vasti adalah putrinya, jadi wajar kalau mereka datang ke acara seperti ini.Kedatangan Vasti dan Edgar tentu menimbulkan tanya di benak Ben. Pria itu memang selamanya tidak akan mendapat maaf dari Edgar. "Dia dengan siapa?""Itu ayahnya," balas Ben singkat. Mereka mulai membaur dengan tamu lain. Karena ada beberapa tamu kecil dalam pesta itu. Maka disediakan sofa di beberapa titik untuk menjaga kenyamanan mereka.Di tempat itu anggota inti Black Diamond hadir bersama keluarga masing-masing. Feli

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 511 KAMU BERHARGA DI TEMPAT YANG TEPAT

    "Arthur sudah lama tidak ke sini." Suara Niel terdengar diikuti jawaban Edgar."Lagi sibuk sama proyek barunya. Dia baru pamer bisa datang ke mansion Medvedev kapan saja. Anak itu, masih kecil koneksinya sudah di mana-mana."Vasti mematung di tempatnya berdiri. Tak pernah terbayangkan kalau dia akan datang menemui ayah angkatnya. Vasti bingung, dia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia. Orang yang dia kenal juga tidak banyak. Sifatnya yang sombong dan judes di masa lalu membuat Vasti dijauhi orang-orang. Vasti tidak punya teman. Dia hanya tahu menempel pada Ben.Kini sandarannya telah pergi, dia merasa sendiri. "Silakan, Nona."Sang pelayan berjalan menuju sang tuan. Dengan hormat lalu memberitahu kedatangan Vasti."Vasti? Kamu pulang? Kemarilah." Edgar berdiri untuk menyambut Vasti yang tampak ragu untuk mendekat."Pa," panggil Vasti lirih. Dia pikir Edgar akan menolaknya. Namun siapa sangka, lelaki itu justru memeluknya dengan erat. Hangat kasih sayang seorang ayah yang telah lam

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 510 HANCUR BERKEPING-KEPING

    Tere segera melepaskan genggaman tangan Ben. Dia berjalan perlahan melewati Ben dan Vasti yang memandang benci padanya. Di samping Tere ada Ivander yang ganti menggandeng tangan ibunya."Van, tunggu di mobil dulu," pinta Ben yang seketika menghadapi Vasti."Sekarang jelaskan!" Tuntut Vasti. Perempuan itu jelas tersulut amarahnya. Ben berhari-hari tidak pulang. Perempuan itu pikir Ben bersama Tere. Padahal tidak. Tere memang sejak hari itu tinggal di mansion Jefferson. Menunggu kaki juga anemianya membaik.Sementara Ben, pria itu pulang ke apart-nya di pusat kota. Siang dia sibuk mengurusi perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang pengadaan senjata, bekerja sama dengan jaringan bisnis milik Alterio.Sama sekali tidak ada waktu untuk bertemu Tere. Ivander saja sekarang kerap dijemput supir mansion. Bocah itu memang pulang ke mansion mengingat rumah lama mereka sudah tidak aman lagi.Ben tidak mengizinkan Tere dan Ivander tinggal di sana. Tere ngotot ingin pergi dari mansion, tapi Ben

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 509 MANSION MEDVEDEV 2

    Sebuah kebetulan ketika Max ingin membantu tuan Medvedev senior menemukan putrinya. Sebab setelah ditelusuri oleh Paul dan Beita, ketika Dimitri mendorong Gina ke laut dari tebing setinggi sepuluh meter, tidak ada jasad ditemukan.Tidak ada laporan dari penduduk yang menemukan korban tenggelam. Dilihat dari topografi tempat Gina ditenggelamkan, hanya ketinggian yang mengancam nyawa Gina. Selebihnya aman.Tak dijumpai karang dan batuan runcing menyambut tubuh Gina. Tempat itu juga bebas dari kawanan hiu atau predator laut. Jadi Max berkeyakinan kalau Georgina Medvedev masih hidup.Opsi terakhir yang Max miliki adalah meminta bantuan Mr Brain. Namun ketika Max menghubungi Mr Brain, sang profesor menolak mencari tahu di mana Gina berada.Max yang sangat penasaran dengan Mr Brain, dengan bantuan Paul, Beita dan ... Arthur mampu melacak lokasi laboratorium Mr Brain. Tidak meleset dugaan Beita saat itu.Laboratorium Mr Brain tersembunyi di antara puncak pegunungan Alpen yang dingin. Ketika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status