Share

DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA
DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA
Penulis: Norasetyana

Dicerai Setelah Malam Pertama

"Aku ceraikan kamu hari ini juga! Aku tidak sudi menjadikan wanita jelek sepertimu sebagai istri!" Mas Bayu berseru lantang sembari memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Pakaian-pakaian itu baru saja semalam aku susun rapi di lemari saat Mas Bayu sudah tidur terlelap.

"Tapi, bukankah kamu mencintaiku, Mas? Bukankah tadi malam kamu begitu bersemangat? Kamu bilang bahwa tadi malam, malam pertama kita, adalah malam yang paling indah untukmu, apa kamu lupa?" tanyaku tidak kalah lantang. Bagaimanapun juga aku tidak akan pernah menerima ini. Jika dia ingin mengakhiri hubungan ini, kenapa tidak dari dulu saat kami masih berpacaran? Mengapa dia harus meninggalkan aku setelah aku telah memberikan semua untuknya?

"Aku memang mencintaimu, tapi itu dulu sebelum aku mengetahui wajah aslimu. Kau yang sudah menipuku dengan wajah palsumu itu. Jadi, jangan pernah menyalahkan aku. Ini semua adalah kesalahmu!" 

"Aku tidak bermaksud menipumu, Mas. Kita sudah hampir satu tahun berpacaran, aku kira kamu mencintaiku apa adanya. Aku tidak tahu bahwa kecantikan begitu penting untukmu. Aku tidak keberatan jika harus berdandan setiap hari untukmu. Dengan begitu, aku akan selalu terlihat cantik di hadapanmu. Kumohon jangan ceraikan aku." Aku bersimpuh memohon di hadapannya. Aku tidak ingin pernikahanku hancur hanya dalam waktu satu hari.

Aku merutuki diri sendiri. "Apa benar yang dikatakan Mas Bayu bahwa ini semua adalah kesalahanku?"

Hampir satu tahun aku dan Mas Bayu berpacaran. Aku tidak menyadari bahwa selama itu Mas Bayu tidak pernah melihatku tanpa riasan. Pekerjaanku sebagai seorang kasir di sebuah swalayan mengharuskan aku selalu tampil cantik. Aku pikir Mas Bayu tidak akan mempermasalahkan ini, tapi rupanya masalah timbul sehari setelah janji suci diucapkan.

Pagi tadi aku sangat lelah. Semalam Mas Bayu memintaku melayaninya. Setelah hampir satu tahun dia menahan diri untuk tidak menyentuhku, dia tidak ingin menundanya lagi. Aku terpaksa mengikuti kemauannya, meskipun sebenarnya aku sudah sangat lelah setelah seharian acara resepsi pernikahan kami. Aku tidak ingin mengecewakannya di malam pertama. Lagi pula, bukankah sudah kewajibanku sebagai istri untuk segera melayani suami jika suami meminta?

Begitu aku dan Mas Bayu berada di kamar, kami melakukan perbuatan itu. Perbuatan yang sebelumnya haram, tetapi menjadi halal setelah akad terucap. Mas Bayu begitu terburu-buru hingga aku belum sempat menghapus riasanku.

Sepertinya bukan aku saja yang lelah. Kulihat Mas Bayu segera terlelap. Pasti dia juga sangat lelah. Namun, aku tahu dia juga sangat bahagia. Aku tidak akan pernah melupakan malam itu.

Di saat suamiku terlelap, aku baru sempat menghapus riasanku. Aku terbiasa tidur tanpa riasan karena di saat terlelap, aku ingin pori-pori di wajahku bisa bernapas dengan lega sehingga kesehatan wajahku tetap terjaga.

Aku juga menyempatkan untuk mandi, meskipun malam sudah larut. Aku ingin badanku bersih dan segar saat tidur, apalagi malam ini aku tidur bersama suami. 

Aku merebahkan tubuhku di samping Mas Bayu yang sedang terlelap. Kami saling berhadap-hadapan. Aku terus memandangi wajahnya sambil tersenyum sampai akhirnya aku ikut tertidur.

Pagi harinya aku terbangun oleh suara teriakan Mas Bayu.

"Siapa kamu?" tanyanya sembari berjingkat menjauhi tempat tidur.

"Aku Naina, Mas. Aku istrimu," jawabku sembari mengangkat tubuhku dan berjalan mendekatinya.

Aku pikir Mas Bayu bertingkah seperti itu karena dia terbiasa tidur sendirian. Mungkin dia terkejut karena tiba-tiba ada seorang wanita yang tidur di sampingnya.

"Bukan, kamu bukan Naina. Naina istriku itu cantik. Pasti kamu pencuri, aku akan menangkapmu!" teriaknya sambil mengikat kedua tanganku.

"Perhatikan aku baik-baik, Mas. Aku Naina," ucapku sambil menatap mata Mas Bayu.

Mas Bayu yang mulai tersadar segera melepaskan tanganku. Dia terduduk di atas ranjang sambil terus memandangku.

Saat itu, hariku bagai tersambar petir. Aku tidak menyangka Mas Bayu berniat menceraikanku setelah dia melihat wajahku yang tanpa riasan. Apakah aku sejelek itu?

"Keputusanku sudah bulat, aku akan pergi hari ini juga. Jangan pernah mencariku lagi!" ujarnya sambil berlari keluar dari kamar pengantin kami.

"Tunggu, Mas!" Aku mengikutinya dari belakang.

"Ada apa, Naina? Kenapa ribut pagi-pagi?" Ibu yang sedang menghangatkan sayur di dapur bergegas menghampiri kami.

Kakiku terasa lemas. Aku tidak tahu bagaimana aku harus menjelaskan kepada ibu. Aku tidak ingin membuat wanita yang telah melahirkanku itu menjadi sedih.

"Ada apa ini, Nak Bayu?" Melihatku diam saja, ibu akhirnya bertanya pada Mas Bayu.

Mas Bayu menghentikan langkahnya, memandang wajah ibu yang penuh tanya, kemudian berkata, "Tanyakan pada Naina, Bu. Selama ini, dia sudah menipuku. Hari ini juga, aku kembalikan Naina kepada ibu. Aku tidak ingin memiliki istri seorang penipu."

Mas Bayu terus berjalan sambil membawa koper berisi pakaiannya. Rupanya sudah ada taksi yang menjemputnya di luar rumah.

Aku dan ibu masih mengejarnya sampai taksi itu melaju kencang, membawa Mas Bayu entah ke mana. Tidak mungkin lagi kami mengejarnya.

"Jelaskan padaku, Naina! Apa arti semua ini?"

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan ibu. Aku terus menangis sampai bersimpuh di jalanan yang masih terasa dingin.

Janur kuning dan tenda pernikahan masih terpasang kokoh di halaman rumah. Namun, bahtera rumah tangga yang baru saja terbangun sudah runtuh berkeping-keping, bahkan tanpa aba-aba.

Ibu menuntunku, membawaku masuk ke dalam rumah.

"Ceritakan pada Ibu, Nak. Ibu tidak akan memarahimu."

"Ibu, apakah aku ini jelek? Apakah orang jelek tidak pantas menikah?"

"Kata siapa? Kamu cantik, Nak. Kalau tidak cantik, tidak akan ada laki-laki yang mau menikahimu."

Tangisku semakin keras mendengar jawaban ibu. Mas Bayu memang menikahiku, tapi juga menceraikanku begitu dia melihatku tanpa riasan.

"Tapi Mas Bayu menceraikanku karena aku jelek, Bu. Mas Bayu bilang aku menipunya dengan riasan wajah. Aku tidak bermaksud menipunya, Bu. Aku bukan penipu."

Ibu sangat marah mendengar ceritaku. Segera ia berlari mengambil ponsel untuk menelepon Mas Bayu. Begitu telepon diangkat, ibu langsung saja mengomel tanpa memberi kesempatan Mas Bayu untuk bicara.

"Kau pikir kau siapa? Memperlakukan anak gadisku seenakmu sendiri. Kau pikir kau tampan, hah?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status