Share

Mau adat apa?

Author: Bastiankers
last update Last Updated: 2025-04-08 13:27:46

“Gimana? Udah Lo tembak?” Pertanyaan itu muncul saat Brian baru saja membakar rokoknya. Riski, sedang menatap Brian yang duduk di sampingnya. Belum memberikan jawaban apapun. “Udah atau belum, sih?”

Brian menghisap rokok dan menghembuskan asapnya pelan. “Belum.”

Kini mereka berdua sedang duduk di smoking room. Di ruangan persegi yang tertutup itu membuat keduanya sering menghabiskan waktu di sana. Apalagi kalau sedang jenuh atau penat menghadapi pekerjaan.

Riski berdecak, “Kenapa? Gue pikir kemarin Lo langsung nembak pas gue sama Mbak Nurul ninggalin Lo berdua?”

Asap kecil yang baru saja keluar dari bibir Brian membentuk awan-awan kecil, lalu hilang saat Riski meniupnya. Brian menoleh, “Gue rasa … gue harus ngasih jeda buat dia. Dia baru saja putus. Kemungkinan dia bakal nerima gue kayaknya cuma lima persen.” Brian memandangi rokoknya.

Riski menghela napas. Dia membuka bungkusan rokok dan mengambil satu batang. Menyalakan dan ikut menghisap, lalu menghembuskan asapnya kencang. “Ter
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Selamat Ulang Tahun Jena

    Lelaki itu berdecak, tapi kemudian terkekeh kecil.Menyadari pertanyaannya sendiri, Jena segera meralatnya. “Ah, bukan! Aku nggak bermaksud ngusir, aku hanya … maksud aku, ini udah tengah malam banget lho.”Brian mengangguk. Lalu, berdiri saat menyadari bahwa sebentar lagi jam dua belas malam akan tiba. “Kamu tunggu sebentar.”“Oh, oke…” Jena memandangi sosok itu sampai menghilang dari balik pintu. Meski begitu, dia tidak berniat untuk segera menutup pintu. Dia masih menunggu dengan jantung yang tiba-tiba berdetak kencang. Dan senyumnya terbit tatkala sosok itu telah datang kembali membawa sebuah paper bag. “Apa ini?”tanya Jena sambil menunjuknya.“Kue ulang tahun.” Lalu, lelaki itu mengeluarkan sebuah kue ulang tahun yang dia pesan siang tadi dan juga sebuah korek api.Jena terkesiap. Juga, tertawa senang. “Serius?” Dan saat lelaki itu menjawab ‘iya’, Jena melanjutkan ucapannya. “Aku belum pernah lho dirayain. Makasih, ya.”Brian, yang tengah berjongkok di hadapan Jena batal menyalak

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Pantang Mundur

    Apakah Brian akan mundur perlahan ketika semua usahanya dipukul mundur oleh Jena? Tentu saja tidak. Apalagi, tepat pukul dua belas malam nanti adalah hari ulang tahun perempuan itu. Jadi, Brian dengan kalung yang pernah dipesannya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Di dalam mobilnya tentu saja Brian sudah menyiapkan segalanya. Dia tersenyum samar saat mendapati perempuan itu tengah memainkan ponselnya.Brian tiba-tiba mengingat ucapan Jena sore tadi, lalu dia juga mengingat panggilan istimewa tatkala keduanya sedang berciuman pada malam pernikahan Aran. Dia berdecak pelan, membuat perempuan itu menoleh. “Kenapa?”tanya perempuan itu.“Serius kamu nyuruh aku pergi? Padahal … kamu udah panggil aku ‘sayang’ lho?” Dia mengungkit peristiwa di malam itu.Sialnya, Jena terperangkap oleh kesalahannya sendiri. Jadi, kali ini dia mendelik tajam meski harga dirinya sudah jatuh. “Ya … terus?”“Masa sayang-sayangan tapi nggak jadian, sih?”tanya Brian. Dia menoleh saat lampu merah berubah men

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Selepas Itu

    Jena menyetujui. Sesaat wajahnya menunduk untuk melihat pop-up notifikasi pesan dari Brian. Lelaki itu menanyakan keberadaannya.Perempuan itu memilih untuk mengabaikan. Dia melanjutkan makannya tanpa harus memikirkan hal apa yang akan dia katakan jika bertemu lelaki itu nanti.“Yang gue sebelnya tuh pas Dian ngasih hasil ngonten produk baru dan desain terbaru kita. Masa langsung dimaki-maki gitu?” Mbak Nurul menatap layar ponselnya sesaat sebelum mendongak. “Je … Lo sibuk?”“Nggak.” Tangannya terus mencolek sedikit demi sedikit es krim berwarna pink itu. “Kenapa?”“Brian nanyain.” Mata Mbak Nurul memicing. “Kalian lagi marahan?” Dia bisa langsung menebak ketika Jena salah tingkah. Dia berdecak sambil menggeleng, “Bukannya malam itu dia datang nolongin Lo? Kok bisa, sih?”Jena sadar bahwa bagaimanapun dia menghindar, perempuan dewasa di hadapannya tidak bisa dikelabui. “Gue nggak bisa ceritain semuanya. Yang intinya adalah … gue malu setiap ketemu sama dia.”Kening Mbak Nurul semakin

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Ciuman Panas

    “Mereka pasti udah biasa jadiin kamu bahan bully. Iya, kan?”tebak Brian yang langsung disetujui. “Tapi, kenapa?”Jena terdiam beberapa saat. Bingung haru menjelaskan semuanya dari mana. Tapi, “Kamu dengar semua cacian mereka?”“Dengar, tapi masih nggak ngerti.”Jena menghela nafasnya. “Dulu, ayahku pernah terjerat kasus. Dia difitnah melakukan penggelapan dana perusahaan. Perusahaan itu masih dalam naungan PT. Eier.” Dia menunduk saat mengingat nama perusahaan itu. “Tapi, karena dia memiliki seorang sahabat yang cukup berpengaruh, akhirnya ayahku dibebaskan dari tuduhan itu.”Brian mengangguk-ngangguk. “Jadi, apa hubungannya? Bukannya ayahmu nggak terbukti bersalah?”Perempuan itu menyetujui. “Seharusnya begitu. Tapi, ada statement yang mengatakan bahwa ayahku tetap bersalah. Dia hanya diringankan karena sahabatnya. Sehingga, sampai sekarang, ayahku tetap diolok-olok oleh sebagian orang.”Brian berdecak, sesaat terkekeh sambil menggeleng. “Aneh banget kelakuan anomali,”celetuknya.Men

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Pacarnya Jena

    Jena mengusap lengan Mbak Nurul. Takut-takut Mbak Nurul kelepasan lalu mengeluarkan sumpah serapahnya. Bi Cima mendelik tajam sambil bersedekap. “Lho, memang benar adanya! Jena terlalu keras, makanya—”“Makanya dia berkhianat sama sahabat pacarnya sendiri?!”potong Mbak Nurul. Tidak lama kemudian, seseorang menarik Mbak Nurul dari belakang. Membawanya jauh dari keributan. Yang Jena lihat, dia adalah suami Mbak Nurul.Dan kini Jena tinggal sendiri. “Jena, bibi sarankan … gimana kalau kamu ngikut biro jodoh aja? Kasian kamu kalau nggak laku-laku.” Seorang Bibi yang lain mendekati, Bibi Ima. Tangannya menepis rambut Jena dari bahunya. “Rumor keluargamu nggak akan berakhir. Nggak kasian sama ayahmu yang terus dimaki-maki?”Dapat Jena rasakan rahangnya mengeras. “Jangan bawa-bawa ayahku!”Bibi Cima dan Bibi Ima tertawa mengejek. “Kasihan sekali kamu! Makanya, jangan terlahir dari orang yang bermasalah.” Bibi Cima kembali bersuara.Pelupuk matanya sudah memanas. Dia sudah menggigit kuat-k

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Bibi Aran

    Dia mulai melangkah, membelah beberapa kerumunan yang baru terbuat saat dia baru saja sampai. Kali ini sepertinya dia harus membanggakan dirinya karena bisa berjalan dengan tenang di tengah beberapa kicauan yang tidak penting.Dia berhasil berjalan menuju sepesang pengantin yang tengah menjadi satu-satunya objek saat ini. Melangkah bebas dengan begitu berani dan anggun. “Selamat, ya …”ucapnya sambil memeluk Sasha. Mereka berpelukan erat. Dan dia bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan Sasha. “Lo harus cepet nyusul, yaa …”balas Sasha saat Jena beralih ke Aran.Jena menghela nafasnya. Mungkin dia mempertimbangkan saran Mbak Nurul untuk menyiapkan air aki. Tapi, bukankah menunjukkan kalau dia sudah berdamai dengan keadaan adalah yang terbaik? Sehingga kini, dia memilih menjabat tangan Aran yang sedari tadi mengambang di udara. “Selamat, ya ..”lirihnya.Setelahnya, Jena berjalan pergi karena antrean semakin panjang. Dia berjalan menuju Mbak Nurul yang melambaikan tangannya sambil te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status