Beranda / Romansa / DIKEJAR DUDA KEREN / Pesta Pernikahan Aran

Share

Pesta Pernikahan Aran

Penulis: Bastiankers
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-27 09:46:30

Dia menghela nafas. Ini sudah kesekian kalinya. Oh, di mana kah lelaki itu? Kenapa sedari siang tadi kabarnya bagai ditelan bumi?

Pintu kamarnya berderit, membuatnya harus menoleh. Dia temukan ayahnya yang berjalan ke arahnya dengan senyuman manis. “Wah. Cantik sekali. Anak siapa, sih?”

Jena menghela nafasnya.

Membuat ayahnya mengkerutkan dahi. “Ada apa? Kok mukanya ditekuk begitu? Nanti jelek, lho.”

Jena menoleh. “Yah, apa aku nggak usah datang, ya?”tanyanya. “Mood ku lagi nggak bagus. Nanti memperkeruh suasana. Apalagi, sebagian dari mereka mulutnya pada cerewet.”

“Ayah mengerti perasaan kamu. Kamu begini bukan karena patah hati, kan? Tapi, karena Aran memiliki dua bibi yang mulutnya cerewet?” Ayah menghembuskan nafas pelan. “Nak, sesulit apapun, dan bagaimana pun juga … Sasha itu sahabat kamu. Ya … meski dia sudah mencabik-cabik hubungan kamu.”

Jena terdiam. Dia kembali menatap layar ponselnya yang kini berada di genggamannya.

“Brian.” Dan saat itu, Jena langsung menoleh. “Dia l
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Perbincangan Baru

    Iksan tersenyum sambil mengunyah daging BBQ nya. “Jalan, yuk!”Ajakan itu terdengar oleh kerumunan perempuan yang baru datang dengan piring mereka. Para perempuan itu terkejut sambil menatap Iksan dan Jena bergantian. “Eh! Nggak boleh gitu!” Dian bersuara yang membuat Mbak Nurul melotot, dan juga Iksan yang langsung memandangnya. “Kenapa? Lajang sama lajang mah bebas …”sahut Mbak Nurul. Seakan tidak suka dengan larangan Dian.“Tapi, kan Brian—”“Ssst! Kalau orang nggak ada di sini, nggak usah dibahas. Lagian Jena sama dia nggak ada hubungan apapun,”sela Mbak Nurul. Keduanya masih saling membalas argumen. Padahal Iksan sedari tadi hanya menatap Jena, dan dia tersenyum saat perempuan itu menoleh padanya. Jena melihat bagaimana lelaki itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah Mas Iki untuk mengambil sepiring daging BBQ dan datang kembali. Duduk di tempatnya semula sambil menyerahkan piring itu ke arah Jena. Tidak ada yang memperhatikannya. Karena semua sibuk mendengarkan perseteruan

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Cowok Baru

    Semuanya begitu sangat kacau. Hari-hari yang dia jalani setelah pertunangannya batal dan langsung disaksikan oleh Brian. Semuanya. Begitu. Kacau. (Chapter 19 di Karya Karsa)Dia merasa berhutang penjelasan pada lelaki itu. Dia akui semua karena kesalahannya yang tidak pernah memberikan penjelasan. Tapi, bukan berarti hal itu justru membuat lelaki itu menghilang selama berhari-hari, kan?Lelaki itu yang mengatakan bahwa, “Bisa nggak kalau ada masalah itu jangan main pergi dulu?” Tapi, dia juga yang ketika mendapat masalah malah pergi begitu saja.Jena sangat kacau. Dia tidak seceria hari-hari kemarin. Walaupun Mbak Nurul sering mengajaknya jalan-jalan sepulang dari kantor, tetap saja Jena merasa hampa. Seolah dia memiliki sesuatu yang tiba-tiba hilang.Lelaki itu kemana?Dia menghilang ke mana?Ke mana lagi dan harus sama siapa lagi Jena bertanya?Bahkan di saat kantor mengadakan pesta kecil-kecilan atas keberhasilan mereka dalam peluncuran produk baru, lelaki itu tidak hadir. Menyisa

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Selamat Ulang Tahun Jena

    Lelaki itu berdecak, tapi kemudian terkekeh kecil.Menyadari pertanyaannya sendiri, Jena segera meralatnya. “Ah, bukan! Aku nggak bermaksud ngusir, aku hanya … maksud aku, ini udah tengah malam banget lho.”Brian mengangguk. Lalu, berdiri saat menyadari bahwa sebentar lagi jam dua belas malam akan tiba. “Kamu tunggu sebentar.”“Oh, oke…” Jena memandangi sosok itu sampai menghilang dari balik pintu. Meski begitu, dia tidak berniat untuk segera menutup pintu. Dia masih menunggu dengan jantung yang tiba-tiba berdetak kencang. Dan senyumnya terbit tatkala sosok itu telah datang kembali membawa sebuah paper bag. “Apa ini?”tanya Jena sambil menunjuknya.“Kue ulang tahun.” Lalu, lelaki itu mengeluarkan sebuah kue ulang tahun yang dia pesan siang tadi dan juga sebuah korek api.Jena terkesiap. Juga, tertawa senang. “Serius?” Dan saat lelaki itu menjawab ‘iya’, Jena melanjutkan ucapannya. “Aku belum pernah lho dirayain. Makasih, ya.”Brian, yang tengah berjongkok di hadapan Jena batal menyalak

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Pantang Mundur

    Apakah Brian akan mundur perlahan ketika semua usahanya dipukul mundur oleh Jena? Tentu saja tidak. Apalagi, tepat pukul dua belas malam nanti adalah hari ulang tahun perempuan itu. Jadi, Brian dengan kalung yang pernah dipesannya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Di dalam mobilnya tentu saja Brian sudah menyiapkan segalanya. Dia tersenyum samar saat mendapati perempuan itu tengah memainkan ponselnya.Brian tiba-tiba mengingat ucapan Jena sore tadi, lalu dia juga mengingat panggilan istimewa tatkala keduanya sedang berciuman pada malam pernikahan Aran. Dia berdecak pelan, membuat perempuan itu menoleh. “Kenapa?”tanya perempuan itu.“Serius kamu nyuruh aku pergi? Padahal … kamu udah panggil aku ‘sayang’ lho?” Dia mengungkit peristiwa di malam itu.Sialnya, Jena terperangkap oleh kesalahannya sendiri. Jadi, kali ini dia mendelik tajam meski harga dirinya sudah jatuh. “Ya … terus?”“Masa sayang-sayangan tapi nggak jadian, sih?”tanya Brian. Dia menoleh saat lampu merah berubah men

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Selepas Itu

    Jena menyetujui. Sesaat wajahnya menunduk untuk melihat pop-up notifikasi pesan dari Brian. Lelaki itu menanyakan keberadaannya.Perempuan itu memilih untuk mengabaikan. Dia melanjutkan makannya tanpa harus memikirkan hal apa yang akan dia katakan jika bertemu lelaki itu nanti.“Yang gue sebelnya tuh pas Dian ngasih hasil ngonten produk baru dan desain terbaru kita. Masa langsung dimaki-maki gitu?” Mbak Nurul menatap layar ponselnya sesaat sebelum mendongak. “Je … Lo sibuk?”“Nggak.” Tangannya terus mencolek sedikit demi sedikit es krim berwarna pink itu. “Kenapa?”“Brian nanyain.” Mata Mbak Nurul memicing. “Kalian lagi marahan?” Dia bisa langsung menebak ketika Jena salah tingkah. Dia berdecak sambil menggeleng, “Bukannya malam itu dia datang nolongin Lo? Kok bisa, sih?”Jena sadar bahwa bagaimanapun dia menghindar, perempuan dewasa di hadapannya tidak bisa dikelabui. “Gue nggak bisa ceritain semuanya. Yang intinya adalah … gue malu setiap ketemu sama dia.”Kening Mbak Nurul semakin

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Ciuman Panas

    “Mereka pasti udah biasa jadiin kamu bahan bully. Iya, kan?”tebak Brian yang langsung disetujui. “Tapi, kenapa?”Jena terdiam beberapa saat. Bingung haru menjelaskan semuanya dari mana. Tapi, “Kamu dengar semua cacian mereka?”“Dengar, tapi masih nggak ngerti.”Jena menghela nafasnya. “Dulu, ayahku pernah terjerat kasus. Dia difitnah melakukan penggelapan dana perusahaan. Perusahaan itu masih dalam naungan PT. Eier.” Dia menunduk saat mengingat nama perusahaan itu. “Tapi, karena dia memiliki seorang sahabat yang cukup berpengaruh, akhirnya ayahku dibebaskan dari tuduhan itu.”Brian mengangguk-ngangguk. “Jadi, apa hubungannya? Bukannya ayahmu nggak terbukti bersalah?”Perempuan itu menyetujui. “Seharusnya begitu. Tapi, ada statement yang mengatakan bahwa ayahku tetap bersalah. Dia hanya diringankan karena sahabatnya. Sehingga, sampai sekarang, ayahku tetap diolok-olok oleh sebagian orang.”Brian berdecak, sesaat terkekeh sambil menggeleng. “Aneh banget kelakuan anomali,”celetuknya.Men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status