Share

DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT
DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT
Penulis: Maulina Fikriyah

Gagal Menciptakan Pelangi

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-04 14:02:14

***

"Kamu sudah gila, Mas?! Hah?!" Diandra memekik sambil melayangkan telunjuknya tepat di wajah Bara, pria yang sudah lebih dari tiga tahun menjadi tunangannya itu terlihat mengusap wajah sambil sesekali meremas rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan. "Bulan depan kita menikah, undangan bahkan sudah disebar, kenapa tiba-tiba ...."

"Cinta tidak bisa dipaksakan, Diandra," sela Aluna sambil bersedekap dada. "Terima saja keputusan Mas Bara, itu artinya kalian tidak berjodoh. Berpisah sebelum menikah itu lebih baik, bukan, atau ... kamu justru ingin menyandang status janda dengan buru-buru?" cibir Aluna sarkas.

"Jangan ikut campur, Lun!" Rahang Diandra mengatup rapat. Dadanya yang nyeri dan sesak terasa semakin menguasai hati tatkala Aluna turut membuka suara.

"Sayangnya aku harus ikut campur, Di. Mas Bara melamarku siang ini." Aluna memamerkan cincin solitaire bermata putih dengan cara melambai-lambaikan jemarinya di depan wajah Diandra.

"Mas ...." Diandra berdesis. Matanya seketika memanas setelah melihat dengan seksama jika cincin yang Aluna kenakan adalah cincin yang ia pilih beberapa hari yang lalu bersama Bara. Cincin yang rencananya akan dipakai sebagai mahar ternyata sudah melingkar cantik di jari manis Aluna, sepupunya sendiri. "Kamu ... brengsek, Mas!"

Diandra hendak berlalu, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Bara. "Aku bisa jelaskan, Di. Dengarkan aku ...."

"Lepaskan tanganku!" ucap Diandra tegas.

Aluna menepis tangan Bara dari pergelangan tangan Diandra. "Pergilah!"

"Lun, jangan seperti ini," keluh Bara memohon.

"Lalu kamu mau yang seperti apa, Mas?" teriak Aluna marah. "Kamu sudah berjanji akan menikahiku, cincin ini bahkan sudah melingkar di jari manisku, buat apa lagi kamu masih mengurusi hal-hal yang gak penting seperti Diandra, hah?"

Bara lagi-lagi meremas rambutnya kasar. "Aku mencintai Diandra, kamu tau itu, Lun ...."

Plak ...!!!

Aluna melayangkan tamparan keras di pipi Bara tanpa perduli jika saat ini Diandra sedang menyaksikan keributan keduanya dengan mata yang siap menurunkan semua cairan beningnya.

"Mencintainya?" Ulang Aluna parau. "Kamu hanya mencintaiku, Mas Bara! Hanya aku!" Tiba-tiba suara Aluna meninggi. "Aku rela memberikan keperawanan sampai akhirnya mengandung anakmu dan sekarang ... kamu mengatakan cinta pada perempuan lain? Ha ... ha ... gak waras!" Aluna tertawa sumbang. "Jika kamu mencintai Diandra, maka saat ini dialah yang seharusnya mengandung benihmu. Tapi nyatanya apa ... aku adalah pilihan disaat kamu butuh ...."

"Menjijikkan!" sela Diandra mencibir.

Aluna menoleh dengan sengit, sementara dadanya mulai membusung mendengar Diandra yang berani menghinanya di depan Bara.

"Ternyata ini alasan kamu memberikan cincin pilihanku pada Aluna, Mas? Oh, astaga ...." Diandra terkekeh. "Kalian memang cocok. Ya, sangat cocok. Selamat ... aku sangat rela melepas pria brengsek untuk perempuan murahan. Benar-benar jodoh adalah cerminan diri. Benar kah, Lun?"

Tangan Aluna terangkat, namun dengan cepat Diandra menepis tamparan yang hampir saja mendarat panas di pipinya. "Jangan coba-coba menamparku! Harusnya kamu berterima kasih karena selama menjadi tunangan Mas Bara, aku tidak sudi memberikan tubuhku padanya. Aku secara tidak langsung sudah memberimu kesempatan, iya kan?"

Wajah Aluna memanas mendengar cibiran yang teramat pedas dari bibir Diandra. "Selamat, Lun ... kalian pasangan yang serasi."

Setelah memberikan selamat palsu pada Aluna, Diandra setengah berlari dan bergegas mengendarai motornya yang terparkir di tepi jalan.

Air mata Diandra terus berjatuhan membayangkan betapa malu dan terlukanya kedua orang tuanya ketika mereka tahu bahwa rencana pernikahan putrinya dihancurkan oleh keponakannya sendiri.

Bahu Diandra bergetar. Seluruh tubuhnya berkeringat karena mendadak suhu udara terasa panas sepanas kondisi hatinya saat ini.

"Bodoh," hardik Diandra pada dirinya sendiri. Tiba-tiba perempuan berambut panjang itu terkekeh sumbang mengingat betapa dekat hubungan antara Aluna dan Bara. Diandra mengira keduanya murni bersahabat karena pernah kuliah di universitas yang sama. Namun ternyata prasangka baiknya keliru. Bara dan Aluna kerap berbagi peluh hingga menghadirkan calon kehidupan di rahim sepupunya sendiri.

Pandangan Diandra mengabur karena air mata yang terus-menerus mengalir membasahi pipi. Perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga di salah satu Mall Kota Surabaya itu memilih menepi dan menumpahkan tangisnya di atas motor tanpa peduli tatapan aneh para pengendara yang berlalu lalang.

***

"Dian, pernikahan kamu dan Bara sudah di depan mata. Jangan bercanda, Nduk ... Bapak tidak setuju kalau kamu membatalkan pernikahanmu dengan Bara. Apa kata orang-orang nanti?" ucap Pak Basuki lirih. "Usiamu sudah matang, Diandra, apalagi yang membuatmu ragu? Lihat, semua teman-temanmu sudah punya anak, sementara kamu ...."

"Aluna hamil anak Mas Bara, Pak," sela Diandra dengan tenang. Tidak ada getaran di nada suaranya seperti tadi siang ketika ia berbicara dengan Bara dan Aluna. "Apa mungkin pernikahan kami berlangsung sementara ada wanita lain yang sedang mengandung benih calon suamiku?"

Pak Basuki menatap istrinya sejenak, kemudian bertanya, "Aluna?"

"Ya. Aluna. Keponakan Bapak," jawab Diandra sambil tersenyum tipis.

Bu Anis mendekati Diandra dan duduk di samping putrinya. "Kamu serius, Dian?"

Diandra mengangguk. "Andai saja pengakuan Aluna dan Mas Bara tadi hanyalah candaan semata, mungkin sekarang aku sedang tertawa melihat wajah Bapak dan Ibu yang tak kalah terkejutnya seperti aku tadi siang. Tapi sayang ... inilah kenyataan, Bu. Mas Bara menghamili Aluna dan ... ini sakit sekali." Runtuh sudah pertahanan Diandra. Tangis wanita berusia dua puluh empat tahun itu pecah di pelukan Sang Ibu.

"Aku harus bagaimana, Bu? Undangan sudah disebar, beberapa tetangga sudah diberi tahu agar ikut ‘rewang’<¹> ...."

"Nduk, tenanglah," bisik Bu Anis serak. Bibirnya meminta agar Sang Putri bisa tenang, namun hatinya justru sedang menjerit melihat satu-satunya bukti cinta antara dirinya dan Pak Basuki menangis sesenggukan.

"Kenapa Mas Bara setega itu, Bu?" tanya Diandra yang tidak mendapat jawaban apapun dari Bu Anis. "Kenapa pula harus Aluna ...."

"Assalamualaikum."

Ucapan salam di ambang pintu membuat rintihan tangis Diandra terhenti. Pak Basuki bangkit dan melihat sosok Bara sedang berdiri di belakang tubuh kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam," jawab Pak Basuki berusaha tenang. "Monggo, silahkan masuk!"

Pintu rumah yang memang terbuka lebar membuat ketiga tamunya leluasa masuk dan dipersilahkan duduk oleh Pak Basuki.

"Sebelumnya, kami minta maaf, Pak Bas. Begini ...."

"Langsung ke intinya saja," sela Pak Basuki jengah. "Karena Bara yang membuat masalah pada rencana pernikahannya bersama Diandra, maka saya menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab Bara untuk mengatasi kekisruhan yang dia buat. Saya tidak mau tau apapun, pastikan tidak ada tamu undangan yang datang ke rumah kami."

Bara menatap Diandra yang menyembunyikan wajahnya di dada Bu Anis.

"Pak, saya akan tetap menikahi Diandra," ucap Bara tegas. "Diandra akan menjadi istri pertama dan ... setelah itu saya akan menikahi Aluna sampai anak yang dia kandung lahir ke dunia. Saya berjanji akan menceraikan Aluna setelah ...."

"Enak saja. Tidak bisa!" sela seseorang yang tiba-tiba datang tanpa salam.

Semua orang menoleh, dan betapa terkejutnya ketika melihat ....

Bersambung

<¹> rewang : ikut membantu di acara pernikahan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Digerebek warga

    ***"Ini gapapa kalau Pak ... eh, Mas Birru menginap di rumah, Bu?" Ragu Diandra bertanya pada Bu Anis yang duduk di sebelahnya. "Apa kata tetangga ....""Memang apa kata tetangga, Dian?" sahut Pak Basuki seraya menahan tawa. "La wong kalian saja sudah menikah, bapak yang jadi walinya, kalian menikah juga dinikahkan penghulu, memangnya nanti apa kata tetangga?"Diandra menggaruk alisnya yang tidal gatal. "Entahlah, Pak," jawabnya asal. Birru melirik Diandra lalu menyahut, "Atau saya pulang saja, besok pagi saya jemput ....""Tidak perlu, Le," sela Bu Anis. "Menginap saja, apa yang kamu takutkan, Nak?"Birru mengangguk patuh. Pria berwajah tegas nan tampan itu terlihat begitu tenang, namun siapa yang tahu dalamnya hati seseorang? Perlahan, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. ***"P-- Pak Birru mau ngapain?" Diandra yang bersiap tidur tiba-tiba terduduk dengan sorot mata ketakutan. Birru melongo, namun beberapa detik kemudian pria bertubuh tinggi itu terkekeh lirih. "Saya s

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Mari kondangan

    ***"Saya ....""Kamu mulai ragu karena kedatangan Khansa, Diandra?" tanya Birru menyelidik. "Kenapa, apa karena dia adik Hana? Kamu tidak percaya kalau saya ingin memulai kehidupan dengan orang yang baru? Denganmu?"Diandra menggeleng lemah. Pikirannya berkecamuk bukan karena ragu pada perasaan Birru, hanya saja ... ada sedikit rasa takut mengingat tatapan mata mengerikan yang Khansa lemparkan padanya. Tatapan mata tajam yang seolah-olah berkata, ‘Aku akan menyingkirkan kamu secepatnya.’Dengan berkata ‘setuju’ itu artinya dia harus siap melindungi Aleetha, juga Birru dalam hidupnya. "Saya tidak menaruh hati pada Khansa, Dian," ucap Birru meyakinkan. "Tidak sedikitpun.""Saya percaya, Pak," jawab Diandra nyaris tidak bersuara. "Tapi ...."Birru mengernyit menatap Diandra yang masih saja menggantung pembicaraan. ***Plak ....!Bibi Melani merasakan telapak tangannya panas setelah melayangkan tamparan keras di pipi Bara, calon menantunya. Sementara Aluna, perempuan yang mengenakan dr

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Permintaan Aleetha

    ***"Lun, bagaimana kalau kita menikah setelah kamu melahirkan?"Aluna yang sedang menyeruput minuman dingin di depannya seketika tersedak. "Uhuk ... apa, Mas?" tanya Aluna. "Bisa kamu katakan sekali lagi?"Bara menggaruk rambutnya dengan gusar, "Begini, Lun ....""Kamu mau menikahiku setelah aku melahirkan, begitu?"Bara mengangguk ragu, "Lun, menikah butuh biaya besar, keluargaku dan keluargamu sama-sama ingin pesta meriah untuk pernikahan kita, jadi apa salahnya kita menabung lebih dulu supaya ....""Supaya kamu bisa kembali pada Diandra setelah aku melahirkan, begitu? Supaya kamu tidak perlu repot-repot menikahiku karena sudah tidak ada janin di perutku, iya, Mas?" Aluna mendelik, dadanya naik turun meluapkan emosi. "Pintar ya kamu!" sindir Aluna kemudian tertawa sumbang. "Bukan seperti itu, Lun ....""Lalu seperti apa?" bentak Aluna menyela. "Kamu mau aku menanggung malu ini seorang diri, hah?" Air mata Aluna berkejaran luruh membasahi pipi. "Aku hamil anak kamu, Mas, tega seka

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Saingan Baru

    ***"Pikirkan baik-baik perkataan Ibu, Birru." Bu Mirna berbicara sambil melirik sinis ke arah Diandra. "Kamu boleh menikahi wanita lain, tapi jangan harap Aleetha akan hidup bersamamu."Birru membuang muka seraya menghela napas kasar. "Kita bahas ini setelah Aleetha sembuh total ya, Bu," ucapnya jengah. "Tidak bisa," sahut Bu Mirna. "Ibu butuh kepastian. Sekarang katakan di depan kami semua, kamu lebih memilih perempuan ini atau memilih Aleetha.""Bu, ini keterlaluan ....""Keterlaluan?" Ulang Bu Mirna. "Ibu hanya ingin memastikan keadaan Aleetha baik-baik saja. Ibu tidak mau tidak punya Mama tiri yang tidak jelas asal-usulnya.""Diandra punya orang tua," sergah Birru sambil menahan geram. "Dia perempuan baik, santun, dan bahkan Aleetha sendiri lah yang memintanya untuk menjadi Ibu sambung. Ini semua kemauan Aleetha, Bu!""Cukup, Birru!" bentak Bu Mirna. "Jangan mengkambinghitamkan cucuku!"Deru napas Birru memburu. Emosinya hampir tidak bisa dikendalikan mendengar penolakan Bu Mirn

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Ancaman

    ***"Ibu datang hanya untuk membahas masalah ini?" tanya Birru dengan kening mengernyit. "Aleetha terbaring tidak berdaya di dalam, dan Ibu datang hanya untuk mencaci keputusan yang saya buat?"Bu Mirna gelagapan, wanita paruh baya itu sempat membuang muka kemudian menatap kedua mata Birru yang masih menyisakan basah. "Ibu-- Ibu hanya terbawa emosi, Birru. Kamu bahkan memutuskan ini semua tanpa persetujuan Ibu," elak Bu Marni parau. "Meskipun Hana sudah tiada, tapi ada Aleetha diantara kalian, Ibu gak bisa membayangkan bagaimana hancurnya dia jika nanti diasuh oleh wanita asing."Birru menelisik wajah Diandra yang semakin tenggelam menatap lantai Rumah Sakit. Sepuluh jemari perempuannya itu saling bertaut. Birru bisa melihat dengan jelas jika Diandra sedang gemetar hebat saat ini."Kamu sudah berjanji tidak akan menikahi siapapun setelah kepergian Hana, Nak. Tapi apa yang Ibu dengar, hah? Ini kabar buruk, Ibu mendengar kabar yang teramat menyakitkan bagi Ibu, dan kamu tau ... Hana pas

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Rintangan lain

    ***"Nih, lihat, Lun!"Diandra yang hendak memasuki mobil seketika menoleh. "Ada apa, Bi?" tanyanya kebingungan. Aluna geleng-geleng melihat Diandra, kemudian bertanya, "Dia calon mertua kamu?"Melihat ada hal yang kurang beres, Pak Ranajaya keluar dan mendekati Diandra yang nampak jengah. "Saya Ranajaya, calon mertua Diandra." Pria paruh baya itu mengulurkan tangan dan disambut kikuk oleh Aluna juga Bibi Melani. "Emang ada calon mertua dan calon menantu sedekat ini?" sindir Aluna. "Jangan-jangan kamu main-main sama keduanya ....""Aku bukan kamu, Lun," sela Diandra sengit. "Halah, ngaku aja! Aku sama Papanya Mas Bara aja gak sedekat ini loh, kita masih ada jarak," sahut Aluna membanggakan diri. "Jaman sekarang main sama anak dan Bapaknya itu udah lumrah, udahlah, ngaku aja!""Astaghfirullah, Aluna!" teriak Bu Anis dari ambang pintu. "Apa sih, Budhe, teriak-teriak, aku gak budek!" gerutu Aluna kesal. "Kamu jangan keterlaluan ya, Lun ...." Bu Anis menuding wajah Aluna dengan telu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status