Share

Bab 2

Author: Paradista
last update Last Updated: 2023-12-28 16:00:28

Dari kegelapan muncullah seorang pria berjalan mendekat dan lampu terowongan mulai memperlihatkan wujud aslinya.

“Hah?! Apa-apaan ini, gelandangan?!” seru Ian setelah sadar siapa pria di depannya.

“Apa kau sudah bosan hidup?!

“Gelandangan sialan!”

Pria misterius itu tampak tak peduli dengan semua makian Ian, dia semakin mendekat dan menarik lengan sang gadis hingga berhasil direbutnya dari tangan Ian.

“Lepaskan dia, bangsat!”

Ian tampak sangat murka ketika muncul orang asing yang menurutnya kumal dan menjijikan itu.

Sedangkan Jemima sama sekali tak peduli dengan siapa dia ditolong, yang pasti gadis itu sangat mensyukurinya karena ternyata masih ada yang peduli terhadap penderitaannya.

“Ayo kita habisi saja gelandangan itu!”

Ian dan kedua temannya bersiap untuk memberi ganjaran terhadap pria kumal di depannya, mereka mulai menyerang pria tunawisma yang saat ini wajahnya tertutupi sebagian hoodie jaket yang dikenakannya.

“Sejak kapan kita berurusan dengan gelandangan?” ejek Sam sambil mengarahkan tinjunya ke arah pria misterius tadi, tapi gagal karena pria itu dengan cepat bisa menghindari tinjunya.

“Belum pernah, piuh!” dengus Mat sedikit bersemangat karena pria itu ternyata cukup cekatan.

“Aku takut bajuku terkena penyakit dan kulitku terpapar bakteri dari tubuhnya.” Sambung Mat sedikit sarkas.

“Akh, kalian banyak bacot. Cepat ambil kembali Jemima untukku!” seru Ian terdengar tak sabaran.

“Hajar gelandangan itu!” lanjutnya memberi perintah.

Meskipun tampak enggan, Sam dan Mat maju bersamaan, mereka mengangkat kedua tinjunya, hanya Ian yang terlihat mundur karena menganggap sepele pria misterius itu.

Jemima maju selangkah, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pria misterius yang dari tadi berusaha melindunginya. Tapi pria misterius itu menarik tubuh Jemima agar berlindung di belakangnya lagi.

Sam mengeluarkan senjata tajam, dari niatnya saja pria itu ingin sekali mengakhiri perkelahian itu dengan cepat karena merasa jijik terhadap penampilan lusuh gelandangan di depannya, dia juga tak kuat dengan bau yang ditimbulkan dari tubuh gelandangan itu.

Pria misterius bersamaan dengan Jemima kembali mundur beberapa langkah, Sam mulai melayangkan senjata tajamnya tapi sasarannya adalah Jemima, untungnya senjata itu tidak berhasil melukai Jemima, karena ditangkis oleh lengan pria misterius itu.

“Hey! apa yang kau lakukan Sam?!” teriak Ian yang melihat Sam hampir saja melukai Jemima.

Kedua mata Jemima melebar karena terkejut apalagi saat melihat darah mulai mengalir dari balik lengan baju pria misterius yang kini sedang melindunginya itu.

“Bagaimana? Sakit?” ejek Sam dengan seringainya.

“Kenapa gelandangan bau ini diam saja, hey! apa kau bisu?” ejeknya lagi, dengan wajah kembali menyeringai tak jelas.

Pria misterius itu tak berkutik, dia bahkan tak merasakan perih pada tangannya.

“Cih! Pria menyedihkan!” dengus Ian terdengar jelas, entah menghina Sam yang tak mempedulikan perkataannya, entah pada pria misterius itu.

“Bunuh saja dia Sam, pemerintah tak akan menyalahkan kita, lagi pula mereka hanyalah hama!” seru Mat.

Mendengar itu Sam tertawa senang, hobinya memang menghajar seseorang seperti ini, dia kembali bersiap untuk menyerang.

“Lari!” seru Jemima pelan.

Pria misterius itu menghentikan geraknya, berharap kalau dia salah dengar.

“Ayo kita lari saja, bodoh!” seru Jemima lagi terdengar lirih tapi jelas.

“Dalam keadaan begini seharusnya kita menghindar.” Bisik Jemima lagi sambil melihat sana sini, mencari jalan keluar.

What? Gadis aneh. Batin pria misterius itu, mendadak kesal.

Jemima memegang erat tangan pria misterius itu dan tampak bersiap untuk menariknya kabur, tapi genggaman tangan itu segera pria misterius itu lepaskan.

“Hey, apa yang kau pikirkan? Apa kau mau mati untukku?” tanya Jemima, dengan wajah terkejut.

Pria misterius itu mengangguk, “a-apa? Dasar pria gila! aku gak mau siapapun berkorban untukku!” seru Jemima kesal.

“BODOH!” lanjutnya mendengus.

“Apa salahnya berkorban untuk gadis aneh sepertimu.” Gumam pria itu setelah sekian lama membisu. Jemima hanya melirik bingung saat mendengarnya.

Sementara itu Sam yang tak sabarkan kembali menyambarkan senjata tajamnya, kali ini Jemima maju hingga senjata itu menggores dalam lengannya.

Pria misterius itu amat terkejut hingga dia tak sadar kalau saat ini tubuh mungil si gadis berada dalam dekapannya, Jemima sekilas melihat ke arahnya, kedua mata mereka saling memandang, Jemima tampak tersenyum puas saat tubuhnya berada dalam dekapan pria misterius itu.

“Apa yang kau lakukan Sam! Aku ingin kau menusuk gembel itu! Bukan wanitaku!” teriak Ian yang berjalan mendekat sambil membuang puntung rokok tadi ke sembarang arah karena emosinya mulai tersulut oleh kecerobohan Sam.

“Ma-ma-maaf Ian, tak sengaja.” Balas Sam, membela diri dengan sangat mudah dan berpura-pura gagap seolah dia takut.

Ian menatap murka, dia malas harus menghabiskan tenaganya untuk menghajar Sam. Pria itu melangkah mendekat dan bersiap menendang atau meninju pria misterius itu dengan maksud segera merebut Jemima kembali. Tapi sayangnya, pria misterius itu lebih dulu memukul wajah Ian hingga Ian terhuyung kesakitan.

Sam dan Mat segera maju untuk membantu Ian, mereka bersamaan menghajar pria yang mereka anggap seorang gelandangan itu, tapi entah kenapa bahkan mata Ian sendiri melihatnya, kalau yang menjadi sasaran Sam juga Mat adalah Jemima. Kedua pria itu kembali menusukkan senjatanya ke arah Jemima, tapi lagi-lagi pria misterius itu segera melawan hingga pisau itu menusuk telapak tangannya, Jemima mulai sangat ketakutan dan terkejut. Bagaimana dia tidak terkejut saat melihat seseorang yang tak dikenalnya itu terus saja mengorbankan diri untuknya hingga beberapa kali?

Melihat keganasan pria bernama Sam juga Mat, kali ini pria misterius itu benar-benar tak mau menyia-nyiakan waktunya, entah kenapa Jemima terus saja jadi sasaran kedua pria itu, dengan cepat pria tunawisma itu menendang dan memukul Mat secara bergantian hingga pisau yang mereka pegang terpental jauh, Sam dan Mat terlihat kewalahan, Mat tak sempat bangun karena di terjatuh cukup keras hingga pinggangnya terasa sakit, sedangkan Sam terlihat didekati pria misterius itu yang dengan cepat menindih tubuhnya dan mencecar Sam dengan pukulan, Mat mencoba bangkit untuk menolong Sam dengan memukul kepala pria misterius itu dari belakang, sayangnya pukulan itu tak mempengaruhinya, yang ada kini pria misterius itu melirik ke arahnya dengan tatapan sadis, Mat terlihat ketakutan karena kini sasaran gelandangan yang menurutnya sangat menjijikan itu adalah dirinya.

Mat melihat sekeliling hingga pandangannya tertuju pada pisau miliknya yang segera dia raih, tapi dengan secepat kilat senjata tajam yang ada dalam genggaman Mat segera pria misterius itu rebut, pria itu menjauh lalu bersiap untuk melemparkan pisau itu ke arah Mat, seketika tubuh Mat kaku hingga kedua tangannya diangkat, sayangnya pria misterius itu tak mau meloloskannya, senjata itu tampak melesat dan langsung menancap tepat pada telapak tangan Mat.

“ARGH! Tidak… tanganku….” Rintih Mat sambil memegangi telapak tangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 118

    Untung saja ada William yang tiba-tiba saja mau bersekutu dengannya, dia yakin kalau Dante dan Jemima akan segera berpisah. Lalu, apakah rencana keduanya akan berhasil? Beberapa minggu berlalu, pasangan Julian dan Jemima tampak semakin romantis. Keduanya sedang dimabuk cinta, dan Julian berpikir jika saatnya dia akan berencana jujur tentang identitasnya pada Jemima. Malam itu Julian berencana makan malam bersama di restoran hotel tempat mereka tinggal selama ini, dia akan membuat Jemima tak bisa melupakan makan malam romantis tersebut. Julian juga berharap kali ini istrinya itu mau mendengarkan penjelasannya tanpa berpikir salah paham, apalagi masih menertawakannya. Siang harinya sebelum rencana makan malam bersama, dia pergi ke butik bersama Victor. Sahabatnya itu sengaja dipaksa agar mau pergi dengannya, meskipun dia tahu sedang rapat penting. “Dante, mereka datang jauh dari luar negeri. Rasanya…”

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 117

    William mengangguk tegas, “Tentu saja, apa kau mau membantuku?” tantang William. Sepertinya kesempatan ini tak mau dia abaikan begitu saja, balas dendam pada Dante adalah tujuan hidupnya saat ini. Tapi, apakah Sarah mau membantunya?William masih menunggu jawaban dari wanita yang kini duduk di depannya itu, dan baru saja berkenalan secara akrab di hari itu juga.“Tunggu, sebelum aku menjawabnya… lalu status mereka berdua apa sekarang?” tanya Sarah, penasaran.“Suami istri, tapi sepertinya pernikahan mereka hanya pura-pura dan bisa jadi hanya pernikahan kontrak.”“Apa?! Pernikahan kontrak?” tanya Sarah, hampir saja kedua matanya keluar dari rongganya.William mencoba menahan tawa saat melihat ekspresi kaget yang diperlihatkan Sarah padanya, dia menjaga imej agar tetap terlihat tenang, berwibawa dan dewasa.“Kamu yakin mau merebutnya kembali?” tanya Sarah, dan William menjawab dengan anggukan.

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 116

    Pria itu menyelesaikan dulu transaksinya, sementara Sarah yang tak terima menahan malu segera pergi dari butik itu sampai-sampai pria yang menolongnya harus mengejarnya.“Sarah Anthony?!”“Tunggu!”Sarah menghentikan langkah kakinya, pria yang membayar belanjaannya tadi ternyata mengenal hingga tahu namanya.“I-i-ini barangmu,” kata pria itu dengan nafas sedikit ngos-ngosan.Sarah tampak tak bergeming, dia masih menatap bingung ke arah pria itu.“Ah, ya. Kenalin namaku William Maxim,” sambungnya sambil mengulurkan tangan dengan terlebih dahulu menyimpan barang-barang milik Sarah.Sarah, yang awalnya bingung dan tak mengenali William, terkejut ketika mengetahui identitas pria itu. William, putra keluarga Maxim, adalah sosok yang berpengaruh dan memiliki koneksi luas. Sarah, yang haus balas dendam, melihat peluang dalam pertemuan ini.“Ah, putra keluarga Maxim? Senang bertem

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 115

    Mobil yang Egan kendarai akhirnya tiba di sebuah klinik praktek dokter pribadi.“Bukannya kita mau ke rumah sakit?” tanya Julian.Egan terbatuk-batuk, dia ingin bicara tapi tidak berani.“Kenapa? Kau sakit juga?” tanya Julian lagi.Egan memandang ke arah Julian, tatapannya seakan menghakimi.“Apa?” tanya Julian malah menantang.“Aduh__” dia mengaduh karena pinggangnya disikut Jemima.“Sakit tau!”Jemima membalas dengan kedua mata yang melebar, nyalinya mendadak ciut sampai-sampai Egan harus menahan tawa karena melihat ekspresi Julian yang lucu. Dia seperti kebanyakan pria lainnya jika sudah ada pawangnya, tak terlintas jika dia adalah seorang Dante Vascos yang terkenal seperti Singa.“Tuan Julian, ayo turun,” ajak Egan dengan gigi gemerutuk menahan kesal. Kesal karena Julian lupa dirinya siapa.“Ayo nona Jemima, kita periksa di dokter Cross.” Jemima mengangguk, lalu turun dan menuruti apa kata Egan. Lagipula dia merasa tidak enak kalau harus merepotkan dan mengambil banyak waktu Egan

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 114

    “Aw, kenapa?!” seru Julian karena tiba-tiba saja pinggangnya terasa sakit karena dicubit.“Jangan tidak sopan begitu,” jawab Jemima. "Tuan Victor, nona Sarah. Panggil mereka dengan sopan," sambung Jemima.“Owh,” balas Julian sambil mengangguk-angguk.“Eh tunggu,” sambungnya sambil menatap aneh ke arah Jemima.Jemima membalas dengan isyarat kedua mata.“Ya, maksudku wanita itu sudah mempermalukanmu. Untuk apa kita bersikap sopan, apa kau sudah tidak punya harga diri?” tanya Julian, membuat kedua mata Jemima melebar.Jemima menghela napas. “Julian, ini bukan tentang harga diri. Ini tentang sopan santun. Kita tidak bisa bersikap kasar kepada orang lain, bahkan jika mereka bersikap buruk kepada kita.”“Tapi dia sudah bersikap kasar!” protes Julian. “Dia bahkan mengejekmu!”“Aku tahu,” jawab Jemima dengan tenang.“Dia juga menjambak dan membenturkan kepalamu,” tambah Julian lagi.“Ya, aku tahu. Tapi itu bukan alasan untuk membalasnya dengan kasar. Kita harus menunjukkan bahwa kita lebih b

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 113

    Jemima terus berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman Sarah kuat. Dia merasakan darah mengalir di pelipisnya. "Kau ingin melihatku menghancurkan gadis ini?!" Sarah menatap orang-orang di sekitarnya dengan mata menyala. "Sarah, hentikan!" Beberapa orang mulai kembali berteriak, "Kau harus berhenti!" "Tidak, aku tidak akan berhenti sampai dia meminta maaf!" Jemima terus berjuang. "Lepaskan!" Jemima memohon, "Lepaskan rambutku!" "Kau harus diajari!" Sarah berteriak, matanya menatap tajam ke arah Jemima. Tiba-tiba, seorang pria berbadan tegap dengan muncul dan menarik Sarah dari Jemima. Sarah berusaha melawan, namun pria itu terlalu kuat. "Kau tidak boleh melakukan ini," kata pria itu, suaranya tegas. "Pergi, dan urusan kita belum selesa. Ingat itu!”

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 112

    Jemima semakin bingung. "Saya tidak pernah merusak gaun Anda! Saya bahkan tidak tahu apa yang Anda bicarakan!" “Kejadian semalam adalah murni kecelakaan,” ungkap Jemima. Berusaha membela diri. Sarah mencibir, "Jangan berpura-pura! Aku tahu kau yang melakukannya! Dan aku tidak akan berhenti sebelum kau mengganti gaunku!" Jemima terdiam, jantungnya berdebar kencang. Dia bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Kejadian semalam seharusnya sudah selesai, hanya antara Sarah, keluarga tunangannya, dan Victor. Tapi Sarah bersikeras bahwa Jemima bersalah. Apa yang harus dilakukan Jemima? Saat Jemima larut dalam lamunan, Sarah tiba-tiba merebut tas miliknya dan menghamburkan isinya ke lantai. Jemima berteriak marah, kesabarannya sudah habis. "Apa anda gila?!" teriaknya. "Kembalikan tasku!" Sarah tertawa sinis sambil merebut kembali tas itu. Suasana semakin ramai, orang-orang mengerumuni mereka, dan seseor

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 111

    Setiap sudut ruangan kamar hotel itu menjadi saksi bisu betapa menggeloranya hasrat sepasang suami istri itu. Bahkan ketika mereka berdua keluar dari kamar mandi, keduanya masih bertingkah manis dengan saling mengeringkan tubuh, mengeringkan rambut, hingga memakaikan pakaian untuk mereka kenakan hari itu. Kedua sejoli itu berdiri berhadap-hadapan. “Sayang, aku akan ke atas untuk menemui Victor,” kata Julian sambil merapikan poni Jemima. Wajah Jemima tampak cemas. Julian bisa menebak isi kepalanya, wanita itu pasti mencemaskan kejadian semalam. Julian meraih tubuh Jemima, lalu memeluknya penuh kasih sambil mengelus-elus rambutnya. "Kau yakin tidak apa-apa, Julian? Aku khawatir Victor akan..." Jemima terdiam, kalimatnya terhenti sebelum selesai. "Khawatir apa, sayang?" tanya Julian, matanya menatap dalam ke mata Jemima. Jemima menggeleng, "Tidak, tidak apa-apa. Cepatlah, aku akan menunggumu di sini." Julian tersenyum, mencium kening Jemima, lalu beranjak pergi. Jemima menatap pu

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 110

    Jemima terdiam, matanya masih berkaca-kaca. Lagipula apa kata Julian memanglah benar, dalam kesusahan mereka, sempat-sempatnya dia memikirkan seorang anak?Jemima mengusap air matanya, "Aku bahagia, Julian."Keduanya terdiam sejenak, menikmati kehangatan tubuh dan jiwa mereka yang saling bersatu. Malam itu, di tengah keheningan kamar yang kedap suara, cinta mereka bersemi dengan indah, tetapi di balik keindahan itu, tersembunyi sebuah rahasia yang mungkin akan mengubah hidup mereka selamanya. ***Keesokan harinya Julian mendapati Jemima sudah tidak ada di sampingnya, dia melihat sekeliling kamar itu, sayup-sayup terdengar percikan air di kamar mandi. Aroma sabun dan tubuh Jemima tercium samar, mengundang hasratnya.Julian segera bangun, dan berjalan menuju kamar mandi. Saat pintu dibuka, terlihat Jemima sedang mandi di dalam sana, dari luar kaca terlihat samar-samar tubuh polos yang sedang berdiri sambil bermain dengan shower air di atasnya. Rambutnya yang basah menempel di pipi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status