Share

TEGAS part 2

"Bu, Pak. Tolong ajarkan Arumi untuk sopan sama mbaknya. Jangan menghina makanan!" ucap Mas Pandu penuh penekanan.

Mas Pandu menantap tajam ke arahku, ia seperti sedang mengintimidasi Bapak dan Ibu.

"Jangan ajarkan aku untuk sopan santun sama manusia nggak ada akhlak kaya kalian! Mbak, apa kamu lupa dengan pengorbanan orang tua kita selama ini? Setelah kamu dewasa dan sukses kamu seperti ini membalas jasa orang tua?"

Kutarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya kasar.

"Sudahlah, Mas, kita pulang aja sekarang. Arumi membuat moodku hancur!"

Mbak Ayu lantas menggandeng tangan suaminya dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam mobil.

"Tunggu! Ada yang ketinggalan!" teriakku seraya berjalan dengan cepat ke arah mobilnya.

"Mau apa lagi kamu?" bentak Mbak Ayu.

"Tuh, rendang basimu ketinggalan!"

Aku melempar rantang yang berisikan rendang basi itu ke dalam mobil mereka. Wajah Mas Edi terlihat merah padam seakan ingin melahapku.

"Kamu tahu harga mobil ini berapa, hah?" bentaknya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Bodo amat! Ora uruss!"

Aku mengacuhkan umpatannya yang ia tunjukkan untukku. Peduli setan dengan mereka. Dasar manusia-manusia tidak beretika.

"Ayo kita masuk, Pak, Bu."

Bapak dan Ibu menuruti ucapanku dan mereka segera masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu.

"Pak, Bu. Lain kali kalau dikasih makanan sama Mbak Ayu tolak aja. Nggak usah diambil lagi," pesanku.

Bapak menarik napas lalu mengembuskannya pelan. Wajahnya mendongak dengan mata yang berkaca.

"Bapak cuma nggak mau jadi ribut aja, Nduk. Selama ini juga habis dikasih dan Ayu pulang kami langsung membuangnya," terang Bapak.

"Bapak sama Ibu mau makan rendang? Nanti Arumi belikan di warung padang sebrang jalan."

"Jangan, uangnya simpan aja buatmu sendiri. Katanya mau beli motor bekas."

Ibu mengusap pucuk kepalaku dengan lembut. Lantas aku membaringkan kepalaku di pangkuan Ibu.

"Kenapa kakak-kakakku pada berubah, Bu, setelah mereka punya harta. Bapak dan Ibu dijadikan pembantu oleh mereka ketika mereka bertamu ke sini?"

"Lain kali jangan mau diperlakukan seperti itu ya, Pak, Bu. Demi Allah, aku nggak ikhlas dan ridho."

Ibu mengusap air yang ada di sudut mataku. Sedangkan matanya pun tampak basah.

Bapak dan Ibu hanya seorang petani, sedari kami kecil dari hasil bertanilah kami bisa makan. Bapak dan Ibu menanam sayuran juga umbi-umbian. Ada lahan untuk berkebun di belakang rumah, walaupun tak begitu besar tapi kami sangat bersyukur.

Dari hasil bertani juga Bapak bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga tamatan SMA. Walaupun terkadang uang hasil bertani tak cukup, harus pinjam uang ke sana-sini.

Lulus SMA--Mas Aron merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang gajinya lumayan besar.

Ya, memang ia mendapatkan pekerjaan yang ia mau. Sampai akhirnya Mas Aron bisa meneruskan pendidikannya hingga kuliah dan menjadi sarjana.

Mas Aron menikah dengan wanita yang katanya terpandang di sana. Setiap kali pulang kampung pasti selalu berpesan agar dimasakan makanan yang enak.

Tak peduli Bapak dan Ibu dapat uang dari mana. Punya uang atau tidak. Ingin di istimewakan layaknya seorang raja.

Mbak Ayu dan Mbak Wisna pun bernasib baik. Mereka mendapatkan jodoh laki-laki yang mapan, finasial yang sudah tercukupi.

Tapi, kenapa. Kenapa setelah mereka berkecukupan malah memperlakukan Bapak dan Ibu seperti kacung mereka.

Tring! Tring!

Ponselku berdering, panggilan telepon masuk dari Mas Aron. Firasatku sudah tak enak.

'Arumi, hari Minggu pagi aku akan sampai di sana. Tolong bilang sama Ibu masakin seafood kesukaan Delia, juga ayam mentega untukku.'

'Ucapkan salam lebih dulu, Mas. Mana uangnya untuk belanja?'

'Suruh Bapak cari uangnya."

'Kalau mau makan enak harus modal. Emang seafood bisa dibeli pakai daun! Kalau nggak mau ngasih uang makan aja yang ada!'

Aku menutup sambungan teleponnya sepihak dengan kesal. Ibu dan Bapak menantapku dengan senyuman getir.

"Tolong, kali ini jangan nggak enakan pada mereka. Biar mereka berpikir bahwa sikap mereka itu memang sudah keterlaluan pada orang tua. Arumi berangkat kerja dulu ya."

Bapak dan Ibu menganggukkan kepala, syukurlah mereka juga mengerti.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lia Putri Rahmadani
cerita nya seru
goodnovel comment avatar
Haizam Abu Talib
Good cerpen... Bagus utk mengisi masa lapabg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status