Share

TAK AKAN MISKIN part 3

last update Last Updated: 2022-10-30 09:33:40

Aku mencium punggung tangan Bapak dan Ibu dengan takzim. Setelah itu berpamitan untuk pergi bekerja.

Aku bekerja di toko roti, selama tak punya kendaraan sendiri aku pergi menggunakan ojek. Pulangnya suka diantarkan temanku yang bernama Ratna.

Jika Ratna tak bisa mengantarkan aku pulang, ya ... terpaksa harus menggunakan ojek lagi. Biaya ongkos pulang pergi dengan menggunakan ojek lumayan mahal. Tapi mau bagaimana lagi.

Sedikit-sedikit aku menabung dari sisa uang gajiku untuk membeli motor bekas saja. Yang penting masih layak untuk dipakai.

Hari ini gajian, aku akan membelikan Bapak dan Ibu rendang di warung Padang sebrang jalan sana.

****

"Kenapa melamun, Rum?" tanya Ratna.

"Nggak papa, cuma kurang enak badan aja."

"Istirahat dulu sana. Biar aku yang lanjutin ngadonin," titahnya.

Aku menurut, duduk di pojokan sambil memijit kening yang terasa berdenyut.

Kuteguk air mineral di dalam botol hingga habis setengahnya. Dadaku kembali nyeri ketika mengingat perlakuan kakakku pada Bapak dan Ibu.

"Rum. Refaldy kemarin nanyain kamu. Kayanya dia suka deh sama kamu," ucap Ratna di sela-sela aktifitasnya mengadoni roti.

Aku hanya tersenyum merespon ucapannya.

"Umurmu sudah dua puluh enam tahun, apa nggak kepikiran buat nyari cowok lalu menikah?" tanya Ratna.

"Memangnya kenapa kalau sudah dua puluh enam tahun? Apakah pernikahan adalah sebuah perlombaan, Ratna? Aku ingin menikah, tapi aku harus menemui lelaki yang tepat. Yang bisa menerima aku juga orang tuaku," tekanku.

Jujur, aku sedikit risih dengan pertanyaan seperti ini. Aku tidak mau salah pilih calon suami.

Tak mau seperti Mbak-mbakku dan Mas Aron. Mereka berubah setelah menikah dan hidup di rantauan. Harta membuat mereka buta dengan semuanya.

Tak ingat saat hidupnya dulu susah. Tak ingat bagaimana pengorbanan orang tua saat harus berdarah-darah mencari nafkah demi bisa menyekolahkan anak-anaknya, memberi makanan yang halal untuk mengisi perut mereka.

"Kalau sudah besar nanti, carilah pasangan yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Yang bisa juga terima orang tuamu, bisa mendidikmu dengan baik."

Dulu, setiap hari Bapak selalu berpesan seperti itu pada anak perempuannya. Selalu memberikan nasihat yang baik.

Tak lupa Bapak juga menasihati Mas Aron. Jika nanti punya istri, perlakukan istrinya dengan baik. Ajarkan istrinya untuk bisa menerima dan menghargai Bapak dan Ibu sebagai mertuanya. Anggap seperti orang tua sendiri. Jangan ada yang ditutupi, apalagi mengaku orang berpunya padahal kami hanya orang desa yang sederhana.

"Rum, kamu nangis."

Ah, tanpa sadar air mataku sudah mengalir begitu saja. Cepat aku menghapusnya.

****

"Maaf, Rum, aku nggak bisa antarkan kamu. Soalnya aku ada keperluan lain," ujar Ratna.

"Nggak papa, Rat, aku naik ojek aja pulangnya."

"Aku duluan ya," pamitnya dan pergi.

Aku melihat jam pada layar ponselku. Jam menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Arum, belum pulang?"

Aku terjingkrat kaget dengan kehadiran Refaldy yang tiba-tiba saja sudah ada di samping.

"Maaf, aku ngangetin ya."

Refaldy meminta maaf dengan senyum sungkan.

"Hem, iya, aku lagi nunggu tukang ojek," sahutku.

"Kalau kamu mau pulangnya bareng aku aja. Kita searah kok, aku mau pergi ke tempat teman," ajaknya sopan.

Langit sore tampak mendung, dari tadi aku pun tak menemui tukang ojek yang lewat.

"Apa nggak ngerepotin?" tanyaku canggung.

"Nggak kok, kan searah. Rumah temanku satu kampung denganmu."

"Baiklah kalau memang nggak ngerepotin kamu. Tapi nanti mampir dulu ke warung Padang. Aku mau beli makanan buat orang tuaku."

Refaldy mengangguk seraya tersenyum. Ia lantas memberikan helm padaku. Aku segera mengambil dan memakainya, lalu mulai menaiki motor.

"Bismillah," ucap kami berbarengan.

Sadar akan hal itu--Refaldy tertawa kecil dan menggaruk kepalanya yang kurasa tak gatal. Lalu motor pun berjalan meninggalkan lokasi tempat kerjaku.

***

"Ini uangmu yang tadi."

Aku menyodorkan uang selembar berwarna merah pada Refaldy karena tadi ia membayarkan makananku.

"Nggak usah. Anggap aja aku lagi teraktir kamu makan," katanya semringah.

"Ah, jangan seperti itu. Aku jadi nggak enak sama kamu."

Tadi sewaktu aku membelikan makanan di warung Padang, ternyata Refaldy pun ikut membeli nasi bungkus. Katanya buat teman-temannya, dan ia pun membayarkan makanan punyaku.

"Kalau kamu nolak, malah aku akan tersinggung. Kamu juga 'kan temanku, Rum."

"Terima kasih banyak. Semoga Allah balas kebaikanmu."

Setelah itu Refaldy berpamitan untuk pergi ke rumah temannya. Aku pun masuk ke dalam dan mencari di mana Bapak dan Ibu.

"Assalamualikum. Pak, Bu, aku bawa nasi Padang nih."

"Waalaikumsalam, Nduk. Alhamdulillah kamu sudah pulang, kami khawatir karena cuaca mendung sekali ingin hujan."

Aku memberikan nasi Padang itu pada mereka. Wajah Bapak dan Ibu berbinar saat dibukanya bungkusan itu--ada rendang juga ayam bakar di dalamnya.

"Ndukk, ya Allah ... kenapa lauknya banyak sekali. Katanya kamu mau nabung beli motor."

Bapak dan Ibu berbicara dengan suara bergetar menahan tangis.

"Pak, Bu. Menyenangkan hati orang tua nggak akan bikin aku miskin. Uangku masih sisa banyak kok, ini buat pegangan Bapak sama Ibu. Aku ambil untuk menabung sama ongkos aja," kilahku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aini Eny
baru baca sdh mengandung bawang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TAMAT part 72

    SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   ARUMI MELAHIRKAN part 71

    SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   AKIBAT PERBUATAN MUSYRIK part 70

    SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUQYAH part 69

    SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TEROR part 68

    SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUMAH TERJUAL/ADA POCONG part 67

    SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status