“Bu, usahakan biar aku secepatnya keluar dari sini. Nggak enak banget hidup di penjara,” katanya terdengar marah.“Ya, mau keluarin kamu pake apa? Ibu udah gak punya duit. Perhiasan juga habis.”“Jual apa, kek. Bapak, kan, masih ada tanah di belakang rumah. Jual aja itu,” katanya dengan enteng.“Kenapa kamu nggak jual mobil atau rumah kamu aja, Gus?”“Rumah yang mana? Selama ini, kan, aku cuman ngontrak. Mobil juga masih cicilan. Gimana mau dijual?” ungkapnya kesal.“Pokoknya, aku minta Ibu sama Bapak keluarkan aku secepatnya dari sini!” Agus berteriak sebelum sambungan telepon akhirnya ditutup.Gus … Gus, ada-ada aja hidupmu itu, Gus. Bukannya bikin bangga orangtua, ini malah bikin malu.**POV Yasmin.Aku melirik pada dr.Radit setelah wanita itu pergi. Apa benar yang dia katakan jika dr.Radit meninggalkannya dalam keadaan hamil? Sulit rasanya untuk percaya, mengingat dia begitu baik padaku selama ini.Ataukah karena ada satu hal yang membuat mereka tidak bisa menikah? Lalu, haruska
POV Vira“Bagus ya pemandangannya. Pasti cocok untuk berbulan madu nanti,” bisik Adit yang memelukku dari belakang. Aku ikut acara yang diadakan oleh teman-temannya Adit. Mereka menyewa vila di Bali. Pemandangannya indah, dengan kolam renang yang seperti berada di lereng bukit dengan pemandangan hutan yang hijau.“Nanti malam mereka mau ngadain acara api ungun di tepi pantai sambil barbeque-an,” katanya lagi. Aku menjawab dengan gumaman.“Hidup di kampung itu senyaman ini. Udaranya sejuk dan masih segar. Cocok untuk hidup di masa tua nanti dengan anak-anak kita.” Dia kembali berceloteh. Aku tahu ke mana arah pembicaraannya itu. Merayuku agar mau pindah ke kampungnya.“Aku kira kamu ngajak aku pindah ke Bali,” sindirku sambil tertawa kecil. Dia pun ikut tertawa.“Aku punya sebuah mimpi di masa depan. Membuat sebuah klinik di desa, membawamu ke sana dan kita hidup dengan ibuku dan anak-anak kita.”“Tak bisakah kau tidak menyangkutpautkan ibumu dengan masa depan kita?” potongku cepat.
“Hamil? Hah, yang benar saja. Aku yakin jika kamu pasti melakukannya bukan hanya denganku saja. Please, Vira. Jangan menganggapku seperti orang bodoh. Aku tahu wanita-wanita seperti kamu ini. menjebakku untuk sebuah pernikahan. Shit! Jangan pernah bermimpi,” cecarnya membuatku hancur seketika.Lelaki sempurna yang kuharapkan menjadi suami di masa depan. Dia berasal dari keluarga kaya dengan sebuah yayasan yang bergerak menyantuni anak yatim dan anak terlantar. Membangun sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu. Keluarganya banyak yang menjadi dokter, termasuk Jeff. Hanya saja dia adalah seorang dokter hewan.Aku tak pedulikan itu, yang jelas Jeff dan keluarganya memiliki usaha lain sebagai penghasil pundi-pundi uangnya. Usaha property juga tambang. Fix. Dia seorang lelaki sempurna untuk kujadikan suami.“Jeff, aku bersumpah kalau ini anakmu!” Aku berteriak di depan mukanya. Namun, dia hanya tersenyum malas.“Please don’t think that I’m stupid. Aku bahkan bisa menduganya, setelah aku
“Yasmin,” panggilnya ketika aku sedang membereskan pakainnya ke lemari. Aku menolehnya.“Sabtu besok aku ada acara di Garut. Teman-teman mau ngadain acara amal, sekalian berlibur,” katanya. “Apa kamu mau ikut atau di sini saja nemenin Ibu?”Hmm, sebetulnya dia lagi mengajak atau cuman basa-basi aja? Kalau aku sih, nagkapnya dia cuman berpamitan dan mengharap aku tidak ikut. Ok, baiklah. Akan aku ikuti ke mana keinginannya.“Aku di sini saja nemenin Ibu. Kasian,” jawabku mencoba memahami keinginannya.“Katakan saja, apa yang mau dibawa. Biar nanti aku siapkan.”Dr.Radit mengangguk dan menyebutkan barang apa saja yang mau dibawa.Hingga hari itu tiba dr.Radit pergi ke Garut tanpa kutemani. Bu Wati awalnya menegur dan memintaku untuk ikut. Akan tetapi, aku bilang jika aku sedang kurang enak badan jadi tak bisa ikut.Namun, sebuah kabar membuatku terluka. Mbak Lina, pacar dari temannya dr.Radit mengirimkan sebuah foto yang membuatku tercengang dan jantungku seakan berhenti berdetak.Di sa
Suara rem yang diinjak tiba-tiba dan aku jatuh terpelanting.Seorang lelaki turun dari mobil dan langsung mengecek kondisiku.“Hei, kamu tidak berhati-hati.” Dia berteriak. “Kamu tidak apa-apa?” tanyanya sambil memeriksa kaki yang kupegangi. Kurasakan sakit. Sepertinya kakiku terkilir.Bersamaan dengan itu dr.Radit juga sampai di tempatku berada.“Yasmin, kamu tidak apa-apa?” tanyanya dan sama seperti laki-laki itu memeriksa keadaanku. Namun, aku menepis tangannya cepat.“Yasmin? Hell yea, it’s you!” pekik lelaki berkacamata hitam yang tadi menabrakku. Atau justru aku yang menabrak mobilnya, karena dia menjalankan mobilnya pelan saat memasuki area vila ini.Aku langsung menoleh padanya. Perasaan aku tidak mengenal suaranya.“Yes, those eyes,” ucapnya penuh kagum. “Akhirnya aku menemukanmu.”“Hey, adakah dokter yang bisa mengobatinya?” Dia berteriak seraya mengangkat tubuhku tanpa ragu. Sedangkan dr.Radit menatapnya heran.Aku masih bingung dengan lelaki yang membopongku ini? Siapa d
“Apa kamu tidak perlu ke rumah sakit?” sepertinya dia masih khawatir. Aku gegas menggeleng.“Tidak, kakiku sudah membaik.”“Ok, aku akan berikan kamarku buat kamu. Aku diberikan kamar paling bagus, semoga membuatmu lebih baik,” katanya.“Tidak usah Kak Jeff. Aku bukan tamu di sini. Mungkin aku akan pulang saja.” Aku memotong kalimatnya. Namun, Kak Jeff menggeleng kuat.“No, no. kamu harus istirahat malam ini. Aku bisa tidur di sini. Aku sudah terbiasa jika menginap di shelter. Kamu yang lebih membutuhkannya. Ayo, aku antar.” Dia mengulurkan tangannya.“Aku sangat merepotkan,” ucapku tak enak hati.“No, of course not. Aku berikan itu sebagai hadian pertemuan kita. Ayo,” ajaknya lagi. Aku mencoba bangkit dan KAk Jeff gegas membantuku. Dr.Radit juga gegas mendekat tapi aku tak menghiraukannya.Hatiku sudah terlanjur kebas dengan semua sikap dinginnya selama ini. bukan hanya dia, akupun bisa berlaku sama.“Biar aku saja,” kata dr.Radit.Kak Jeff melempar tatapan heran pada lelaki itu.“Ak
“Bisakah kamu ceritakan bagaimana kamu memutuskan untuk menikah?” tanya Jeff. Kini dia duduk di kursi samping ranjang di mana Yasmin berbaring. Wajahnya tampak begitu penasaran. Gerakan tangannya bahkan terbaca jika dia ingin menggenggam jemari sang wanita.“Ini cerita yang panjang dan lucu,” jawab Yasmin menerawang. “Sebelumnya aku menikah dengan lelaki yang buruk. Mas Agus namanya. Bahkan di hari pertama pernikahanku, aku diceraikannya hanya karena make up.”“What the hell?” pekik Jeff marah mendengar wanita pujannya disakiti. “Kalian bahkan belum?” Jeff membentuk tanda kutip dengan jarinya.Yasmin tertawa kecil sambil menggeleng. “Oh, thanks God,!” ucap Jeff.“Lalu dengan dr.Radit, bagaimana ceritanya kalian menikah dan lalu kamu bilang jika pernikahan kalian hanya pura-pura?” telisik Jeff lagi.“Dia yang menyelamatkan aku dari kejahatan Mas Agus. Dia menikah hanya untuk melindungiku. Dengan kata lain, kami menikah tanpa cinta.” Bola mata Yasmin bergerak dan menatap Jeff yang seda
“Aku tahu jika kamu masih mencintaiku, Adit. Jujur saja,” tebak Vira dengan kekehan mengejek.“Jangan terlalu percaya diri, Vir. Aku bahkan sudah melupakanmu. Aku hanya ingin tahu, bayi siapa yang kemarin kamu kandung?” tanyanya sinis.Bayi itu sudah tidak ada di perut Vira sekarang, karena dia sudah menggugurkannya seminggu ya lalu.Vira tertawa nyaring dan diam-diam difoto oleh Lina dari jarak yang cukup jauh. Foto yang seolah menunjukan jika kedua orang itu sedang mengobrol dengan akrab. Lalu dia mengirimkannya pada Yasmin.“Apa pedulimu?” tanya Vira angkuh.“Kau hampir menjebakku dengan bayi itu, Vir. Kau berpura-pura ingin menikah denganku, padahal kamu sedang hamil saat itu. Tega sekali kamu. kenapa kamu ingin aku yang tanggungjawab? Ke mana ayahnya?” cecar Radit.Vira tersenyum miris tanpa menjawab.“Jangan bilang kalau kamu terjebak cinta semalam dan membuatmu hamil,” lanjut Radit.Vira tersenyum malas kemudian duduk di kursi rotan tak jauh darinya.“Aku kalut setelah benar-b