Share

07

Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya?

"Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya.

"Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. 

"I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." 

"Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. 

"Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah.

"A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." 

"Yakin seperti itu? 

Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" 

Deg! 

*Membohongi? 

Sepertinya Nicko telah mencari tau penyebab keanehan ku semalam.* Adita membatin.

"Dengar baby, katakan yang sebenarnya terjadi dengan mu. Atau aku saja yang mengatakannya?" 

Lidah Adita menjadi kaku untuk bergerak. Dia hanya mengisyaratkan seolah dia berbicara dengan kedua matanya. 

"Kamu pasti tau. Setiap kesalahan pasti ada hukuman nya."

Nicko melepaskan dagu Adita. Dia berjalan mendekati jendela yang terbuka. 

"Aku akan meringankan hukuman mu jika kamu berani untuk berbicara jujur terhadapku. Bahkan, aku tak akan menghukum mu, kalau aku mau." 

Adita mendekati Nicko. Dia berdiri di sampi laki-laki itu. 

"Nicko … aku hanya meminum sebuah obat. A-aku pikir itu adalah obat sakit kepala." 

"A-aku, tidak tau itu adalah obat perangsang." 

Nicko menoleh ke arah Adita. Mereka saling bertatapan mata. Nicko menyerah. Dia tidak sanggup untuk berlama-lama dengan perasaan kesal ini. Apalagi dia dihadapkan dengan wajah Adita yang imut dan menggemaskan. Seketika runtuh sudah amarah Nicko yang sudah ia pendam.

"Bagaimana jika aku tidak datang tepat waktu? 

Kamu pasti sudah rusak Adita. Saraf-saraf mu pasti sudah rusak!" 

"A-aku minta maaf Nicko." Adita memegang tangan Nicko. Dia menggenggam nya dengan erat.

"Maafkan aku! Aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi!" 

Iris biru Nicko menyelidik pada iris hazel milik Adita. Dia sedikit mengukir senyuman di sudut bibirnya. Akhirnya Nicko merengkuh tubuh Adita. 

"Aku minta maaf. Aku tak akan melakukan nya lagi." 

"Aku pegang perkataan mu sayang." 

Nicko mencium kening Adita. 

Mereka kembali saling berpelukan mesra sambil diterpa semilir angin siang hari. 

"Nicko?" Adita mengeluarkan kepalanya dari hangatnya dekapan dada Nicko. Adita mengadah menatap wajah Nicko yang lebih tinggi darinya. 

"Yes baby." 

"Apa kau sungguh-sungguh mencintai ku?"

Nicko mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja perasaan ku ini sungguhan sayang." 

"Apa aku terlihat seperti sedang mempermainkan perasaan mu?" 

Adita menggelengkan kepalanya.

"Aku rasa … aku juga menyukaimu."

"Seriously? Ah, aku merasa sangat bahagia sekarang." Nicko tersenyum.

"Hanya saja, aku masih sedikit worry dengan taruhanmu itu." Adita menyenderkan kepalanya di dada bidang Nicko. Dia menatap lurus ke depan. Pemandangan kota Paris di siang hari. 

"Aku sudah tidak terikat dengan itu. Aku mengembalikan saham Chris dan kapal pesiar mewah Daniel.

Aku memilihmu Adita." 

"Tapi menurutku, aku ini tidak pantas untuk mu. Aku hanya wanita biasa. Aku yakin orang tuamu pasti sudah menyiapkan wanita hebat yang akan menemanimu seumur hidup." 

"Orang tua ku? hahaha … mereka bahkan belum menyuruhku untuk menikah." 

"Oh benarkah?" Adita menatap tidak percaya pada Nicko. 

"Apa aku terlihat sedang berbohong?

Heh! Aku tidak seperti mu sayang!"

Adita mengukir bibirnya melengkung ke bawah. Dia memukul lengan Nicko. "Apakah kau sedang mengejekku?" 

"Ahahaa … tidak." 

"Bohong! Lihat saja nanti. Aku akan menghukum mu!" 

Nicko kembali tertawa. 

"Tidak ada yang lucu tuan muda Nicholas!" Adita keluar dari rengkuhan hangat Nicko. Dia berjalan meninggalkan laki-laki itu.

"Baby!" 

"I not listen you!"

Nicko mendekati Adita. Dia mengangkat wanitanya dan membawanya ke ranjang. 

"Nicko!" 

"Tidur siang baby! Supaya mood kamu tidak berantakan." Nicko mengusap lembut rambut Adita. 

Adita memeluk Nicko yang berbaring di sampingnya. "Apa aku boleh keluar dari kamar ini? Aku sangat bosan." 

Seketika wajah Nicko berubah. Tak ada ekspresi di sana. Adita tau. Dia salah berbicara.

"Hanya di dalam apartemen ini. Ehm … bagaimana kalau kita berenang? Aku ingin merelaksasi otot ku." Adita tersenyum semanis mungkin. Agar Nicko luluh dengannya. 

Nicko mengangguk. 

"Yeay! Terimakasih!" Adita tersenyum senang. Dia mencium bibir Nicko secara tiba-tiba. 

"Ups!" Wajah Adita memerah menyadari apa yang dia lakukan barusan terhadap Nicko. 

Nicko terkekeh. Dia berpikir untuk menggoda Adita. Pasti seru bukan?

Apalagi wajah si DJ cantik ini sedang memerah. 

"Sayang, mengapa wajahmu memerah seperti ini? Astaga, apa kamu sakit lagi?" Nicko memegang pipi dan kening Adita secara bergiliran. 

"Ti-tidak! Aku baik-baik saja." 

"Tapi wajah mu memerah!"

"Aku mengantuk! Aku ingin tidur!" Adita menelungkup kan wajahnya di bantal. 

*Aku minta maaf Nicko. Aku harus melakukan ini. Salah satu cara agar aku dapat keluar dari sini adalah patuh dengan mu.* batin Adita berucap.

Nicko mengusap rambut Adita. Akhirnya wanita cantik itu tertidur. Nicko membalikkan badan Adita agar terlentang. Jika Adita tertidur dengan kepala yang menelungkup di bantal akan membuat pernapasannya bermasalah. Dia akan sesak napas. 

Nicko menatap wajah Adita yang sedang tertidur. Dia mengulurkan tangannya untuk membelai lembut pipi Adita.

"Kali ini kamu benar-benar meragukan cintaku. Apa perlu aku buktikan untukmu? Katakan! Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya dengan ku?" 

Nicko berkata dengan suara pelan. Dia terus memandangi wajah Adita. Kemudian, Nicko mendekatkan wajahnya. Dia mencium bibir Adita.

"Kenapa kamu sanga menggemaskan Hem?" 

Cup!

Ciuman kedua mendarat di bibir Adita yang berwarna peach. 

"Aku mencintaimu. Kau percaya bukan padaku?" 

Cup!

Ciuman ketiga diberikan Nicko dengan sedikit lumatan disana.

"Aku tak akan membiarkan mu jatuh di pelukan laki-laki lain!" 

"Aku mencintaimu!"

"Kamu milik ku Adita! Hanya milikku!" Nicko berbisik di telinga Adita. Dia juga memberikan gigitan kecil di daun telinga Adita. 

"Eumhh …" 

Adita menggeliat kecil. Dia sepertinya terusik dengan ulah nakal Nicko. Nicko terdiam. Setelah itu dia tersenyum kecil.

"Aku akan datang di dalam mimpi mu sayang! Tunggu aku!" Nicko mendaratkan kecupan manis di kening Adita. Kemudian dia berbaring dan memeluk Adita dengan erat.

*********

Waktu telah berganti. Matahari sudah condong ke arah barat. Pukul 4 sore waktu setempat sekarang. 

Adita mengedipkan matanya berulang kali. Dia meneloh ke sisi samping. Dimana disitu ada laki-laki yang telah mengambil hatinya. Tapi, ternyata kosong. Nicko tidak ada disitu. Adita mengerutkan dahinya. Dia turun dari ranjang untuk mencari keberadaan Nicko. 

Tangan Adita meraih knock pintu. Dia teringat kalau pintu kamarnya selalu terkunci. Nicko tidak akan pernah membiarkan dia kabur begitu saja. 

Adita kembali mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Dia menghela napasnya. Adita berjalan menjauh dari pintu. 

"Selalu saja aku seperti burung di dalam sangkar emas." Ucap Adita lesu. Dia duduk di tepi ranjang.

"Dia kembali mengunci ku di kandang ini!"

Kandang yang Adita maksud adalah kamarnya. Sesuai bukan dirinya seperti burung. Burung peliharaan sang tuan muda. 

"Tuan muda Nicholas dari keluarga Alexander's." Adita terkekeh kecil tidak tau apa penyebabnya. 

"Uang! Uang adalah segalanya. Dia hidup di antara tumpukan uang! Ahahaha … sangat lucu. Tetapi, uang tak akan pernah bisa memberhentikan rencana ku! Aku yakin aku pasti bisa keluar dari sangkar emas ini!" 

"Aku merasa, aku harus lebih pintar dari Nicko. Heh! Laki-laki itu selalu saja membuatku tak berkutik." Adita bergumam kesal. 

Adita membaringkan tubuhnya terlentang di ranjang. Bola mata hazel nya melihat ke langit-langit kamar. "Aku pasti bisa keluar dari sini!"

Di sisi lain. 

Nicko merendam tubuhnya di dalam air hangat. Dia sekarang berada di jacuzzi. Letaknya di lantai dua. Di sebelah ruang gym. Nicko menunggu Adita. Dia sengaja tidak mengunci kamar wanita nya. Dia merasa Adita sudah mulai kembali mempercayai nya seperti dulu. Nicko bersumpah pada dirinya sendiri. Dia tidak akan melukai hati kecil wanitanya untuk ke sekian kalinya. Cukup tantangan bodoh yang dia dan kedua temannya ciptakan. 

Nicko merentangkan tangannya. Dia bersender di jacuzzi. Menikmati fitur jacuzzi yang membuatnya relaksasi. 

"Dialah wanita yang paling aku cintai setelah mommy." Nicko bergumam. 

Setelah itu dia memejamkan matanya. 

Hari sudah mulai gelap. Nicko menunggu Adita sampai dua jam lamanya. Dia merasa dirinya sudah seperti ikan. Berendam berlama-lama di dalam air. Nicko memakai bathrobe putih. Dia melangkah menuju kamar Adita. 

Dibuka pintu berwarna coklat gelap itu. Adita ternyata sedang melakukan warkout. Tak disangka, bersamaan Nicko masuk ke dalam kamar Adita. Wanita itu sedang melakukan gerakan yang sedikit membuat Nicko terkejut. Dimana disitu Adita menekuk tubuhnya ke belakang. Dia melakukan gerakan kayang. Itu yang pertama. Yang kedua, wanita itu memakai pakaian olahraga yang sangat ketat. Sport bra berwarna pink itu sepertinya sedikit melorot. Sampai dada Adita yang masih sedikit ada bekas kemerahan pun terlihat. Dan, pintu surga dunia kesayangan Nicko. Astaga … laki-laki itu tak berkedip saat melihat ke arah sana. Mesum? Memang! 

"Kamu?!" Adita segera membenahi tubuhnya. 

Nicko masih terdiam. Dia terus memandangi pintu surga dunia nya.

"Nicko! Hei! What are you doing?" Adita menggerakkan lengan Nicko. Mengguncang laki-laki itu agar tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya." Nicko menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia menetralkan pikiran nya yang tadinya terbang menghampiri pintu surga dunia milik Adita. 

"What happen?" Raut wajah Adita terlihat khawatir. 

"I am ok baby!" Nicko tersenyum.

"Tadi kenapa kamu melamun?" Adita memegang pipi Nicko dengan kedua tangannya. Posesif bukan Adita?

Ya, ini memang merupakan bagian dari rencana nya. 

"Ehm, baby. Sadar tidak apa yang kamu lakukan ini?" 

"Apa?" Adita mengerutkan dahinya. Dia tidak memahami apa yang dimaksud perkataan Nicko. 

"Ini." Kedua belah mata Nicko mengarah pada sembulan si dada kenyal. 

"Apakah kau sedang menggodaku, Hem?" Nicko mengedipkan sebelah matanya. Dia bersikap genit sekarang. 

"NICKO!" Adita melangkah mundur. Dia menjauhi Nicko. 

"Hahaha … dengar sayang. Kali ini kamu beruntung. Aku melepaskan mu kali ini. Tapi, tidak untuk lain kali." 

Nicko berjalan menuju pintu. Dia menoleh. Mulutnya kembali mengucapkan kata-kata. "Ganti pakaian mu. Kalau tidak, aku akan memakan buah kesayangan ku itu!" 

Nicko menutup pintu. Dia pergi dari kamar Adita. 

"Sialan! Dia benar-benar sudah kelewat mesum!" 

Malam harinya.

Adita dan Nicko makan malam bersama. Akhirnya Adita dapat menghirup udara segar dari luar kamarnya. Walaupun dia masih belum mendapatkan izin Nicko untuk keluar dari apartemen. Tak apa. Yang terpenting rencana Adita sudah mulai terlaksana. 

Adita meneguk air putih. Dia telah menghabiskan makanannya. 

"Nicko, kau ingat bukan. Saat siang hari." 

"Hem? Apa memang nya?" Nicko mengelap mulutnya dengan tissue.

"Aku ingin berenang! Tadinya aku ingin berenang setelah aku tidur siang. Tapi nyatanya kamu meninggalkan ku tak tau kemana. Aku dikurung lagi di dalam kamar!" 

"Oh itu. Aku tidak mengunci pintu kamar mu."

"A-apa?!" Adita menjadi kaget mendengarnya. Jadi, dari tadi siang dia hanya bermalas-malasan di dalam kamar karena Adita mengira pintu kamar telah terkunci. Stupid! 

"Aku menunggu mu di jacuzzi. Sampai satu jam lebih lamanya. Tapi kamu tak kunjung datang. Aku kembali saja ke dalam." 

"Astaga!" Adita mengusap wajahnya. Dia pusing tujuh keliling. 

Nicko tersenyum melihat ekspresi Adita. 

"Mau berenang?" 

Adita mengangguk cepat.

"Tapi ini sudah malam." 

Nicko tidak suka melihat wajah Adita yang murung seperti ini. Tak masalah bukan kalau bermain air malam hari?

Yang terpenting jangan terlalu lama.

"Lima belas menit setelah makan, kita akan berenang." Ucap Nicko santai.

Adita melotot senang. Dia menggebrak meja makan dengan keras. Sampai-sampai Nicko hampir tersedak buah anggur yang dia makan. 

"Maaf Nicko. Aku terlalu senang. Hehehe …" Adita tersenyum kaku. 

Nicko menatap tajam ke arahnya. Oke. Adita tau ini merupakan sebuah kesalahan. 

"Cium aku!" 

"Hah?" 

"Cium atau tidak berenang malam ini!" Nicko berdiri. Dia berjalan pergi meninggalkan Adita di meja makan.

"I-iya. Aku cium! Tunggu aku Nicko!" Adita segera menyusul Nicko yang sudah berjalan menjauh. 

"Dimana? Di bibir?" Adita menghadang Nicko. Dia memegang pipi Nicko dengan kedua tangannya.

Cup. 

"Sudah! Kita jadi berenam bukan?" 

Nicko mengangguk. Dia mengangkat Adita secara tiba-tiba. Menggendong wanita itu di depan seperti menggendong bayi koala. Nicko mendudukkan dirinya di sofa ruang tv. Dia masih melingkarkan tangannya di pinggang Adita. 

"Kita bermain dulu sebentar." 

"Bermain apa? Ludo?"

Nicko mengerutkan dahinya. "Kamu pikir aku anak kecil?" 

"Lalu apa?" 

Nicko menyeringai melihat Adita yang tidak faham dengan permainan yang dia maksud. 

"Sesuatu yang menyenangkan." 

"Menyenangkan?"

Nicko mengangguk. " Seperti ini!" 

Nicko menarik leher belakang Adita. Dia menyerang bibir ranum itu dengan lembut. Memberikan ciuman yang nyaman dan memabukkan. Dia tidak ingin memberikan sesuatu yang kasar pada wanita cantiknya. Lidah Nicko yang menerobos masuk ke dalam mulut Adita. Menyapa lidah Adita dengan nakal. Membelitnya bahkan menariknya. Seolah akan membawa nya ke luar dari mulut Adita. Tangan Adita memegang erat bahu Nicko. Dia terus mendorong wajahnya ke depan. Dia mulai memberikan ciuman menuntut pada Nicko. Adita terbuai dia sepertinya sudah menggila dengan ciuman yang mulai panas ini. PANAS! 

Tangan Nicko pun tak tinggal diam. Dia meremas pinggul Adita secara bergantian. 

Kemudian mulai menjalar ke dalam dress putih Adita yang tersingkap sampai pangkal pahanya. Nicko memberikan usapan lembut dengan diselingi cengkraman disana. Nicko melepaskan bibir Adita secara perlahan. Dia menatap Adita yang sedang mengontrol pernapasannya. 

"Apa boleh sayang?" 

Adita diam. Dia tidak tau apa yang Nicko katakan.

"Ini." Tangan Nicko meremas buah kesayangannya. Membuat Adita memejamkan matanya dan meloloskan suara halus menggoda.

"Boleh ya?" 

Nicko sudah melepaskan bra hitam Adita. Dia sudah bersiap menyesap sari manis dari buah kesayangan nya. Adita belum memberikan jawaban pada Nicko. Laki-laki itu sudah menyesap saja dengan kuat di bagian pucuk merah yang menantang. Adita pun tak bisa menahan suara merdu nya. Ditambah dengan tangan Nicko yang lainnya sedang memijit dengan gemas buah kenyal Adita. 

"Nickhh …" Adita menggenggam rambut tebal Nicko. Adita tidak munafik. Dia juga menikmati sentuhan Nicko. Adita tidak berpikir untuk meminta laki-laki ini untuk berhenti. Yang pasti Adita hanya mengikuti alur yang sudah Nicko buat kali ini. 

Disaat-saat suasana penuh nafsu gairah yang sedang memuncak. Tiba-tiba saja handphone Nicko berdering dan bergetar. Membuat Adita seketika tersadar dari hanyutnya permainan panas Nicko. 

Dengan tangan yang bergetar. Adita mendorong wajah Nicko yang sedang menempel di buah kenyal miliknya. 

"Nick, handphone mu berdering." 

Adita merogoh kantong celana Nicko. Dia mengambil benda pipih itu. "Mommy mu menelepon!" 

Adita panik. Apalagi itu adalah panggilan video. Adita menutup kamera depan handphone Nicko dengan jarinya. Tak apa kalau hanya sebuah panggilan biasa. Nah ini, panggilan video. Bahkan sekarang Adita sudah terlihat sangat berantakan. Bisa gempar nanti seluruh keluarga besar Alexander's jika melihat tuan muda mereka sedang menempel manja pada dada seorang wanita muda. 

  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status