Home / Rumah Tangga / DONATUR ASI JADI CINTA CEO / PERTEMUAN AYAH DAN ANAK

Share

PERTEMUAN AYAH DAN ANAK

last update Huling Na-update: 2025-08-06 20:20:51

MARKAS ALEXIA – BEBERAPA MENIT KEMUDIAN

Alexia berhasil membuka pintu ruangannya dengan paksa dan berlari ke lorong sempit yang hanya diketahui sedikit orang. Namun di ujung lorong, seseorang sudah berdiri, menunggu.

Pria bertubuh tinggi dengan jas kelam dan bekas luka membelah pipinya. Ia menyalakan pemantik api dengan tenang, lalu menjentikkan korek itu ke lantai logam yang mulai dilumuri cairan kimia berbau menyengat.

“Raline, sudah waktunya kamu menari dalam apimu sendiri.”

“Tidaaakk …! Aku bisa bayar berapa pun! Aku bisa perbaiki ini!”

“Terlambat,” gumam pria itu, lalu menekan tombol kecil di tangannya.

BOOM!

Ledakan terkendali terjadi. Sebagian markas Alexia terbakar. Namun tubuh Alexia tak ditemukan di puing-puing.

*_*

TOKYO – APARTEMEN BAWAH TANAH – 7 HARI KEMUDIAN

Seorang wanita berambut pendek dan memakai topi melintasi pasar bawah tanah. Ia menyamar, memakai nama palsu. Namun seseorang sudah lebih dulu tahu dia ada di sana.

Dari kejauhan, seorang anak kecil menghampirinya d
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    CEMBURU BUTA

    Begitu Nadine membuka pintu, telah disambut oleh ekspresi kesakitan Shen. Pria itu membuka mata, lalu tersenyum tipis. Nadine duduk di sebelahnya.“Tolong aku, Lou po!”pinta Shen dengan napas tersengal-sengal. Wajahnya mendekat ke arah Nadine. Sikap Shen itu membuat jantung wanita itu berdebar kencang.Wanita mana yang tak akan bereaksi berlebihan saat berada di dekat lelaki tampan seperti Shen. Rahangnya yang tajam, hidungnya yang mancung, dan bola mata yang kebiruan membuat ketampanannya nyaris sempurna.“Aku butuh,” ucap Shen dengan bibir gemetar. Suhu tubuhnya panas tinggi membuat badannya lemas dan sulit untuk bergerak bebas karena gemetar.Nadine terdiam dia merasa sangat bodoh. Oleh karena kebodohannya itu pula, ia merasa sangat khawatir saat melihat kondisi si mantan sedang tidak baik-baik saja.“Tolong, gerah!” titah Shen sembari mengangkat kedua tangan ke atas.Nadine mendekati Shen, lalu membantunya membuka baju. Ia melihat tubuh kekar pria ini itu, enam susun dada kotak-ko

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    SERANGAN KEDUA

    Alfandi membuka matanya kembali, tatapan tajam itu menusuk Nadine seakan-akan ingin memaksa jawaban yang lebih meyakinkan.“Kalau aku izinin, aku ikut,” suaranya tegas, dingin. “Aku mau lihat sendiri kalau yang kamu bilang itu, cuma darurat medis.”Nadine menelan ludah, hatinya berdebar kencang. “Fan, kalau kamu ikut ...,”“Jangan bilang nggak bisa. Aku ikut,” potong Alfandi. Nada suaranya tak bisa ditawar.Ponsel bergetar lagi. Kali ini Nadine langsung mengangkat. “Shen? Shen, kamu dengar aku?” Suara di seberang hanya terdengar napas berat, lalu desahan lemah. “Nadine … susah … napas … kunci … apartemen … di pot … bunga …”Sambungan terputus.Nadine langsung bangkit dari ranjang, meraih celana jeans yang tergantung di kursi. “Kita harus cepat. Dia nggak punya banyak waktu.”Alfandi masih duduk, menatapnya penuh kecurigaan. Namun saat melihat jari-jari Nadine gemetar saat meraih kunci mobil, ia ikut bangkit. “Aku nyetir.”*-*Hujan masih mengguyur deras ketika mobil melaju kencang me

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    ASI UNTUK SHEN

    Nadine masih menatap Alfandi dengan napas terengah, dada naik-turun. Tangannya bergetar, bukan hanya karena rasa marah. Namun itu karena getaran aneh yang sulit ia jelaskan setiap kali pria itu terlalu dekat.“Fan … jangan begini,” ucap Nadine pelan, suaranya bergetar.Alfandi menutup matanya sejenak, seolah-olah menahan emosi yang sudah di ujung. Saat ia kembali menatap Nadine, sorot matanya berbeda—lebih teduh, tetap intens. Ia melepaskan genggamannya perlahan, lalu menarik napas panjang.“Aku takut …,” bisiknya lirih, hampir tak terdengar. “Takut kalau suatu hari aku kehilangan kamu lagi, Sayang.”Nadine terdiam. Kata-kata itu menghantam hatinya lebih keras daripada cengkeraman tadi. Wajah Alfandi kini terlihat rapuh, jauh dari sosok keras kepala dan penuh ego yang ia kenal.Alfandi melangkah maju, kali ini bukan dengan kemarahan, tetapi dengan hati-hati. Tangannya terulur, menyentuh pipi Nadine, ibu jarinya mengusap bekas air mata yang ia bahkan tak sadar sudah jatuh.“Nadine …,”

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    HUBUNGAN TANPA STATUS

    “—orang yang mencurinya mungkin justru orang yang duduk di ruangan ini beberapa menit lalu,” potong Nadine, matanya mengerling ke arah pintu yang tadi dilalui Shen. “Atau … orang yang masih di sini sekarang.”Kalimat itu membuat Alfandi terdiam. Matanya sedikit menyipit, seperti menimbang apakah Nadine baru saja menuduhnya.Tiba-tiba, ketukan cepat di pintu memecah keheningan. Seorang polisi masuk tergesa, wajahnya pucat.“Pak, kami dapat kabar, mobil yang membawa peti besi itu ditemukan.”Alfandi segera tegak. “Di mana?”“Di gudang kosong dekat pelabuhan timur. Tapi ...,” Polisi itu menelan ludah. “… petinya terbuka. Dan kosong.”Nadine merasakan dadanya mengencang. Ada sesuatu di balik kata kosong itu yang membuat bulu kuduknya meremang.Alfandi langsung meraih jaketnya. “Kita harus ke sana.”Namun sebelum mereka keluar, polisi itu kembali berbicara. “Pak, ada satu lagi. Di lokasi, kami menemukan secarik foto … bergambar Anda dan Nyonya Nadine. Dengan tanda silang merah di wajah kal

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    MISTERI MASA LALU

    Nadine segera paham dengan permintaan Alfandi. Ia sudah sering kali dibantu oleh pria tersebut. Untuk kali ini, ia merasa masih bisa mengatasi masalahnya sendiri. Ia terdiam sejenak, lalu memandang ke luar jendela.“Aku nggak masalah di sini,” ucapnya datar.Akan tetapi Alfandi sudah mematikan mesin mobil, membuat Nadine mau tak mau menoleh.“Naik depan,” ujar Alfandi tegas, kali ini nadanya bukan sekadar saran—lebih seperti perintah.Shen mengangkat alis, senyum tipisnya menghilang. “Kenapa kau repot-repot atur posisi duduknya, Alfandi? Takut aku terlalu dekat dengannya?” Nada bicara Shen tenang, tetapi ada bara yang menyala di balik suaranya.Alfandi memutar tubuhnya, menatap Shen tajam. “Takut Tentu saja tidak! Aku hanya tahu mana yang pantas. Dan kau …” ia melirik cepat ke tangan Shen yang masih di dekat paha Nadine, “… masih belum belajar batas dan status.”Shen terkekeh pelan, tetapi matanya menusuk balik. “Batas itu relatif, tergantung siapa yang menetapkannya. Nadine dan aku p

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    SEBUAH KONSPIRASI

    Sekop kembali mengenai benda keras. Kali ini suaranya lebih nyaring—duk!—seperti memukul logam. Shen menyingkirkan tanah dengan tangan, memperlihatkan permukaan besi kusam, bukan papan kayu. Alfandi berjongkok, mengetuknya pelan. “Ini bukan peti mati biasa. Ini kontainer besi.” Dengan bantuan linggis dari bagasi mobil polisi, mereka membuka kunci tuasnya. Suara krekkk berderit saat tutupnya terangkat. Bau busuk langsung menyergap, membuat salah satu polisi menutup hidung sambil mundur. Nadine terbatuk, menahan rasa mual. Di dalam peti besi mirip kontainer, tubuh seorang pria terbujur kaku, dibungkus plastik tebal dengan lakban hitam berlapis-lapis. Wajahnya pucat membiru, namun meski membengkak, Nadine mengenalinya. Tangannya bergetar. “Astaga … ini … ini kan …,” Shen menatap tajam, rahangnya mengeras. “Pak Surya.” Alfandi memicingkan mata, suaranya berat. “Orang yang Alexia tuduh sebagai dalang pembunuhan ibumu, sudah mati di sini. Dan sepertinya … mati sebelum Alexia sempat me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status