Share

RAHASIA MASA LAMPAU

last update Last Updated: 2025-08-07 20:38:31

MARKAS BAWAH TANAH – SUATU MALAM

Suara ketikan komputer terus berdetak cepat, berganti dengan desisan perangkat pendingin udara yang menggema di lorong gelap. Di balik dinding beton, layar monitor menampilkan wajah Tuan Zavier, sedang duduk di ruang kerjanya yang megah. Setiap gerakan terekam. Setiap panggilan tersadap. Setiap napasnya, terpantau oleh satu sosok yang kini tak lagi memiliki hati.

Alexia Xu alias Raline yang berdiri di depan deretan layar sambil tersenyum miring. Rambutnya kini dicat gelap, nyaris seperti bayangan. Di balik tubuh mungil dan sikap kasarnya, telah tertanam kebencian yang mengakar.

“Lihat kamu sekarang, Nadine,” gumamnya dingin. “Disayang, dipanggil ‘anak’, dikasih warisan. Sementara aku? Aku dibuang, lagi.”

Di belakangnya, seorang pria bertudung membawa koper kecil.

“Semua sudah siap. Cairan mutagenik yang dicuri dari lab Korea Selatan telah diinjeksikan ke dalam dua subjek. Mereka hanya butuh satu ‘kode pemicu’.”

Alexia memutar badan. Matanya berbinar ja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    SERANGAN KEDUA

    Alfandi membuka matanya kembali, tatapan tajam itu menusuk Nadine seakan-akan ingin memaksa jawaban yang lebih meyakinkan.“Kalau aku izinin, aku ikut,” suaranya tegas, dingin. “Aku mau lihat sendiri kalau yang kamu bilang itu, cuma darurat medis.”Nadine menelan ludah, hatinya berdebar kencang. “Fan, kalau kamu ikut ...,”“Jangan bilang nggak bisa. Aku ikut,” potong Alfandi. Nada suaranya tak bisa ditawar.Ponsel bergetar lagi. Kali ini Nadine langsung mengangkat. “Shen? Shen, kamu dengar aku?” Suara di seberang hanya terdengar napas berat, lalu desahan lemah. “Nadine … susah … napas … kunci … apartemen … di pot … bunga …”Sambungan terputus.Nadine langsung bangkit dari ranjang, meraih celana jeans yang tergantung di kursi. “Kita harus cepat. Dia nggak punya banyak waktu.”Alfandi masih duduk, menatapnya penuh kecurigaan. Namun saat melihat jari-jari Nadine gemetar saat meraih kunci mobil, ia ikut bangkit. “Aku nyetir.”*-*Hujan masih mengguyur deras ketika mobil melaju kencang me

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    ASI UNTUK SHEN

    Nadine masih menatap Alfandi dengan napas terengah, dada naik-turun. Tangannya bergetar, bukan hanya karena rasa marah. Namun itu karena getaran aneh yang sulit ia jelaskan setiap kali pria itu terlalu dekat.“Fan … jangan begini,” ucap Nadine pelan, suaranya bergetar.Alfandi menutup matanya sejenak, seolah-olah menahan emosi yang sudah di ujung. Saat ia kembali menatap Nadine, sorot matanya berbeda—lebih teduh, tetap intens. Ia melepaskan genggamannya perlahan, lalu menarik napas panjang.“Aku takut …,” bisiknya lirih, hampir tak terdengar. “Takut kalau suatu hari aku kehilangan kamu lagi, Sayang.”Nadine terdiam. Kata-kata itu menghantam hatinya lebih keras daripada cengkeraman tadi. Wajah Alfandi kini terlihat rapuh, jauh dari sosok keras kepala dan penuh ego yang ia kenal.Alfandi melangkah maju, kali ini bukan dengan kemarahan, tetapi dengan hati-hati. Tangannya terulur, menyentuh pipi Nadine, ibu jarinya mengusap bekas air mata yang ia bahkan tak sadar sudah jatuh.“Nadine …,”

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    HUBUNGAN TANPA STATUS

    “—orang yang mencurinya mungkin justru orang yang duduk di ruangan ini beberapa menit lalu,” potong Nadine, matanya mengerling ke arah pintu yang tadi dilalui Shen. “Atau … orang yang masih di sini sekarang.”Kalimat itu membuat Alfandi terdiam. Matanya sedikit menyipit, seperti menimbang apakah Nadine baru saja menuduhnya.Tiba-tiba, ketukan cepat di pintu memecah keheningan. Seorang polisi masuk tergesa, wajahnya pucat.“Pak, kami dapat kabar, mobil yang membawa peti besi itu ditemukan.”Alfandi segera tegak. “Di mana?”“Di gudang kosong dekat pelabuhan timur. Tapi ...,” Polisi itu menelan ludah. “… petinya terbuka. Dan kosong.”Nadine merasakan dadanya mengencang. Ada sesuatu di balik kata kosong itu yang membuat bulu kuduknya meremang.Alfandi langsung meraih jaketnya. “Kita harus ke sana.”Namun sebelum mereka keluar, polisi itu kembali berbicara. “Pak, ada satu lagi. Di lokasi, kami menemukan secarik foto … bergambar Anda dan Nyonya Nadine. Dengan tanda silang merah di wajah kal

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    MISTERI MASA LALU

    Nadine segera paham dengan permintaan Alfandi. Ia sudah sering kali dibantu oleh pria tersebut. Untuk kali ini, ia merasa masih bisa mengatasi masalahnya sendiri. Ia terdiam sejenak, lalu memandang ke luar jendela.“Aku nggak masalah di sini,” ucapnya datar.Akan tetapi Alfandi sudah mematikan mesin mobil, membuat Nadine mau tak mau menoleh.“Naik depan,” ujar Alfandi tegas, kali ini nadanya bukan sekadar saran—lebih seperti perintah.Shen mengangkat alis, senyum tipisnya menghilang. “Kenapa kau repot-repot atur posisi duduknya, Alfandi? Takut aku terlalu dekat dengannya?” Nada bicara Shen tenang, tetapi ada bara yang menyala di balik suaranya.Alfandi memutar tubuhnya, menatap Shen tajam. “Takut Tentu saja tidak! Aku hanya tahu mana yang pantas. Dan kau …” ia melirik cepat ke tangan Shen yang masih di dekat paha Nadine, “… masih belum belajar batas dan status.”Shen terkekeh pelan, tetapi matanya menusuk balik. “Batas itu relatif, tergantung siapa yang menetapkannya. Nadine dan aku p

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    SEBUAH KONSPIRASI

    Sekop kembali mengenai benda keras. Kali ini suaranya lebih nyaring—duk!—seperti memukul logam. Shen menyingkirkan tanah dengan tangan, memperlihatkan permukaan besi kusam, bukan papan kayu. Alfandi berjongkok, mengetuknya pelan. “Ini bukan peti mati biasa. Ini kontainer besi.” Dengan bantuan linggis dari bagasi mobil polisi, mereka membuka kunci tuasnya. Suara krekkk berderit saat tutupnya terangkat. Bau busuk langsung menyergap, membuat salah satu polisi menutup hidung sambil mundur. Nadine terbatuk, menahan rasa mual. Di dalam peti besi mirip kontainer, tubuh seorang pria terbujur kaku, dibungkus plastik tebal dengan lakban hitam berlapis-lapis. Wajahnya pucat membiru, namun meski membengkak, Nadine mengenalinya. Tangannya bergetar. “Astaga … ini … ini kan …,” Shen menatap tajam, rahangnya mengeras. “Pak Surya.” Alfandi memicingkan mata, suaranya berat. “Orang yang Alexia tuduh sebagai dalang pembunuhan ibumu, sudah mati di sini. Dan sepertinya … mati sebelum Alexia sempat me

  • DONATUR ASI JADI CINTA CEO    JADI RAHASIA BERDUA

    Nadine menahan napas, mencoba fokus pada suara napas Shen yang perlahan mulai stabil. Jantungnya berpacu kencang, bukan hanya karena kedekatan fisik yang memalukan, tapi juga karena rasa jengkel terhadap pria di hadapannya.Setelah beberapa menit, Shen akhirnya melepaskan diri, terengah-engah dan lebih tenang. Wajahnya masih memerah, matanya berkaca-kaca—campuran antara rasa lega dan rasa bersalah.“Aku … aku nggak mau kamu lihat aku selemah ini,” ucapnya pelan.Nadine menghindari tatapannya, menata kembali blusnya dengan tangan bergetar. “Diam! Fokus sembuh dulu. Kalau tadi aku nggak lakukan itu, kamu mungkin sudah—” ia menggigit bibirnya, enggan melanjutkan.Shen menatapnya lekat-lekat. “Lou po, terima kasih. Kamu masih peduli.”“Aku hanya … nggak mau ada orang mati di hadapanku lagi,” jawab Nadine dingin, meski suaranya bergetar.Tiba-tiba suara deru kendaraan terdengar dari belakang. Sorot lampu menembus kaca spion, membuat Nadine sadar bahwa mereka sedang dibuntuti.Shen langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status