Share

Bab 6 - Her Name is Ran: Part Two.

Ran bergerak dengan anggun, memamerkan pakaian baru yang telah diciptakannya secara misterius sebelumnya. Setiap gerakan tubuhnya terasa begitu lembut dan ringan, seolah-olah dia menari di antara cahaya. Pakaian yang dia kenakan mengalir dengan indah, menonjolkan kecantikan dan keanggunan yang alami.

"Bagaimana dengan pakaian Ran? Apakah Ran imut?" tanya Ran dengan penuh kepolosan, sementara dia berdiri di depan kami dengan senyum manis di wajahnya.

"Ya, kamu memang cantik," jawabku, sambil tersenyum terpesona oleh kecantikan Ran. Rima juga tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Dia mendekati Ran dan memeluknya dengan lembut sembari memuji keberhasilan Ran.

"Kamu sungguh luar biasa, Ran-chan. Kemampuanmu untuk menciptakan pakaian seperti itu sungguh mengagumkan," puji Rima, matanya bersinar penuh kekaguman.

Ran tersenyum lebih lebar mendengar pujian dari kami. Dia tampak sangat bahagia karena berhasil membuat kami terkesima dengan kreasi barunya.

Tapi tunggu dulu. Jika Ran bisa menciptakan benda apapun yang dia lihat hanya dengan beberapa detik saja, bukankah ini akan mempengaruhi dirinya di masa depan nanti? Aku khawatir, jika Ran akan dibujuk oleh beberapa orang asing untuk tujuan pribadi mereka. 

Sepertinya aku harus mendidik Ran dengan berbagai macam pengetahuan tentang hal umum. Jika aku ingin merawatnya untuk sementara, maka aku harus bertangung jawab sepenuhnya demi masa depan anak itu.

Kami pun segera pergi ke ruang makan untuk makan malam. Aku meminta Rima untuk membantu memasak makanan steak hamburg dengan saus spesial. Kami berdua bekerja sama dengan serius, membagi tugas dengan cermat untuk menciptakan hidangan yang lezat.

Aku mengambil peran untuk mempersiapkan daging steak, mengambil potongan daging sapi segar dan memarinya dengan bumbu-bumbu pilihan. Sementara itu, Rima dengan gesitnya mengatur bahan-bahan lainnya, seperti sayuran segar yang akan menjadi pelengkap makan malam kami.

Sementara kami sibuk dengan memasak, Ran terlihat duduk dengan tenang, menopang dagunya di atas meja, mengamati dengan seksama apa yang kami lakukan. Ekspresi penasaran terpancar dari wajahnya, seolah dia ingin memahami setiap gerakan dan proses yang kami lakukan.

Aroma memenuhi ruangan, membuat kami semua merasa lapar tidak sabar untuk menikmati makanan tersebut bersama-sama.

"Papa, makanan nya terlihat lezat! Ran tidak sabar menikmatinya " ucap Ran dengan senang. Telinga dan ekornya bergerak dengan riangnya.

"Tentu saja. Aku merasa sangat percaya diri dengan steak ini" ucapku dengan bangga. Makananku yang ku siapkan selama ini memang lezat dan bergizi, namun tidak selezat dan bergizi makanan Rima sajikan.

Akhirnya dengan sedikit hiasan akhir, steak humburg spesial telah disajikan di meja makan. Ran terlihat sangat tidak sabar menikmati makanan yang berada di depannya. 

"Ah benar... " pikir Rima sembari pindah duduk ke samping Ran. Rima membantu Ran memotong daging dengan pisau dan dapur. Rima dengan bersabar membimbing Ran untuk terbiasa dengan adat umum di meja makan.

Dengan wajah berseri-seri, Ran membuka mulutnya dan memasukan daging yang terlihat berair ke dalam mulutnya. Kami pun juga mikut memasukan makanan ke dalam mulut dan mengunyahnya dengan perlahan-lahan.

"Lezat!!!" ucap Ran dengan sangat senang. Ran dengan lahap menikmati makanan dengan cepat. Aku menyadari karena dia memakan steak secara terburu-buru, terdapat bercak saus di bawah mulutnya. 

Aku mengambil tisu dan membersihkan mulut Ran dengan hati-hati. Rima mengamati kami dengan wajah berseri-seri, dia berkata "Kakak sudah seperti papa nya Ran-chan saja." Aku merasa malu ketika Rima mengatakan hal itu. Setelah membersihkan mulut Ran, aku kembali menikmati makanan tanpa tahu wajahku masih sedikit memerah. Rima hanya tertawa kecil, lalu dia pun melanjutkan memakan steak tersebut.

Setelah makan malam, Ran tertarik pada televisi yang dinyalakan oleh Rima untuk menonton acara drama kesukaannya. Ran berjalan dengan hati-hati, sementara aku dan Rima memperhatikan dengan seksama. Ran terlihat ragu, tampaknya agak terkejut melihat banyak orang berbicara di dalam kotak itu.

"Kenapa ada orang-orang terkurung dalam kotak itu? Apa rumah ini semacam penjara?" tanya Ran kepada Rima, mencerminkan kebingungannya.

Aku dan Rima tidak bisa menahan tawa melihat reaksi polos Ran. Namun, sebelum kami bisa menjelaskan apa itu televisi dan bagaimana cara kerjanya, kejadian tak terduga terjadi.

Ran berdiri di depan TV, rambut panjangnya yang sebelumnya berwarna putih keabu-abuan tiba-tiba berubah menjadi kuning. Matanya memancarkan cahaya yang tidak biasa, dan tiba-tiba dia mulai mengeluarkan listrik dari tubuh kecilnya.

Kau tahu apa yang akan dilakukan oleh Ran?

Ya, hal ini selalu terjadi pada acara TV anime tentang tema isekai atau apalah temanya. Dengan tiba-tiba Ran memukul TV keluaran terbaru hingga hancur berkeping-keping. Aku tersentak kaget, seluruh tubuhku bergetar dengan hebat, bukan karena terkejut melihat kemampuan Ran. Keterkejutanku lebih kepada sola biaya pembelian TV yang baru setelah ini. Rima terkejut sama sepertiku, namun dia tetap duduk dengan mata kosong. Tidak salah lagi, adik perempuanku ini sedang pingsan.

Ran menyadari kalau orang-orang yang ada di dalam kotak asing itu tidak keluar, malah mereka menghilang. Ran dengan panik mencari orang-orang itu ke seluruh ruangan, sedangkan kami masih terpukul dengan kejadian tidak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya.

Tidak lama setelah itu, kamar apartemen kami didatangi oleh polisi karena mendapatkan laporan dari tetangga adanya ledakan aneh dari kamar. Aku dengan seadanya menyampaikan kalau TV yang belum lama ku beli meledak dengan sendirinya. Polisi itu meminta izin untuk memasuki rumahku, dia terkejut melihat TV ku hancur berkeping-keping. Tidak hanya itu, Ran terlihat panik dan terus mencari sesuatu yang tidak pernah akan keluar sejak awal dari TV yang dihancurkannya. 

"Alien memang luar biasa ya.." ucap Rima dengan wajah datar dan kosong. Karena aku merasa sesuatu yang merepotkan terjadi lagi, dengan cepat aku menjelaskan semuanya dengan sedikit kebohongan dan pada akhirnya polisi itu kembali dengan peringatan keras untukku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status