Mendengar jawaban polos dari Ran, aku dan Rima saling memandang, menunjukkan ketidakpuasan dalam jawaban dari anak perempuan yang menyebutkan dirinya sebagai Ran. Rima tersenyum lalu dia memeluk Ran dengan lembut.
Ran merasa hangat dan aman dalam pelukan Rima. Ekornya bergoyang-goyang dengan riangnya, sedangkan telinga kucingnya bergerak-gerak dengan gembira. Dia menikmati sentuhan hangat dan kasih sayang dari Rima, menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh kebahagiaan.
Aku menyaksikan sebuah pemandangan langka dimana seorang manusia memeluk seorang anak perempuan alien dengan leluasa. Jika aku mengesampingkan penampilan mencoloknya, Ran seperti anak perempuan berusia tujuh tahun pada umumnya.
Tapi mau bagaimana pun Ran adalah keberadaan langka yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh publik. Kau rahu? Aku sering melihat acara telivisi tentang pembedahan alien di sebuah laboratarium terpencil. Bagaimana mungkin aku membiarkan mereka membedah tubuh seorang anak kecil tidak berdosa?
Rima melepaskan pelukan Ran, lalu dia menoleh kepadaku dan menyarankan kalau akan merawat Ran untuk sementara waktu. Sebenarnya ada pilihan lain selain merawatnya, yaitu: menyerahkan anak itu ke orang yang berwenang. Dalam hal ini, membiarkan polisi setempat untuk mengurusnya adalah pilihan terbaik.
Namun untuk membiarkan polisi mengurus segala hal, tentunya aku harus menjelaskan setidaknya sedikit tentang Ran bukan? tapi hey, apakah menurutmu mereka akan mempercayai bahwa aku memungut seorang anak perempuan yang terlahir dari kapsul ruang angkasa di tengah hutan?
Ya, aku menduga sama seperti yang kau pikirkan! Mereka akan malah berpikir aku dalam keadaan mabuk atau bahkan lebih buruk, mereka bisa saja menuduhku telah melakukan penculikan seorang anak. Tidak, terima kasih, pilihan menyerahkan kepada pihak berwenang aku harus hilangkan dari pilihan, aku tidak mau memiliki catatan kriminal, terlebih ini baru hampir seminggu aku menetap di distrik Ueno.
Rima mengelus rambut Ran dengan wajah berseri-seri, dia sepertinya sudah terhipnotis dengan keunikan dan keimutan dari Ran. Jujur, aku merasa ingin melakukan hal yang sama, tapi untuk sementara ini aku harus menghilangkan hasrat itu dan fokus untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan terhadap Ran di masa depan.
Aku menghela napas panjang, kemudian berkata Baiklah, kita akan merawatnya untuk sementara ini. Tapi Rima, kamu tidak keberatan untuk tidur bersama dengan Ran, iya kan?" Rima dengan cepat mengagukan kepalanya menyetujui usulan ku.
Ran melihat ke arahku dengan raut wajah penuh harapan, ekornya kembali bergerak-gerak riang. Rasanya aku bisa merasakan betapa leganya dia mendengar keputusan kami untuk merawatnya.
"Papa" ucapnya dengan suara lembut.
Ran masih menyebutku sebagai 'papa', apakah ini ada kaitannya dengan status kepemilikian baru yang diucapkan oleh AI ketika proses membentuk Ran? Aku ingin memberikan pengertian kepada Ran kalau aku bukanlah 'papa' nya, Rima hanya tersenyum kecil ketika melihatku kebingungan bagaimana aku memproses ucapan dari Ran.
"Baiklah, kita harus makan malam dulu. Hari ini giliran ku untuk memasak. Rima bisa bantu aku?" tanyaku sembari bersiap untuk keluar kamar. Namun Rima dengan cepat menarik tanganku, dia menatapiku dengan tatapan tajam.
"A-apa?" tanyaku dengan sedikit ketakutan. Rima menunjuk ke arah Ran yang masih duduk di atas kasur dengan hanya mengenakan jaket kebesaran, "Kak, apa kakak tegak melihat Ran-chan hanya mengenakan jaket besar itu?"
Aku melupakan sesuatu yang penting. Ya, itu adalah pakaian apa yang akan dikenakan Ran selama kami merawatnya di dalam apartemen ini. Ran terlahir dalam keadaan tidak mengenakan apapun. Aku mencoba menanyakan kepada Rima apakah dia membawa pakaiannya ketika masih anak-anak seusia Ran.
"Tentu saja tidak" balas Rima dengan cepat. Tentu saja dia akan membalas pertanyaanku seperti itu. Ran terlihat tidak memahami apa yang dibicarakan oleh kami, kemudian dia menarik lembut tangan Rima, dia berkata "Pakaian? Apakah itu? Ran belum pernah mendengarnya?"
Apakah aku tidak salah dengar? kenapa Ran menanyakan sesuatu yang seharusnya sejak era primitif sudah ditemukan bagaimana melindungi tubuh dari serangga atau hal lainnya?
"Ran, kamu serius tidak mengenal pakaian?" tanyaku dengan penasaran. Ran dengan polos menganggukan kepalanya. "Umm. Bisa papa kasih tahu, apakah itu pakaian?"
Aku melirik ke arah Rima, Rima hanya menaikkan bahu kanannya karena dia sama sekali tidak mengetahui kenapa Ran menanyakan hal umum seperti itu. Rima kemudian berjalan menuju ke lemari buku, dia mengeluarkan sebuah majalah fashion. Rima mencari sesuatu di dalam majalah tersebut, lalu dia mendekati Ran.
"Ran-chan, ini yang dikenakan oleh anak perempuan seusiamu adalah pakaian. imut bukan?" kata Rima sembari tersenyum menunjukkan kepada Ran tentang sesi model anak-anak dalam majalah tersebut. Ran menganggukkan kepalanya, lalu aku menambahkan "Sesuatu yang aku kenakan padamu itu. Itu disebut sebagai Jaket. Dan jaket termasuk dalam pakaian"
Mata Ran berkilau dengan rasa ingin tahu saat dia mengamati pakaian yang dikenakan oleh model anak-anak dalam majalah fashion yang ditunjuk oleh Rima. Dengan minat yang baru ditemukan, Ran turun dari tempat tidur dengan anggun, ekornya bergoyang-goyang di belakangnya dalam kegembiraan. Ran berjalan ke depan kami dan kemudian dia berbalik dengan senyuman polosnya.
Apakah Ran akan melakukan sesuatu? Jujur, aku sedikit penasaran seperti apakah kemampuan unik yang dimiliki oleh seorang alien berjenis humanoid cat girl itu.
Dengan gerakan cepat, Ran melepaskan jaketnya yang terlalu besar, dan pada saat itu, cahaya putih bersinar membalut tubuhnya. "Papa, bibi, Ran akan membuat pakaian seperti anak perempuan di kertas," ujarnya, menutup matanya dalam konsentrasi.
Kami tidak bisa tidak melihat dengan kagum saat Ran memulai transformasinya yang misterius. Dalam sekejap, cahaya yang etereal mulai membentuk sesuatu, membentuk pakaian yang mencerminkan yang dikenakan oleh model anak perempuan dalam majalah.
Pakaian yang diciptakan oleh Ran tidak kurang dari mempesona. Ini adalah pakaian yang lembut, dihiasi dengan pola-pola rumit dan warna-warna yang cerah yang seolah-olah berkilau di bawah cahaya. Kain itu mengalir dengan anggun di sekitar bingkai rampingnya, menonjolkan kecantikan yang luar biasa.
Ketika Ran membuka matanya, senyum berseri-seri muncul di bibirnya, penuh dengan kebanggaan atas kreasi yang telah dia buat. Dia berdiri di hadapan kami, sebuah pandangan keanggunan dan keajaiban, mengenakan pakaian yang telah dia ciptakan seolah-olah dari udara tipis.
Aku dan Rima saling bertukar pandangan tercengang, memandang dengan takjub pada kemampuan luar biasa anak perempuan di depan kami. Ini adalah bukti dari sifat unik Ran, perpaduan antara kepolosan dan keajaiban yang memikat hati kami dengan cara yang tidak pernah kami bayangkan.
Dunia memang penuh kejutan bukan? Aku dan Rima mungkin manusia yang paling beruntung bisa menyaksikan kemampuan dari seorang alien tersebut.
Ran bergerak dengan anggun, memamerkan pakaian baru yang telah diciptakannya secara misterius sebelumnya. Setiap gerakan tubuhnya terasa begitu lembut dan ringan, seolah-olah dia menari di antara cahaya. Pakaian yang dia kenakan mengalir dengan indah, menonjolkan kecantikan dan keanggunan yang alami. "Bagaimana dengan pakaian Ran? Apakah Ran imut?" tanya Ran dengan penuh kepolosan, sementara dia berdiri di depan kami dengan senyum manis di wajahnya. "Ya, kamu memang cantik," jawabku, sambil tersenyum terpesona oleh kecantikan Ran. Rima juga tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Dia mendekati Ran dan memeluknya dengan lembut sembari memuji keberhasilan Ran. "Kamu sungguh luar biasa, Ran-chan. Kemampuanmu untuk menciptakan pakaian seperti itu sungguh mengagumkan," puji Rima, matanya bersinar penuh kekaguman. Ran tersenyum lebih lebar mendengar pujian dari kami. Dia tampak sangat bahagia karena berhasil membuat kami terkesima dengan kreasi barunya. Tapi tunggu dulu. Jika Ran bisa
Begitu paket dibuka, terungkaplah isi yang membuat Rima tersenyum cerah. Di dalamnya terdapat pakaian yang terlihat begitu imut dan lucu. Rima menggambarkan dengan wajah berseri-seri, "wah, imut sekali!!"Setelah berhasil membuat petugas itu keluar, aku segera menenangkan Ran yang masih terlihat panik. Aku menghampiri Ran, dan jongkok di hadapannya. Aku tersenyum dan mulai mengelus lembut kepala Ran untuk membuat Ran sedikit lebih tenang. "Tenang, Ran. Mereka bukan orang-orang nyata, mereka hanya gambaran yang ditayangkan lewat TV. Mereka tidak bisa keluar atau menyakiti kita," jelasku dengan lembut.Ran menatapku dengan mata penuh kebingungan, tapi setelah beberapa saat, ekspresinya mulai membaik. "Jadi, mereka hanya gambaran? Tapi kenapa mereka bisa berbicara dan bergerak?""Ya benar. TV ini adalah alat yang digunakan untuk menonton program-program yang direkam sebelumnya. Orang-orang yang kamu lihat di dalamnya sebenarnya adalah aktor dan aktris yang berperan dalam cerita tersebut.
Ran terlihat sangat senang dengan pakaian yang dia kenakan. Aku dan Rima hanya tersenyum melihat Ran memutar tubuhnya memamerkan pakaiannya dengan sangat bersemangat. Sementara itu, di tengah musim dingin abadi, terdapat sebuah kawah yang sangat besar. Tidak jauh dari kawah tersebut, terdapat sebuah rumah modern. Di sebuah ruangan hangat, seorang wanita berambut panjang kebiruan sedang serius mengamati sebuah layar tembus pandang. Layar itu sangat mirip dengan kebanyakan film sci-fi luar negeri, dengan kontrol yang rumit dan data yang berjajar rapi di layar.Dengan lincah, wanita itu menggeserkan file demi file. Di antara jutaan file dalam database, terdapat sebuah folder dengan tulisan besar: "R.U.N Project." Wanita itu tersenyum kecil ketika dia memilih sebuah foto dan melihat seorang lelaki Jepang yang bernama Tomoya Uehara dan seorang perempuan bernama Rima Uehara, serta foto seorang perempuan aneh dengan telinga dan ekor kucing. Wanita itu meninggalkan meja kerjanya, langit-langi
Demi menghilangkan sedih Ran, aku mengajaknya ke sebuah toko kue. Berdasarkan rumor yang aku dengar dari Rima, toko kue yang bernama Bakery & Cake Maeda cukup terkenal akhir-akhir ini di Distrik Ueno. Kami berjalan menyusuri jalan yang dipenuhi dengan salju tipis. Udara dingin musim dingin menyegarkan, tetapi kami tetap merasa hangat dengan jaket tebal dan syal yang kami pakai. Ran masih sedikit terisak-isak, tetapi aku mencoba memberinya sedikit keceriaan dengan membicarakan toko kue yang akan kami kunjungi. "Ran. Kita akan pergi ke Bakery & Cake Maeda, tempatnya kabarnya luar biasa! Kita bisa memilih kue-kue lezat untuk melupakan kejadian tadi. Mau kesana?" kataku mencoba mengalihkan perhatiannya. Ran mengangguk kecil, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Meskipun masih terlihat sedih, dia terlihat tertarik dengan ide untuk memilih kue di toko tersebut. Tiba di depan Bakery & Cake Maeda, kami disambut oleh seorang karyawan yang ramah. Dia dengan senyum menunjukkan sebuah pa
Setahun yang lalu, pada pertengahan bulan musim semi, aku mengungkapkan perasaanku kepada seorang kakak kelas. Dia cantik, dengan mata hijau yang memikat, tinggi, berpostur ramping, dan proporsional. Nama gadis itu adalah Yukari Amai. Mungkin jika kau pernah mengunjungi Distrik Shinjuku, pasti kau familiar dengan sebuah toko manis yang selalu jadi tempat wisata bagi mereka yang datang berkunjung. Toko itu bernama Amai, dan Yukari Amai adalah cucu dari pemilik toko manis terkenal itu. Adikku sering mampir ke sana setelah pulang sekolah. Saat itu, aku menyatakan perasaanku tanpa memikirkan risiko penolakan. Sebenarnya, aku sudah memikirkan berbagai situasi ketika mengucapkan kalimat sakral seperti "Aku mencintaimu, maukah menjadi pacarku?" atau "Ayo mulai hidup bersama!" dan sejenisnya. Jika kau bertanya berapa simulasi yang telah kucoba, jawabannya tak terhitung. Mengapa? Sebagai seorang otaku maniak seperti aku, perasaan menyatakan cinta tentu sangat kompleks. Apakah pernah terpiki
Rima tidak bisa memberikan banyak respon karena pakaian yang dia gunakan sangat tidak cocok dikenakan di musim salju. Dengan cepat, dia berlari menuju ke ruang utama, dia duduk di depan sofa dan mengulurkan tangannya ke depan menghadap perapian yang hangat. Sementara Rima menikmati kehangatan di depan perapian, aku menuju ke dapur dan menyiapkan dua cangkir cokelat panas. Setelah itu, aku duduk di sebelah Rima, menyodorkan cangkir kepadanya.Rima tersenyum, mengucapkan terima kasih, "Umm. Terima kasih kak. Maaf merepotkan."Aku hanya tertawa kecil, lalu mengacak rambut Rima sembari berkata, "Memangnya sejak kapan dirimu tidak pernah merepotkanku?"Rima menjulurkan lidahnya dengan imut, lalu dia menikmati secangkir cokelat panas dengan penuh kesenangan. Suasana hangat dari perapian, aroma cokelat yang menggoda, dan kebersamaan kami di dalam apartemen membuatku merasa nyaman.Ya, ini seperti aku sedang berada di rumah sendiri di distrik Shinjuku. Meskipun aku baru beberapa hari berada d
Beberapa hari telah berlalu sejak aku mendatangi Distrik Ueno. Aku pun sudah mengetahui beberapa spot yang tepat untuk bersantai sendirian maupun bersama keluarga. Benar! Seperti apa yang kau pikirkan. Salah satu spot yang terkenal adalah Taman Ueno. Taman Ueno memiliki keunikan sendiri, hal itu tidak terbantahkan ketika kau mengunjunginya di musim dingin seperti ini. Pohon-pohon pohon yang sudah tidak berbunga terlihat berkilauan karena salju yang menempel pada ranting-ranting pohon. Di tengah-tengah taman, sebuah kolam kecil terletak dengan airnya yang membeku membentuk lapisan tipis es. Burung-burung kecil terdengar bermain-main di atas permukaan air yang membeku, menciptakan jejak-jejak tipis di atasnya. Beberapa patung terpampang megah di sekitar kolam, memberikan nuansa sejarah yang kuat pada tempat tersebut. Aku mungkin termasuk salah satu wisatawan yang datang dari Shibuya, tapi aku menyarankanmu untuk datang di musim semi. Pohon-pohon sakura akan berbunga dengan indahnya, ti
Dalam perjalanan menuju ke apartemen, aku melihat sebuah pemandangan yang cukup langka yang terjadi di tengah musim dingin seperti ini. Aku melihat cahaya yang melintas dengan sangat cepat di langit dan arah cahaya tersebut menuju ke hutan yang berada tidak jauh dari apartemen. "Cobalah telusuri cahaya itu. Sebelum orang lain menemukannya" Aku mendengar suara seseorang wanita yang lembut dari dalam kepalaku. Suara wanita itu terdengar sangat akrab ditelingaku, seolah-olah aku sudah mengenalinya sejak lama sekali. Aku menggelengkan kepalaku, dan kemudian memutuskan untuk mengabaikan perintah yang tidak aku ketahui kebenarannya. Sesampainya dirumah, aku melihat Rima sedang berdiri di depan apartemen memandang langit. Aku menghampiri Rima dan menanyakan apa yang sedang dilakukannya disana. "Rima, kamu kenapa berdiri di depan apartemen dengan pakaian tipis seperti itu?" "Ah, kak! Aku tadi mendengar suara aneh yang di dalam kepalaku!" "Suara? Apakah suara itu dari seorang wanita?" Ri