Share

Bab 4 - The Little Girl Born From Space Capsule: Part Four / End .

Dalam perjalanan menuju ke apartemen, aku melihat sebuah pemandangan yang cukup langka yang terjadi di tengah musim dingin seperti ini. Aku melihat cahaya yang melintas dengan sangat cepat di langit dan arah cahaya tersebut menuju ke hutan yang berada tidak jauh dari apartemen.

"Cobalah telusuri cahaya itu. Sebelum orang lain menemukannya"

Aku mendengar suara seseorang wanita yang lembut dari dalam kepalaku. Suara wanita itu terdengar sangat akrab ditelingaku, seolah-olah aku sudah mengenalinya sejak lama sekali. Aku menggelengkan kepalaku, dan kemudian memutuskan untuk mengabaikan perintah yang tidak aku ketahui kebenarannya.

Sesampainya dirumah, aku melihat Rima sedang berdiri di depan apartemen memandang langit. Aku menghampiri Rima dan menanyakan apa yang sedang dilakukannya disana.

"Rima, kamu kenapa berdiri di depan apartemen dengan pakaian tipis seperti itu?"

"Ah, kak! Aku tadi mendengar suara aneh yang di dalam kepalaku!"

"Suara? Apakah suara itu dari seorang wanita?"

Rima menganggukan kepalanya, kenapa Rima mendengar suara wanita asing tersebut sama seperti denganku? Apakah ini hanya sebuah kebetulan saja?

"Kak, apakah kita harus mengikuti perintah itu?" tanya Rima memastikan keputusanku. Aku merasa penasaran kenapa suara tersebut dapat didengar oleh kami berdua, tapi aku masih merasa ragu apakah aku memang harus mengikuti arahan wanita tersebut.

"Cobalah telusuri cahaya itu. Sebelum orang lain menemukannya,"

"Lindungi anak perempuan itu dari mereka!"

Kali ini perintah dari wanita asing tersebut bertambah, aku melirik ke Rima untuk memastikan apakah dia juga mendengarkan suara wanita itu lagi. Rima dengan cepat menganggukkan kepalanya, dia benar-benar bisa mendengarkan suara wanita tersebut untuk kedua kalinya.

Aku menghela napas, kemudian memberikan barang belanjaanku kepada Rima, "Rima, kembali ke dalam apartemen. Aku sendiri saja mengeceknya." "Eh? Tapi, aku juga penasaran dengan perintah terakhir oleh wanita itu loh!" balas Rima dengan kecewa.

Aku tidak bisa membiarkan Rima pergi keluar ditengah salju yang mulai turun semakin deras. Aku bersikeras untuk menolak Rima untuk ikut denganku.

"Tapi kak!"

Aku mengendarai sepedaku dengan cepat tanpa memperdulikan Rima. Dengan sedikit menambah kecepatan, aku menuju ke hutan dimana cahaya tersebut menghilang. Aku meluncur dengan sepeda melalui jalanan hutan yang dipenuhi salju. Setiap putaran roda sepeda melalui lapisan salju yang terasa licin, membuat perjalanan menjadi tantangan. Jalanan tertutupi oleh salju, dan langkahku harus hati-hati agar tidak tergelincir.

Saat aku memasuki hutan, pepohonan menjulang tinggi di sekelilingku, memberikan sedikit perlindungan dari salju yang semakin deras. Namun, jalan semakin berat untuk ditempuh karena sepeda terus tergelincir di atas salju yang menipis di bawah roda.

Ketika aku melanjutkan perjalanan, aku mulai melihat kepulan asap tipis dari kejauhan. Itu menunjukkan ada sesuatu yang berbeda di depan sana. Namun, semakin mendekat, aku menyadari bahwa aku tidak bisa lagi mengandalkan sepeda.

Akar-akar besar dari pohon-pohon tua menghalangi jalanan, membuat perjalanan dengan sepeda tidak mungkin dilanjutkan. Dengan hati-hati, aku memarkir sepeda dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan sumber asap itu. Di tengah hutan yang sunyi, terdapat sebuah kapsul ruang angkasa yang terdampar, tertancap dalam lapisan salju yang tebal. Kapsul itu terlihat usang, dengan sebagian besar permukaannya tergores dan terlepas, seperti bertahan dari sebuah benturan yang keras.

Aku mendekati kapsul dengan hati-hati, mencermati setiap detailnya. Di pintu kapsul terdapat kode "R.U.N", yang terlihat seperti penanda identitas kapsul tersebut. Permukaannya terlihat terbuat dari material logam yang kuat, namun tergores dan berkarat karena terpapar cuaca yang ekstrim.

"U.F,O? Serius?" gumamku sembari berjalan mendekati kapsul tersebut. Aku mencoba memegang kapsul tersebut, aku masih merasakan sedikit panas karena terbakar oleh atmosfer bumi. Dengan kondisi tersebut, aku merasa yakin kalau cahaya itu berasal dari kapsul ruang angkasa yang ada di depanku ini,

Tiba-tiba kapsul tersebut mengeluarkan uap panas dan kemudian cahaya berwarna kuning menutup seluruh kapsul tersebut. Akibat uap panas itu aku dengan cepat menjauh dari sana dan melihat kapsul tersebut mengeluarkan cahaya yang cukup menyilaukan.

"Pemilik baru sudah terkonfirmasi, Menyesuaikan pemilik baru"

"Sistem berhasil diperbaharui. Instalasi program dimulai"

Aku mendengar suara asing lagi, kali ini bukan dari suara seorang wanita namun suara pria yang dapat ku simpulkan dari Artificial Intelegence atau biasa dikenal oleh sebagai Program AI. Aku tidak menyangka kalau kapsul ruang angkasa itu telah terintegrasikan dengan sistem AI yang canggih. Ya, itu benar-benar kapsul dari ruang angkasa yang belum pernah ku temui sebelumnya.

Kapsul yang terbungkus oleh cahaya tersebut kini mengambang, cahayanya mulai sedikit memudar, uap panas yang dihasilkan juga mulai berkurang.

"Instalasi program sudah selesai. Memasuki tahap akhir intalasi subjek"

Kapsul yang masih dibungkus oleh cahaya itu mulai mengambang ke udara, melayang dengan lembut di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Perlahan-lahan, cahaya yang menyelimuti kapsul mulai memudar, mengungkapkan bentuk tubuh yang terbungkus rapat di dalamnya.

Saat cahaya semakin memudar, terlihatlah tubuh seorang anak perempuan tanpa busana mengambang di udara. Dia sedang tertidur, namun pose tidurnya mirip dengan posisi dalam kandungan, menyiratkan kedamaian dan ketenangan. Rambutnya panjang dan memiliki warna yang sama dengan rambutku, membingkai wajahnya yang tampak damai dalam tidurnya.

"Instalasi tahap akhir sudah selesai. R.U.N dengan nomor serial NULL telah berhasil dibuat"

Tidak lama setelah AI mengakhiri proses akhir, cahaya tersebut sepenuhnya menghilang, aku dengan cepat berlari menangkap tubuh anak perempuan itu yang jatuh dengan tiba-tiba. Aku merasakan hangat pada tubuh anak perempuan itu, dia benar-benar terlahir dari dalam kapsul ruang angkasa. Dalam kebingunganku, aku melihat sepasang telinga mirip dengan kucing tumbuh di atas kepala anak tersebut. Tidak hanya itu saja, sebuah ekor yang lembut juga tumbuh di belakang pantat anak itu.

Anak perempuan itu masih tertidur dalam pelukanku, aku menutupi tubuh anak perempuan tersebut dengan jaket yang ku kenakan. Aku mencari suatu tempat untuk membaringkan anak tersebut, namun aku tidak menemukan apapun disana.

"Apa boleh buat, aku harus meninggalkan sepeda ku dan pulang ke rumah dengan bus" pikir ku sembari membawa anak perempuan itu ke luar dari dalam hutan. Sesampai di rumah, aku dengan lembut meletakkan anak perempuan itu di kasur Rima. Rima, yang juga penuh kebingungan dan kekhawatiran, duduk di sebelah kasur, matanya tidak pernah lepas dari anak perempuan itu. Sosok misterius ini begitu menakjubkan dan membingungkan pada saat yang bersamaan.

Tidak lama kemudian, anak perempuan itu membuka matanya untuk pertama kalinya sejak terlahir dari kapsul ruang angkasa. Matanya awalnya tampak kosong, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang nyata. Namun, ketika matanya menyapu ke arahku, ada kilatan cahaya yang muncul, seperti ada hubungan yang aneh terjalin di antara kami.

"Apa-apaan ini?" gumamku, tetapi sebelum aku bisa lebih banyak bertanya, anak perempuan itu melompat ke arahku dengan antusias, memanggilku 'Papa' dengan suara riang.

"Papa! Papa! Papa!" serunya sambil memelukku erat. Aku merasa terkejut dan bingung, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Rima, di sampingku, juga terlihat kaget, matanya mencari jawaban dari ekspresiku.

Anak perempuan itu mengusapkan kepalanya di dadaku, gerakan yang membuat telinga kucingnya bergerak dengan imutnya. Bahkan ekornya ikut bergoyang-goyang, menunjukkan kegembiraannya yang tak terbendung. 

Ya, kau benar. Sikap anak itu sangat mirip dengan kucing pada umumnya. Bedanya anak perempuan itu adalah alien yang memiliki telinga dan ekor kucing yang entah dari semesta mana dia berasal. Berdasarkan dari kapsul ruang angkasa yang sudah usang, aku memastikan anak ini sudah berkelana jauh lebih lama dari yang aku kira.

Rima masih memandangiku dengan sikap tanda tanya besar.

Apa yang bisa ku lakukan dengan kondisi yang membingungkan ini? Aku pun melepaskan pelukan dari anak perempuan itu, dan mendudukkan kembali dengan benar di kasur. 

"Anu... kenapa kamu memanggilku 'papa' ?" tanyaku dengan sangat penasaran. Rima juga menganggukan kepalanya karena dia juga memiliki pertanyaan yang sama persis denganku.

Anak perempuan itu memiringkan kepalanya, wajahnya terlihat sangat polos dan tentunya itu membuat perasaan kami semakin tidak terkendali!

Lalu dia dengan senyuman riang dia menunjuk ke arah Rima "Kakak berambut panjang berwarna sama denganku, bibi!" Seketika wajah Rima terlihat pucat, dia hanya tersenyum kecut melihat kepolosan anak perempuan itu. Kemudian dia menunjuk ke arahku, dia berkata "Yang Ini Papa! karena Papa adalah Papaku. Menurut Ran seperti itu!"

Begitulah pertemuan pertamaku dengan anak perempuan alien yang menyebutkan dirinya sebagai Ran. Siapa sebenarnya Ran? Kenapa dia bisa terlahir dari dalam kapsul ruang angkasa? siapa wanita yang membimbingku lewat suara dalam kepalaku? Begitu banyak pertanyaan dalam benakku, namun untuk saat ini, aku membiarkan waktu sendiri menjawabnya.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status