Share

Bab 2

“Aya! Hey! Kamu Cahaya, kan?”

Aku menengadahkan wajahku mencari asal suara yang memangil namaku barusan. Lalu dengan napas sedikit ngos-ngosan kuraih lengan Mas Adam yang kini tepat berada di sampingku.

“K-kalian?” Masih suara yang tadi. Sementara aku mengeryitkan keningku menebak-nebak siapa pria yang tau namaku ini.

“Kamu Aya, kan? Kalian datang bersama?” Pria yang kuduga adalah pemilik coffeshop itu bertanya sambil menatap ke arah tanganku yang masih menggandeng lengan Mas Adam.

“Iya dia Cahaya, istriku. Kamu kenal?” jawab Mas Adam sambil melepas tanganku dari lengannya dengan perlahan.

“Istri? Kamu nikah sama Aya, Dam? Wah aku nggak nyangka.” Pria itu menatapku tajam.

Sementara aku masih memutar otakku mengingat-ingat siapa pria di hadapanku ini.

“Gimana kabarmu, Cahaya? Aku Ivan. Kamu nggak ngenalin aku?”

Ivan? Aku masih berpikir di mana mengenal pria ini.

“Ivan? Kenal di mana, ya? Apa kita teman SMA?” tanyaku penasaran.

“Apa sih yang kamu ingat, Ay? Syukur-syukur masih ingat sama suami sendiri. Otakmu susah sih ya diajak berpikir.”

Degg! Kurasa saat ini wajahku memerah. Malu sekali rasanya dihina suami sendiri di hadapan orang lain seperti ini. Aku pun menunduk, tak berani lagi menatap wajah pria yang masih kucari dalam ingatanku itu.

“Ah, wajar kalau kamu nggak ingat aku, Cahaya. Siapa sih yang kenal dengan mahasiswa biasa sepertiku, sedangkan kamu waktu itu aktivis kampus yang begitu populer,” ucap pria di hadapanku, seolah tengah membelaku.

Aku kembali menengadahkan wajah, kalimatnya barusan berhasil mengembalikan sedikit kepercayaan diriku.

“Oh, teman di kampus dulu? Maaf aku benar-benar lupa.”

Pria itu mengangguk sambil tersenyum.

“Halah kamu masih ingat aja, Bro! Padahal Cahaya kan cuma setahun jadi mahasiswi dan nggak sampai lulus jadi sarjana.”

Kalimat Mas Adam kembali mematahkan rasa percaya diriku.

“Ya udah, silahkan masuk Adam, Aya. Nanti kita ngobrol lagi di dalam, aku nyambut tamu yang lain dulu ya,” ucap pria bernama Ivan itu.

Mas Adam pun mengangguk dan melangkah memasuki coffeshop, tentu saja tanpa mengajakku apalagi menggandeng tanganku. Jangan berharap, Aya! Aku hanya berusaha tetap mengimbangi langkahku di sampingnya hingga kami menemukan tempat yang pas untuk duduk.   

Suasana kafe ini benar-benar cozy dan membuat betah. Terlebih para undangan disuguhi penampilan band lokal yang membawakan lagu-lagu akustik. Membuatku sesekali mengikuti lagu-lagunya dengan suara yang hanya bisa terdengar olehku. Ya, aku takkan mungkin bersenandung hingga kedengaran Mas Adam yang duduk di hadapanku, jika tak ingin ia kembali melontarkan kalimat pedasnya padaku.

“Enjoy ya, Dam! Silahkan dinikmati suguhannya. Santai aja ya, ini hanya acara kecil-kecilan kok.” Ivan kembali menghampiri meja kami. Ia menyapa Mas Adam, tapi matanya justru menatap ke arahku.

“Yoi, Bro! Tenang aja, kami menikmati kok,” jawab Mas Adam yang sedari tadi hanya tersenyum-senyum sendiri sambil menatap layar ponselnya.

“Oiya, di sebelah sana ada taman kecil, Ay. Siapa tau kamu mau lihat-lihat ke sana.” Ivan masih menatap mataku.

“Tuh, sana liatin tamannya. Sesuai tuh dengan hobi norak kamu berkebun.”

Huhh! Lagi-lagi kalimat sarkas. Aku memejamkan mata sesaat, terkadang serasa ingin berteriak jika Mas Adam sudah semakin menjadi seperti ini. Namun aku memilih menghela napas. Ivan sendiri sudah kembali berpamitan dan kemudian berkeliling lagi menyapa tamunya.

🌸Bersambung🌸

Komen (5)
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
Watak pembantu menghangatkan emosi peran utama cowok dan cewek
goodnovel comment avatar
Potato Peach
pasti suaminya punya cewek lain
goodnovel comment avatar
alika kosodo
suaminya halal di jdiin tumbal proyek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status