Share

DUNIAKU YANG HILANG
DUNIAKU YANG HILANG
Penulis: Anjani Putri

Part-1 Pertemuan

Namanya Savanna Halinna Putri, model profesional yang yang awal karirnya dimulai dari kontes Elite Model Look Indonesia. Singgah di hampir semua kota dunia, New York City, Lost Angeles dan pusat mode dunia seperti Perancis, London, Milan. Senyum dan paras cantiknya menghiasi baner, sampul dan televisi diseluruh dunia. Status single, meski bangsawan Inggris Edward Ferguson bertekuk lutut padanya. Diantara gemuruh tepuk tangan dan musik di runway Savanna merasa sepi dan kosong. Sisi hatinya merindukan seseorang seperti bayang-bayang yang tak pernah tersentuh sampai suatu hari.....

"Aku tak akan menerima bayaran dari acara itu, kamu jangan memanfaatkan namaku Alin..." Savanna mendengkus kesal.

"Kehadiranmu akan mengundang para wartawan untuk meliput acara itu..." bujuk Alin.

" Ini bukan peragaan busana Alin, tolong mengertilah..."

"Aku tahu, apapun acaranya kamu tetap bintangnya. Menyantuni anak yatim itu penting, bukankah kau juga sering melakukannya....?" Alin tersenyum merajuk, penuh bujukan. Manager yang pantang ditolak idenya.

"Ya, tapi tak perlu diliput media. Tidak semua hal harus komersil Alin."

Savana berdebat dengan Alin managernya, menolak acara buka bersama dengan seribu anak yatim dengan pejabat ibu kota. Ia model profesional, tak pantas rasanya memanfaatkan kepopulerannya ditengah para anak yatim, apalagi dibulan Ramadhan. Savanna menolak managernya terlibat dengan acara itu, kecuali tanpa bayaran!

"Ibu Rasti menaikkan bayaran dua kali lipat karena penolakanmu..." Alin senyum penuh misteri, hanya dirinya yang tahu apa yang tersembunyi dibalik senyum itu.

"Siapa ibu Rasti...?" Savanna mengerutkan keningnya.

"Istri pejabat, acara amal ini dia pengelolanya."

"Alin, please..." Savanna kehilangan akal menghadapi managernya, Alin tak mudah dibantah.

"Abaikan dulu perasaanmu, aku tidak mungkin melibatkanmu dalam acara yang salah" tegas Alin.

"Kamu tidak bisa menerima penolakan Alin?" Savanna menghembuskan nafas kasar, kesal!

"Sudah, serahkan acara ini kepada kami seperti biasanya. Bagaimana, deal..?" Alin menjabat Savanna dengan senyum misterius, seorang manager tahu apa yang harus dilakukan dibanding modelnya.

"Deal tanpa bayaran, ini acara amal bukan..?" Savanna menerima uluran tangan dengan kesepakatan.

"Bagaimana lima kru yang bersama kita, tidakkah butuh bayaran...?" tanya Alin.

"Kau hubungi Monika, nanti aku yang tandatangan kwitansinya untuk pembayaran lima kru tersebut..." Monika adalah bagian keuangan managemen-nya.

"Bagamana jika bayarannya tetap kita terima, nanti kita sumbangkan ke yayasan yatim yang diùndang setelah dikurangi biaya operasional" usul Alin.

"Dasar otak bisnis, kau tahu cara mengendalikan orang...." Savanna menyerah, meninggalkan Alin dengan tergesa.

Alin hanya nyengir kuda, ia bukan manager kemaren sore, sepak terjangnya telah melahirkan sederet model dan artis profesional tentu saja ia tak begitu saja menyerah menghadapi Savanna sekalipun telah menjadi model profesional!

*****

Ketika Savanna dan krunya datang acara segera dimulai, semua yang datang memakai baju putih, anak-anak yatim tampak rapi duduk ditengah dengan ketua yayasan masing-masing. Alin dan Savanna diberi tempat duduk disamping ibu Rasti istri pejabat ibu kota, ibu setengah baya itu tampak anggun dengan busana putih yang dikenakannya. Busana rancangan desainer muslim Kanaya, seperti busana yang dikenakan Alin dan dirinya saat ini. Tentu saja, karena saat ini Savanna adalah brand ambassador desainer Kanaya Colection. Gadis muda briliant dengan prestasi mengagumkan.

Setelah membacakan rundown acara MC memperkenalkan nama Qori dan grup nasyid diatas panggung. Muhammad Thoriq Al-Farisi. Qori pemenang MTQ tahun lalu jebolan Universitas tertua didunia, Al-Azhar Kairo.

Hadirin hening, suara Qori membiusnya. Tartilnya begitu penuh dinamika, kadang lantang, lembut mendayu. Sepasang bola matanya kadang terpejam, menghayati surah yang dibacanya. Surah Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Dada Savanna bergetar, sebutir bening menetes ke pipinya. Entah sudah berapa lama ia tak mendengar lantunan Al-Quran seperti ini. Iramanya tergantikan oleh hingar bingar musik dirunway mengiringi peragaan busananya.

Muhammad Thoriq Al-Farisi, suara beningnya membawa kedamaian buat siapapun yang mendengarnya. Dia melantunkan surah tanpa membaca, menunjukkan dia seorang penghapal Al-Quran. Wajahnya bersih dengan cambang rapi dikedua pipinya. Wajahnya perpaduan Indonesia-Arab dengan postur kekar proporsional, ia lebih pantas menjadi model dibanding seorang Qori. Profesi yang tidak populer untuk anak muda masa kini.

Usai membaca Al-Quran pemuda itu melanjutkan lantunan Lau Kana Bainana Al Habib, jika Nabi Muhammad tercinta bersama kita. Saat menyebutkan kata "Ya Habib" suaranya begitu mesra, senyumnya begitu manis. Seseorang yang sangat merindukan Rosulullah. Dada Savanna berdesir, selama ini belum pernah hatinya tersentuh seperti yang dirasakannya saat ini.

"Sav, tundukkan pandanganmu..." bisik Alin disampingnya, sedikit geram karena sepasang mata modelnya tak berkedip menatap Qori diatas panggung.

"Dia juga melihatku Alin...." Savanna membela diri, tatapan itu membiusnya dan membuatnya kecanduan. Seoerti menikmati coklat hangat Belgia, lagi dan lagi.

"Dia melihat semua orang yang hadir, saat ini dialah bintangnya......" Alin gemas dengan jawaban modelnya.

"Alin....aku belum pernah melihat orang seperti dia..." Savanna tak mampu menutupi kekaguman-nya. Cara dia bersalaman dengan orang tua dan kiai sepuh membuatnya terharu, ia mencium tangannya dengan takjim. Terlihat jika pemuda itu sangat menghormati orang tua, hati Savanna langsung meleleh.

"Sav, banyak peragawan yang lebih tampan dari dia di dunia model...." lanjut Alin sedikit kesal, melihat pandangan modelnya tak beralih dari sosok pemuda itu.

"Tentu, tapi tak ada yang seperti dia..." Subhanallah, Kau ciptakan mahluk seindah dia dan suara tartilnya..." Savanna bergumam, mengagumi Qori diatas panggung.

"Pemuda pembuka pintu surga...." ibu Rasti tersenyum kecil menatapnya, ia juga seperti Alin melihat model yang duduk disebelahnya tak berkedip menatap Qori diatas panggung.

Pipi Savanna merona, tatapannya tertangkap oleh ibu Rasti. Seperti Alin, pastinya bu Rasti juga melihat dirinya sering mencuri pandang pada Qori diatas panggung itu.

"Siapapun calon istrinya pastinya wanita yang sangat beruntung didunia..." puji bu Rasti

"Siapa calon istrinya ibu...?" Savanna bertanya tanpa sadar, reflek menutup mulutnya. Alarm di kepalanya terlambat memberikan kontrol, bu Rasti hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaannya.

"Banyak orang tua yang meminangnya menjadi menantu..." lanjut bu Rasti.

"Pemuda yang sangat beruntung..." Savanna menarik nafas berat, apakah ibu mengenalnya?"

"Tentu saja, ibu sering bersana dia dalam setiap acara amal. Apakah kau tertarik padanya? Ibu bisa memperkenalkanmu padanya jika mau...."

"Siapa yang tidak tertarik masuk surga ibu.." jawab Savana simbolis.

Selama menjadi model banyak lelaki mendekatinya, dari peragawan, pengusaha, terakhir Sir Edward bangsawan dari Inggris tapi belum ada yang mampu menggetarkan hatinya seperti saat ini. Savanna menginginkan laki-laki sholeh, seseorang yang bisa membimbing dirinya kearah yang lebih baik, agar kehidupan rumah tangganya kelak tak seperti kedua orang tuanya.

"Saya pengagum anda, busana dari batik tulis, casual, houte couture dan baju muslim banyak dijadikan refrensi oleh teman-teman sosialita saya..." lanjut bu Rasti.

"Terima kasih ibu, itu baju muslim pertama yang saya peragakan. Sampai hari ini saya masih merasa belum pantas menjadi peraga baju suci itu...." Savanna merendah.

"Lihat baju yang saya kenakan, sekuel dari yang diperagakan mbak Savanna minggu lalu...." bu Rasti membanggakan busananya.

"Terima kasih ibu, tentunya Kanaya Colection sangat terhormat ibu menjadi konsumennya."

"Alhamdulillah, Kanaya Colection kebanjiran order sejak bajunya diperagakan oleh mbak anda."

"Terima kasih ibu..." ibu Rasti adalah istri pejabat yang sangat ramah, Savanna sangat beruntung mengenalnya. Ia menyesal tadinya menolak acara ini, untung Alin membujuknya. Alin adalah manager terbaik saat ini, meski kadang berdebat tapi Alin adalah sosok yang profesional dibidangnya.

Acara masih berlangsung, Mohammad Thoriq masih berdiri dipanggung berdampingan dengan bapak pejabat dan dua kiai sepuh. Acara pembagian bingkisan kepada ketua yayasan panti asuhan dan seratus anak yatim berprestasi.

"Temani saya bagi bingkisan ya..." ajak bu Rasti.

"Baik bu."

Savanna berjalan mengikuti bu Rasti, dipanggung ia berdiri bersebelahan dengan Muhammad Thoriq. Sekilas mereka bertatapan, pemuda itu tersenyum padanya dan Savanna membalasnya. Hawa panas menjalari tubuhnya, grogi. Seperti pertama kali naik panggung. Tengkuknya merinding mendapatkan tatapan dari pemuda itu, seperti gadis ABG yang pertama kali jatuh cinta.

Wartawan berdesakan ingin meliput paling depan. Acara amal dan anak yatim tenggelam oleh kehadiran Savanna Halinna Putri, model profesional yang lagi naik daun. Wajah Bu Rasti dan Muhammad Thoriq ikut tersorot kamera, menghiasai layar teve dan medsod. Acara pembagian bingkisan kepada anak yatim selesai seiring adzan maghrib berkumandang, mereka dibagi takjil untuk berbuka puasa.

"Matamu selalu lapar ingin melihat Qori itu, kendalikan dirimu" kritik Alin dengan suara pedas!

"Alin....please.." Savanna tak rela menerima kritikan seperti itu.

"Kamu model terkenal dan paling mahal saat ini, jangankan Qori seperti dia Mr. Edward yang bangsawan Inggris pun bertekuk lutut padamu" lanjut Alin.

"Dia berbeda Alin, kamu tak akan mengerti..." Savanna terus membela diri.

"Dia seorang Qori, ingat itu..." nasehat Alin.

"Apa maksudmu dengan kata-kata itu...?" Savanna mengerutkan keningnya karena sudah lebih dari satu kali Alin mengulang kata itu.

"Profesinya berbeda denganmu, bagai bumi dan langit" tegas Alin.

"Alin, kamu mengurusi pekerjaanku. Bukan privasiku...." protes Savanna.

"Kehidupannya berbeda denganmu, kamu akan mengalami banyak kendala jika nekat bersamanya..." lanjut Alin tanpa perduli peringatan Savanna.

"Prediksimu terlalu jauh Alin, belum tentu dia suka padaku. Dia pemuda sholeh, permata dunia. Apalah aku ini..." Savanna merendah, hatinya menciut melihat penampilan pemuda penghapal Al-Quran itu.

"Kamu idola dear, pesonamu sulit ditolak kaum adam..."

"Mungkin buat orang lain tapi tidak untuk pemuda itu. Alin, jika aku mendapatkannya aku tak akan.pernah melepasnya" tekad Savanna.

"Aku sangat menghawatirkan perkembangan mentalmu dear.." 'dear' adalah sebutan Alin untuk Savanna dalam situasi khusus.

"Kau seperti mama, selalu menghawatirkanku. Terima kasih managerku tapi aku bisa menjaga diriku sendiri..." Savanna tersenyum mencibir.

"Kau tahu mama-mu, kau adalah nyawanya dan dia telah menitipkanmu padaku..." Alin tersenyum menang.

"Termasuk lelaki mana yang pantas bersamaku...?" sepasang mata Savanna membulat sempurna, menatap Alin menyelidik.

"Tepat" Alin menjentikkan jempolnya dengan jari telunjuk sambil tersenyum misterius.

"Kukira kamu mulai gila Alin..."

"Kalau tidak gila pasti aku sudah berhenti jadi managermu, kau susah diatur..." Alin nyengir kuda.

"Alin separah itukah penilaianmu tentangku..?" protes Savanna.

"Seminggu yang lalu, betapa kerasnya kau menolak acara ini...?" Alin menatap mencibir, menyindir modelnya yang seakan tak mau beranjak dari tempat acara.

"Maafkan aku Alin, kamu memang bliliant. Top Score" Savanna mengacungkan jempolnya, memuji managernya yang briliant.

"Karena membuatmu bertemu dengan Qori itu...?" cibir Alin.

"Alin, kenapa kamu selalu menyebutnya dengan Qori itu..." tak urung pipi Savanna merona, hatinya berbunga. Ruang kosong dihatinya seperti menemukan isinya.

"Qori itu...terlalu sederhana untukmu...."

"Orang kaya sudah banyak Alin, aku butuh orang sederhana untuk memperbaiki diriku..." Savanna tak mau kalah.

"Terserah kaulah..." Alin kesal, menghentakkan kaki lalu meninggalkan modelnya yang keras kepala!

Ketika acara usai bu Rasti menepati janjinya, beliau membawa Qori itu berkenalan dengannya. Pemuda itu tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai salam perkenalan, tentu saja lelaki seperti dia tak akan menjabat tangan seorang wanita yang bukan muhrim-nya!

*****

Anjani Putri

Assalamualaikum, Dear Reader mohon memberikan vote sebagai partisipasi. Terima kasih atensinya.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status