Share

Bab 3. Terpaksa

"Baik, saya setuju, Tuan." Walaupun terasa berat Alissa harus mengambil keputusan. Uang 50 juta tidaklah mudah untuk didapatkan dalam kurun waktu 1 hari, apalagi ditambah 10 juta. Sungguh Alissa memikirkan saja tidak sanggup. Tak mungkin ada teman ataupun kerabat yang bisa dimintai pinjaman dalam kurun waktu singkat dengan jumlah yang banyak.

"Hmm." Nicholas menarik laci lalu mengeluarkan cek dari dalamnya. Setelah menulis angka sepuluh juta dan menandatangani, ia menggerakkan tangannya agar Alissa mendekat.

"Terima kasih Tuan, boleh saya pamit pergi sebentar?"

Nicholas menatap tajam mata Alissa membuat hati Alissa mendadak tidak nyaman. Hanya melihat tatapannya saja Alissa merasa takut. Ternyata Nicholas tidak seperti yang ia bayangkan dulu.

"Jangan kau kira aku menganggapmu spesial sehingga harus menuruti setiap permintaanmu!"

"Kali ini saja Tuan, saya mohon!" Alissa menangkupkan kedua tangan di depan dada, wajahnya pucat dan ekspresinya terlihat sendu. Wanita itu menunduk.

"Ini sangat genting, saya janji tidak akan lagi mengulangi permintaan seperti ini di jam kerja." Kalau sampai Alissa tidak mengirimkan uang tepat waktu, maka habislah dirinya di tangan Virgo. Pria itu tidak akan segan-segan menyiksa Alissa jika tidak mengirimkan uang secepatnya.

Nicholas terdiam, memandang Alissa tanpa ekspresi. Beberapa saat kemudian ia pun mengangguk membuat senyum Alissa samar-samar terlihat.

"Terima kasih Tuan, terima kasih." Alissa begitu senang. Ia pamit lalu hendak keluar.

"Tunggu dulu!" Langkah Alissa kembali terhenti.

"Tolong pasang ini!"

Alissa mengangguk walau sempat bergeming dan berpikiran macam-macam.

"Ah, iya." Segera Alissa menyambar dasi yang disodorkan oleh Nicholas. sebenarnya Alissa tahu Nicholas memang ingin mengerjai dirinya sebab yang ia lihat tadi dasi pria itu sudah terpasang dengan rapi. Entah apa maksud dari sikap Nicholas, ia tidak paham. Namun, apalah daya Alissa tidak bisa menolak karena ia memang membutuhkan bantuannya.

"Maaf." Alissa meraih kerah baju Nicholas dan mengalungkan dasi di leher pria jangkung itu.

"Kau ingin mencekikku?" Oleh karena Alissa menjaga jarak, leher Nicholas sampai tertarik oleh dasi.

"Ma–af."

"Lebih dekatlah!"

"Hufft!" Alissa menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya mengikis jarak. Posisi mereka yang hampir tak berjarak membuat Alissa menahan nafas sebab aroma maskulin dari tubuh Nicholas menguar dan mengusik indera penciuman. Ia melirik wajah pria di depannya. Alis yang tebal, hidung mancung, dan manik yang hitam seakan menambah ketampanan pria itu. Tatapannya yang dingin seolah menambah kharismatik tersendiri. Andai saja tidak ada kejadian semalam dan Nicholas bisa bersikap sopan padanya, di mata Alissa ia terlihat begitu sempurna.

Di saat yang sama Nicholas juga melirik Alissa, tatapan mata mereka bertemu membuat keduanya berada dalam suasana canggung. Apalagi debaran dada mereka sangat kuat kala otak mereka langsung tertuju pada kejadian semalam. Kejadian yang tidak akan bisa mereka lupakan seumur hidup.

Nicholas menatap lekat wajah Alissa saat tangan wanita itu bergerak lincah di lehernya. Alissa memalingkan muka karena tidak tahan melihat tatapan Nicholas. Nicholas sendiri hanya tercenung dalam kekaguman.

"Sudah Tuan, kalau begitu saya permisi dulu."

Nicholas terkejut lalu mengibaskan tangan pertanda menyuruh Alissa segera pergi. Alissa mengangguk dan lekas melangkah keluar.

"Lis! Mana uangnya? Lelet banget sih!" Bentakan Virgo dari balik telepon membuat telinga Alissa langsung berdengung sakit.

"Sabar Mas, aku baru dapat pinjaman dan harus dicairkan dulu dari Bank." Alissa melangkah cepat menuju parkiran kantor lalu dengan cepat mendorong motor matic keluar dari barisan kendaraan lainnya.

"Alah alasan! Cepatlah kalau sampai 1 jam masih kosong ini rekening, tahu sendiri akibatnya!"

"Aku aku usahakan Mas, tapi Mas kenapa lagi sih? Senang banget berurusan dengan polisi."

"Bukan urusanmu! Urusanmu hanya mengirimkan uang saja!" Tanpa mau mendengar protes Alissa, Virgo langsung mematikan sambungan telepon. Alissa langsung bergegas menuju bank terdekat dan mentransfer uang yang diminta oleh Virgo.

[Terima kasih Sayang.]

Chat yang dikirimkan oleh Virgo Alissa abaikan. Sudah biasa Virgo memanggilnya sayang apabila keinginannya sudah terpenuhi. Tak seperti dulu dimana pria itu selalu memanggilnya sayang setiap waktu. Alissa kembali ke kantor dan langsung menuju ruangan Nicholas. Sampai di ruangan ia melihat atasannya sibuk dengan pekerjaannya dan Aska selaku asisten memberikan penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh Alissa.

Tidak seperti pemikiran buruk Alissa, ternyata Nicholas sama sekali tidak menganggunya dengan tugas-tugas tidak penting di luar urusan pekerjaan. Hanya saja tugas Alissa hari ini sangat banyak, oleh karenanya dia menjadi sibuk.

"Selesaikan sebelum pulang, aku menggajimu besar, jadi jangan berpikir untuk bersantai!" Alissa menelan ludah mendengar perkataan Nicholas padahal sudah saatnya jam pulang karyawan, bahkan Aska saja sudah keluar dari ruangan dari tadi.

Jantungnya berdetak tidak karuan karena dia hanya berduaan saja dengan Nicholas dalam satu ruangan. Meskipun demikian dia berusaha fokus untuk menyelesaikan tugas hingga tidak sadar waktu sudah menjelang malam. Nicholas menggebrak meja pelan. Namun, mampu membuat Alissa tersentak kaget.

"Ah iya Tuan, saya segera berkemas." Suara Alissa hanya terdengar di telinga sendiri karena Nicholas sudah berjalan di luar ruangan. Buru-buru Alissa mengemasi barangnya kemudian berlari keluar. Segera ia mengendarai motor maticnya pulang ke rumah.

"Jadi begini kelakuanmu? Pulang kerja tidak langsung ke rumah tapi keluyuran dulu. Apa gunanya Virgo punya istri kalau mau makan saja harus membuat sendiri?" Di depan pintu rumah, mertua perempuannya berdiri sambil berkacak pinggang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Imamah Nur
Nenek lampir versi modern...
goodnovel comment avatar
Fatmah Azzahra
nenek lampir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status