Pov Miranda
Aku telah tertidur ketika tangan Mas Raja' memelukku dari belakang "Mir, masih marah?" bisiknya mesra. "Masih" jawabku singkat. Dia pikir perkara hubungan nya dengan Alexa adalah perkara sepele yang mudah kumaafkan seperti perkara lainya?"Maafkan aku Mir" Mas Raja semakin mengeratkan pelukannya, aku memberontak mencoba melepaskan"Darimana?""Alexa tadi sakit dan aku menjaganya sebentar" Jawaban Mas Raja sungguh mencabik-cabik hatiku, kenapa kamu begitu jujur sih Mas? Tidakkah kamu mengerti hatiku tak terbiasa berbagi dengan yang lain?"Kamu akan menikahinya Mas?""Iya Mir, seharusnya seperti itu bukan?""lalu bagaimana dengan aku?""Kamu akan tetap menjadi istri ku sayang, akan tetap bersamaku"Air mata ku tak dapat ku tahan lagi mengalir begitu saja, Rajasa benar-benar egois dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan ku."Kau pikir ini adil untuk ku Mas?""Aku akan berusaha seadil mungkin Mir""Kamu mencintai Alexa?""Mir, berhentilah menanyakan hal-hal yang kamu sudah tau jawabannya"Aku terdiam, membiarkan sensasi nyeri dihatiku semakin menjadi membuat air mataku terus mengalir seolah tak mau berhenti. Mas Raja pun diam, dia tak lagi memeluku dari belakang, aku pun tak ingin lagi di sentuh olehnya, tangannya telah menyentuh wanita lain, aku tak Sudi."Maafkan Mir, aku tahu kamu tersakiti tapi mau tak mau aku harus jujur""Kamu telah berzina dengan Alexa Mas, sangat sulit buat aku memaafkan mu""Aku dijebak Mir, Alexa terus saja merayuku kamu tau itu dari dulu""Dan sekarang kamu menikmati jebakan nya""Aku laki-laki normal Miranda"Bodohnya aku pernah mencintai mu dengan setulus hati jika seperti ini balasannya Mas, aku benar-benar masih tak percaya Mas Raja bisa menjawab semua pertanyaanku dengan tanpa perasaan."Kapan Mas akan menikahinya?""Setelah kamu siap Mir""Untuk apa menunggu aku siap? perempuan mana yang akan siap dimadu Mas?""Setidaknya menunggu kamu tenang dulu Mir""Dia akan tinggal disini?""Iya Mir, aku janji aku akan adil lapangkanlah hatimu nanti kamu akan terbiasa"Benar-benar laki-laki tak punya perasaan. Dia pikir hatiku terbuat dari batu, hingga bisa menerima wanita lain untuk menjadi madu ku dengan mudah."Mas, apakah kamu masih mencintaiku?""Miranda, kamu adalah istriku kamu telah melahirkan Mahesa putra kita, bagaimana mungkin aku tidak mencintaimu?""Tapi kenapa kamu tega melakukan ini sama aku Mas? ini benar-benar menyakiti aku""Ini sangat rumit buat aku Mir, Alexa terus mengejar ku sedangkan Papa dan Mama terus mendesaku agar mendekati Alexa demi kelancaran Bisnis kami"Aku tahu siapa Alexa, dia adalah putri dari salah satu pejabat di kementerian perdagangan. Akan menguntungkan jika keluarga Mas Raja yang berbisnis di bidang export import berbesanan dengan salah satu pejabat di kementerian. Ah tapi sedangkal itukah pemikiran Mas Raja'?Aku ingat betul dulu Mas Raja sekuat hati menolak Alexa demi menikah denganku. Aku pikir dia berbeda dengan ibunya, ternyata sama saja!Aku rasanya ingin menjerit dan menghancurkan kamar ini demi meluap kan semua emosi yang ada dalam dadaku."Kenapa kamu tidak memilihnya dari dulu Mas, kenapa kamu malah memilihku jika akhirnya seperti ini""Karena aku mencintaimu Miranda""Kamu mencintai ku tapi kamu menyakitiku Mas""Mir, ini bukan hanya tentang kita, tapi tentang kelancaran bisnis keluarga ini, jika aku sukses kamu juga yang akan menikmati nya""Aku tidak pernah menikmati kesuksesan mu sedikitpun Mas, uang satu juta yang diberikan Bu Mery sudah habis kubelanjakan untuk kebutuhan Mahesa, sementara aku masih harus bekerja keras seperti pembantu dirumah ini. Bahkan gaji pembantu lebih besar dari jatah bulananku"Mas Raja terlihat kaget mendengar kalimat ku."Mir, Mama cuma kasih kamu satu juta?""Sudahlah Mas gak usah pura-pura kaget, dari dulu aku minta uang langsung dari Mas, tapi Mas selalu menolak dengan berbagai macam alasan, sekarang aku sudah tidak peduli, aku terima apapun perlakuan kalian, termasuk rencana pernikahan Mas dengan Alexa, lakukanlah sesukamu Mas!""Sayang, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan tesisku" ucap Miranda, meminta ijin pada suaminya.Miranda kini kembali tinggal di kediaman keluarga Rajasa. Bedanya, kini sikap Bu Merry berbeda seratus delapan puluh derajat dari pada dahulu. Bu Merry kini sangat menyayangi Miranda dan Mahesa, ia baru menyadari bahwa Miranda adalah perempuan yang baik dan berhati tulus. Miranda kembali fokus menyelesaikan study pasca sarjananya, sebentar lagi Miranda akan mendapatkan gelar psikolog sesuai dengan keinginanya."Mau aku temani?" Tanya Rajasa, kali ini ia benar-benar tak ingin membiarkan istrinya sendirian di Bandung."Tak usah Mas, aku hanya sebentar di sana, nanti aku pulanh setiap Sabtu dan Minggu. Kalo boleh apakah Mahesa bisa tinggal di sini saja sementara aku di Bandung, Mas?" tanya Miranda, ia masih sedikit trauma meninggalkan Mahesa di daycare saat dia bekerja dan kuliah di Bandung."Tentu saja, Mahesa akan aman bersamaku" ucap Rajasa. Miranda tersenyum lega mendengar jaw
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y