Share

Bab 100 Dinding Kaca

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-06-05 15:33:25

Percakapan makan malam dimulai dengan basa-basi tentang politik luar negeri, pergerakan saham, isu lembaga keuangan. Valeria dan Tuan Stewart bergantian memuji masa depan kerja sama strategis antara dua keluarga, sesekali melirik ke arah Lila dan Dante. Seolah mereka sudah pasangan resmi yang tinggal menunggu tanggal pernikahan.

Namun bagi Dante, semuanya terdengar seperti dengungan kosong. Matanya hanya fokus pada satu hal, sosok Lila. Wanita itu senyap, elegan, dan terlindung oleh dinding kaca yang tak bisa dia tembus.

Suasana makan malam terus bergulir dalam ketegangan. Sendok dan garpu beradu pelan, pelayan mengganti gelas anggur tanpa suara, dan obrolan sopan masih bergulir. Tapi Dante tidak lagi mendengarkan. Tatapannya menajam ke arah Valeria, lalu ke arah Lila yang terus menghindari kontak mata.

Dengan gerakan perlahan namun pasti, Dante meletakkan serbet di atas piringnya dan mulai bangkit dari kursi.

“Maafkan saya, tapi ada satu hal yang perlu saya sampaikan malam ini,” uca
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 101 Tidak Punya Hak

    Pagi itu langit kota masih kelabu, dan hujan belum benar-benar reda sejak semalam. Tapi Dante Hudson tetap datang, mengenakan mantel panjang hitam menuju sebuah gedung kaca tempat kantor magang Lila berada.Di lobi, resepsionis langsung mengenalinya. Tak butuh waktu lama sebelum Lila keluar dari lift, mengenakan blazer putih dan celana bahan abu-abu. Rambutnya diikat rapi, wajahnya nyaris tanpa ekspresi.Mata mereka bertemu.Lila menghela napas. “Kau datang juga,”“Bisa bicara sebentar?” tanya Dante.“Di luar saja,” jawab Lila pelan. “Aku tidak ingin rekan-rekanku berpikir macam-macam,”Mereka berjalan ke arah taman kecil di samping gedung. Pepohonan basah, udara dingin menusuk. Dante memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel.“Kenapa kau menemuiku?” tanya Lila akhirnya, memandang ke kejauhan.Dante menatap punggungnya. “Karena kita butuh kejelasan,”Lila tertawa kecil, pahit. “Kejelasan? Bukankah kau sudah membuatnya semalam, saat kau tidak mengatakan apa-apa?”Dante mendekat s

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 100 Dinding Kaca

    Percakapan makan malam dimulai dengan basa-basi tentang politik luar negeri, pergerakan saham, isu lembaga keuangan. Valeria dan Tuan Stewart bergantian memuji masa depan kerja sama strategis antara dua keluarga, sesekali melirik ke arah Lila dan Dante. Seolah mereka sudah pasangan resmi yang tinggal menunggu tanggal pernikahan.Namun bagi Dante, semuanya terdengar seperti dengungan kosong. Matanya hanya fokus pada satu hal, sosok Lila. Wanita itu senyap, elegan, dan terlindung oleh dinding kaca yang tak bisa dia tembus.Suasana makan malam terus bergulir dalam ketegangan. Sendok dan garpu beradu pelan, pelayan mengganti gelas anggur tanpa suara, dan obrolan sopan masih bergulir. Tapi Dante tidak lagi mendengarkan. Tatapannya menajam ke arah Valeria, lalu ke arah Lila yang terus menghindari kontak mata.Dengan gerakan perlahan namun pasti, Dante meletakkan serbet di atas piringnya dan mulai bangkit dari kursi. “Maafkan saya, tapi ada satu hal yang perlu saya sampaikan malam ini,” uca

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 99 Temanku

    Belle duduk lebih dulu, mengenakan blouse putih sederhana dan celana jeans. Wajahnya tampak lelah. Tangannya menggenggam gelas berisi lemon tea, yang nyaris tak tersentuh.Lila datang beberapa menit kemudian, tepat waktu, tanpa senyum. Gaun kerja abu-abu yang membalut tubuh rampingnya terlihat elegan, rambutnya digerai rapi. Dan matanya yang dulu selalu hangat saat menatap Belle, kini terasa seperti kaca yang membeku.Dia duduk tanpa basa-basi, meletakkan clutch-nya di meja, lalu bersandar tanpa menyapa. Belle menatapnya dalam diam beberapa saat, mencoba menemukan sisa persahabatan di wajah itu. “Terima kasih sudah datang,” ucap Belle pelan.Lila hanya mengangguk kecil. “Langsung saja. Aku tahu kau tidak mengundangku untuk sekedar ngobrol,”Belle menghela napas, menyusun kata yang telah dia pikirkan sepanjang malam. “Aku cuma ingin tahu... kenapa, Lila?”Lila diam. Menyilangkan kaki.“Kenapa kau tega melakukan ini padaku?” suara Belle nyaris pecah. “Kau tahu aku mencintainya. Kau ta

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 98 Identitasnya

    Belle terbangun perlahan. Kelopak matanya mengerjap pelan, lalu terbuka sepenuhnya saat dia merasakan lengan kuat yang melingkari pinggangnya erat, seolah melindungi.Dia tetap diam beberapa detik, tak ingin bergerak. Tidak ingin membuyarkan momen yang terasa terlalu langka, terlalu damai. Dante masih tertidur, napasnya dalam dan teratur. Dagu dan rahangnya menyentuh sisi belakang kepala Belle, dan dada Dante naik turun perlahan, menyelaraskan napas mereka.Belle memejamkan mata sesaat lagi, membiarkan jantungnya menikmati ketenangan ini. Dunia luar, gala semalam, nama Lila, Valeria—semua terasa jauh. Di detik itu, hanya ada dia dan Dante.Lalu perlahan, tangan besar Dante mengencang sedikit di pinggang Belle. “Kau sudah bangun?”Belle hanya mengangguk kecil. “Mm-hm,”Dante menarik tubuh Belle lebih dekat, menempelkan keningnya ke bahu Belle. “Kalau mimpi semalam buruk, maka aku bersyukur bangun dan mendapati kau masih di sini,”Belle tersenyum pelan. “Kau bicara seperti anak kecil,”

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 97 Complicated

    Waktu hampir menunjukkan pukul dua dini hari. Ballroom kini sunyi dan temaram. Para tamu sudah pergi, para pelayan sedang membereskan meja-meja panjang yang dipenuhi sisa anggur dan bunga layu.Di salah satu sudut ruangan, di kursi beludru dekat jendela besar yang menghadap taman hotel, Lila Stewart masih duduk sendiri. Gaun merah marun berkilau itu kini tampak terlalu berat di tubuhnya. Dia menyandarkan kepala ke belakang, menatap lampu gantung megah di langit-langit.Masih terbayang jelas ekspresi Dante. Mata itu penuh murka saat mendengar nama Lila disebut sebagai calon istri pilihan. Rahang Dante mengeras, dan sebelum pria itu sempat melangkah, dia langsung menarik Belle keluar dari ballroom tanpa menoleh ke belakang.Lila menunduk, menatap tangan kosong di pangkuannya. “Bodoh,” bisiknya pada diri sendiri.Dia tidak menyangka Valeria akan mengumumkan semuanya di depan umum malam ini. Bahkan dirinya tidak diberi peringatan. Lila hanya diberitahu untuk “siap” oleh Lawrie. Dan saat s

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 96 Tetap di Sisiku

    Lampu-lampu gala masih berkilau, tapi bagi Dante Hudson, malam itu sudah berakhir. Dengan rahang mengeras dan mata menyala penuh amarah, dia berjalan cepat keluar ballroom. Para tamu yang mengenalnya menyingkir diam-diam, tidak berani menghentikan. Tidak ada yang berani mendekat saat pewaris Hudson terlihat seperti bom waktu yang baru saja kehilangan sumbunya.Belle mengejarnya dengan langkah lebih pelan, wajahnya masih pucat. Tapi dia tidak bisa membiarkan Dante pergi sendiri dalam kondisi seperti itu.Begitu sampai di pelataran depan, supir sudah membuka pintu belakang Rolls-Royce mereka. Dante masuk tanpa berkata apa-apa. Pintu dibanting tertutup.Belle menyusul dan sopir hanya mengangguk diam sebelum masuk ke kursi depan, menyalakan mesin, lalu membiarkan kaca pembatas otomatis tertutup.Di dalam, Dante duduk dengan tubuh menegang. Kedua tangannya mengepal di lutut, matanya menatap lurus ke depan. Seperti menahan amarah yang terlalu besar untuk disimpan di ruang sekecil itu.“Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status