Share

3. Tak Bisa Memuaskan

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-23 00:13:12

Aura tidak mau kehilangan momen ini. Besok suaminya akan berangkat ke Oxford dan tidak tahu kapan bisa pulang untuk mengunjunginya.

 Jadi dia berdandan dengan begitu seksi. Hanya memakai lingeri warna merah menyala, menerawang,  hingga apa yang ada di baliknya terlihat mengintip nakal.

Aura sengaja tak memakai apapun lagi agar Arman bisa lebih bergairah.

“Mas?” panggilnya sembari tersenyum menggoda.

Sesaat melihat istrinya secantik itu, Arman melongo. Jakunnya naik turun dan tatapannya menyala.

“Kau cantik sekali, Ra.” Pujinya sembari mengeratkan rahangnya. Namun ada sorot keraguan yang terpancar saat Aura menyentaknya.

“Kok diam saja, Mas? Ayo, serang aku sayang.” goda Aura dengan nada nakal.   

Arman mendekat,   menarik tubuh Aura lalu menciuminya dengan intens.

Aura baru menikmati ciuman itu. Hanya saja tiba-tiba Arman langsung mengangkat tubuh Aura dan  menidurkannya di ranjang. Gerakannya kasar membuka kedua paha Aura dan tanpa aba-aba dia langsung memasukinya.

“AHH, MAS!” Jerit Aura, terkejut.

Dalam keadaan yang belum siap tapi langsung diserang begitu saja oleh Arman, tentu ada rasa tidak nyaman yang dirasakannya. 

Walau sudah begitu pun, kegiatan Arman hanya sebentar dan tak berlanjut. Membuat Aura menatapnya heran, “Sudah keluar, Mas?”

“Bete aku…” Arman malah menatap Aura dengan sebal. Ternyata senjatanya tiba-tiba kehilangan semangat yang tadi sudah menggebu itu.

“Kenapa, Mas?” Aura masih bertanya. 

“Kamu sih. Bawel!” Pria itu malah meruntuk dan menyalahkan Aura karena cepat sekali lemas.

Melihat sang suami tampak frustasi, Aura bangkit membujuknya dengan sabar. Seperti membujuk anak kecil agar tidak lagi ngambek.  

“Tidak apa, Mas. Kita coba lagi.  Aku saja yang di atas ya?” tukasnya membujuk.

Biasanya kalau Aura yang berusaha, dia bisa membuat suamiya itu sampai tuntas. Walau selalunya Aura yang tak pernah tuntas.

“Iya, Ra.  Bangkitkan lagi, aku juga ingin menikmati malam ini bersamamu.” ujar Arman tak menolak.

Sepertinya dia juga masih ingin melanjutkan kegiatan ranjang mereka. Apalagi melihat istrinya seseksi itu.

  

Dia berbaring dan   seperti biasa, Aura memulainya lagi. Naik ke atas tubuhnya, memberikan rangsangan, dan mengatur ritme.

Sudah dua tahun menikah. Dan  posisi itu yang sering membuat Arman bereaksi. Tak ada eksplorasi selalu Aura yang aktif dan melayani. Bahkan terkadang demi bisa membuat dirinya bersemangat, Arman kerap melakukan hal yang kurang patut. Seperti menampar Aura, menjambak rambutnya, atau menggigitnya dengan amburadul.

“Aaah, Mas…” keluh Aura mencoba menghentikan gerakan random suaminya.

“Lanjutkan saja. Jangan banyak bicara…” titah Arman.

Aura hanya mengangguk. Menahan rasa sakit atas nama istri yang baik dan patuh.  Walau begitu, dia tak pernah protes atau berpikir yang buruk.

Selama itu Aura memendamnya. Dia takut dikata istri yang terlalu menuntut. Arman adalah suaminya. Melayaninya sepenuh hati adalah kewajibannya.

Namun sudaha begitu, terkadang di tengah kegiatan, pria itu kehilangan gairahnya lagi. Terlalu sering akhir-akhir ini. 

Saat ini pun tak berbeda.

“Mas,  kenapa tidak juga mengeras?” tanya Aura lirih, menahan kecewanya. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tak cukup bisa membuat suaminya bergairah.

Mendapat tatapan seperti itu, Arman sangat tidak nyaman.

“Aku pasti kecapekan, Ra!” jawab Arman melindungi harga dirinya. “Aku tidur sebentar, ya?”

Aura diam. Tapi di dalam hati, mulai muak.

Dia bangkit dari tubuh suaminya dan berbaring di sampingnya dengan menyembunyikan rasa kecewanya.

Melihat suaminya yang memejamkan mata, dia hanya bisa merana. 

Terkadang dia sampai menyalahkan dirinya sendiri. Aura  sudah melakukan banyak hal—merawat tubuh, berdandan, menonton video dewasa untuk belajar memuaskan suami, membeli lingerie mahal—semua yang katanya disukai pria.

Namun hasilnya?  Kadang berhasil. Tapi lebih seringnya, gagal.

“Mas Arman tertarik denganku tidak sih?” gumam Aura, menatap wajah letih sang suami dengan mata terpejam. Kalau begini terus, dia jadi merasa tidak diinginkan secara fisik dan emosional.

Tiba-tiba Arman membuka matanya dan melirik sesaat Aura yang tidur di sampingnya. “Jangan berpikir begitu, sudah kubilang aku capek. Besok pagi saja…” tukasnya.

Ternyata dia mendengar gumaman sang istri.

Aura peduli pada suaminya, karenanya dia  mencoba membicarakan hal ini dengan baik-baik, “Mas… mungkin kita bisa konsultasi ke dokter? Barangkali ada yang bisa dibantu…”

Arman justru bangkit dan menatap Aura dengan marah.

 “Aku baik-baik saja. Jangan aneh-aneh.” Kata-katanya dingin,  tersinggung,  seolah harga dirinya dihina.

Dia menyeret bajunya dan melangkah dengan penuh kekesalan meninggalkan Aura.

Aura bangkit dan mencoba menahannya, “Mas, mau kemana?”

“Lepas! Muak aku melihatmu begini seperti pelacur! Kalau gatal cari laki-laki yang bisa memuaskanmu…” umpatnya dengan kejam,  menggores luka di nurani seorang istri seperti Aura.

Tapi Aura tak ingin membiarkan suaminya pergi dengan rasa kesal padanya. Jadi masih dicobanya untuk menahan lengan pria itu sebisanya agar mau mendengar kata maafnya. Biarlah dia yang bersimpuh meminta maaf, asal suaminya itu tidak marah padanya.

“Dengar aku dulu, Mas.” tahannya.

“Lepasin!” bentak Arman.

Namun Aura tak melepasnya.

Arman justru merasa jengah. Dihempaskannya lengan itu dengan kasar hingga tanpa disadarinya Aura tersungkur dan membentur tembok.

Sementara dirinya keluar begitu saja dan tak peduli lagi sembari mengumpat, “Jalang... sialan kau, Ra!”  

.

.

.

<Next>

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   134. Aura Baik-baik Saja

    Pras sudah tak bisa berpikir jernih begitu mendengar kabar itu. Kepalanya seperti dipenuhi kabut pekat, dan dada terasa menyesak seolah tak cukup ruang bagi napasnya sendiri.Tanpa menimbang apa pun, dia langsung memerintahkan untuk menyiapkan helikopter perusahaan di Bandung agar bisa tiba di Jakarta dalam waktu kurang dari satu jam.Tadinya Pras bersikeras ingin mempiloti sendiri helikopter itu. Semasa muda, menerbangkan helikopter adalah hobinya.Namun Rico memohon agar tuannya menggunakan kebijaksanaan. Sudah terlalu lama Pras tidak menerbangkan helikopter, dan kondisi emosionalnya yang kacau dapat berakibat fatal.Karena itu Rico segera menghubungi pilot perusahaan. Dalam hitungan menit, pilot itu akan tiba.“Saya hubungi Tata lagi, Pak, menanyakan keadaan Bu Aura. Untuk sementara, saya harap Pak Pras bisa tenang dulu,” ucap Rico hati-hati.Pras hanya mengangguk, meski wajahnya tampak kosong. Shock masih memenuhi seluruh rautnya. Dia tidak bisa menerima kemungkinan bahwa Aura meng

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   133. Hampir Jatuh

    Beruntung ketika itu seseorang yang kebetulan melintas refleks meraih lengan Aura, menahan tubuhnya sebelum sempat terjerembab menghantam lantai.Aura terhuyung. Jantungnya masih berdegup di tenggorokan ketika ia buru-buru menegakkan tubuh. Saat hendak mengucapkan terima kasih, tatapannya sontak membeku—seolah waktu diseret mundur paksa.Wanita yang menolongnya adalah… Vanesha.Teman yang pernah sangat dekat dengannya.Teman yang kini bahkan tak sudi menyebut namanya lagi.“Te—”Kata itu tercekat. Hilang ditelan rasa kaget, syok… dan sedikit pedih.Ada sekilas kesedihan melintas di matanya. Karena ia tahu—kalau saja Vanesha sadar siapa yang ditolongnya, mungkin tangan itu tak akan terulur sama sekali. Mungkin Vanesha bahkan akan memalingkan wajah, membiarkannya jatuh. Mungkin itu lebih sesuai dengan keadaan mereka sekarang.Vanesha tampak tertegun menatap perut Aura yang semakin membuncit. Aura tahu, sekarang jelaslah alasan pertengkaran tadi. Jelaslah apa yang sampai ke telinga Vanes

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   132. Tidak Sengaja Bertemu Lagi

    Aura mengerjapkan matanya berkali-kali, berharap air matanya tidak tumpah dan Tata tidak melihatnya menangis. Perempuan itu tentu akan langsung melaporkan semuanya kepada sang tuan, dan seperti biasa Pras akan mencemaskannya berlebihan, lalu melarangnya lagi menemui keluarganya.Dia menarik napas dalam-dalam di taman kecil di samping rumah, mencoba menyingkirkan rasa sedih dan luka yang sejak tadi membendung di dadanya. Aura menyayangi Oma Eliyas seperti neneknya sendiri, tetapi saat ini dirinya tak ubahnya orang asing yang tidak penting untuk dipedulikan. Berkali-kali ia meminta maaf, berkali-kali pula ia memohon dimaklumi—namun semua itu terasa seperti angin lalu, tak pernah benar-benar masuk ke hati sang nenek.Dan ketika teringat betapa dulu Oma Eliyas begitu membenci Veny, namun sekarang dengan mudahnya memaafkan semua kesalahannya… dada Aura semakin sesak. Itu seperti penegasan paling jelas tentang siapa dirinya di mata wanita itu sekarang. Bukan siapa-siapa lagi. Hanya gadis mis

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   131. Pandai Mencari Alasan

    Jika kata-kata tuduhan Veny itu diucapkannya sebelum Aura tahu tentang Mikayla yang bukan putri kandung Pras, juga sebelum tahu semua keburukan Veny selama ini, mungkin Aura masih akan merasa insecure. Mungkin dia hanya akan menunduk dan menerima semua caci makinya.Tapi tidak untuk saat ini. Ketika bahkan Aura sendiri merasa begitu muak atas apa yang sudah dilakukannya terhadap pernikahannya dengan Pras.Kini Aura menatapnya dengan berani dan membalikkan semua ucapannya hanya dengan kalimat sederhana.“Anda sadar dengan tuduhan itu? Apa Anda lupa bagaimana Anda sebelum ini?”Veny terkejut Aura ternyata membalikkan kata-katanya. Namun bukan Veny kalau dia langsung menyerah.“Setidaknya aku bukan wanita menjijikkan sepertimu. Yang berselingkuh dengan paman dari suamimu. Dari sudut manapun, orang akan jijik melihat kelakuanmu.”“Terserah Anda, Nyonya. Tapi aku bangga kini bisa menjadi wanita dari pria sebaik Om Pras. Aku malah kasihan padamu. Matamu buta sampai menyia-nyiakan pria sesem

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   130. Bertemu Veny

    Selesai satu permainan cinta mereka, Pras mencium Aura dan menyempatkan berkomunikasi dengan putranya yang masih ada di dalam kandungan.Saat menempelkan telinganya di kulit perut Aura, tak diduga ada gerakan lembut, dan itu sudah membuat Pras bahagia setengah mati.“Dia mendengarku, Ra. Kau bisa merasakannya, kan?” ujar Pras heboh seperti orang yang menang undian saja.Aura ikut tersenyum melihat Pras sebahagia itu. Ketika dunia membencinya karena hubungan terlarang ini, ternyata dia masih bisa menjadi alasan seseorang berbahagia karena kehamilannya. Dia tidak butuh banyak orang yang menerimanya. Satu saja sudah cukup. Asal seperti Pras—yang mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja, Pras begitu jeli pada raut wajah Aura. Hal yang disembunyikan di balik senyumnya pun terlihat oleh Pras.“Ada masalah apa kamu?” tanya pria itu menatap lekat.Bahkan Aura bingung. Bagaimana Pras bisa tahu apa yang disembunyikannya.“Apa, Om?” tanya Aura, memastikan apakah Pras bertanya tentang rencana

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   129. Anak Siapa?

    “Yakin itu anak Om?”Pertanyaan itu diucapkan Arman dengan nada penuh sinis dan meledek. Membuat Pras tiba-tiba terbakar emosi. Rasanya ingin memiting tangan anak ini saja, tapi Pras merasa itu tak perlu.“Kenapa? Kenapa kau bertanya begitu?”Pras bertanya balik seolah memberikan ruang pada Arman untuk merasa besar kepala bahwa ucapannya sudah berhasil mengaduk-aduk perasaan Pras. Tentu, Pras tahu, Arman hanya ingin berulah karena masih merasa sakit hati.“Lima bulan usianya… padahal kami baru bercerai tiga bulan yang lalu lho, Om. Aku pikir Om bukan pria bodoh.”Pras tersenyum miring, lalu berjalan lebih mendekati Arman agar bisa mengatakan dengan serius, “Aku mencintai Aura bagaimanapun keadaannya, kalaupun janin itu bukan anakku, aku tetap tak peduli. Kau lupa bagaimana aku?”Pras mengingatkan Arman bahwa anak orang saja dia akui, apalagi kalau kemungkinan itu adalah anak Arman, keponakannya sendiri.“Sekarang seharusnya aku yang bertanya padamu, yakin itu anakmu?”Berkata begitu P

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status