공유

83. Kecurigaan Mikayla

작가: Kafkaika
last update 최신 업데이트: 2025-11-19 18:12:55

“Kenapa begitu tadi, Mika?” Veny bertanya pada sang putri kenapa tiba-tiba dengan tegas meminta Papanya berpindah tempat di sampingnya.

“Harusnya Papa di samping Mama, kan?” Mikayla hanya mengatakan alasan itu. Dia mulai merasa Papanya itu sudah merenggang hubungannya dengan sang Mama.

“Tidak perlu sebegitunya, Mika. Kalaupun Mama dan Papa ada masalah, mau kau dudukkan bersandingan pun yang namanya masalah tetap saja…” Veny sudah lelah berpura-pura, mengakui keretakan itu secara implisit.

Namun Mikayla hanya terdiam. Tatapannya lurus pada Oma Eliyas dan Aura yang menemaninya berjemur di halaman belakang.

“Mika? Ada apa?” Veny menggugahnya. Sepertinya ada hal yang disembunyikan anak itu.

“Aku hanya tidak mau Papa meninggalkan Mama. Karena Mama… ”

“Karena Mama cacat sekarang?” sahut Veny cepat. Dia tahu, putrinya sangat mencintainya dan tak mau melihatnya sedih.

“Bukan itu, Ma… Mama kenapa gitu sih?” Mikayla malah yang sedih dan bersalah Veny mengungkit tentang kata cacat.

“Enggak apa,
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   154. Sebal Dengan Sikap Arman

    “Sudah, kita mau menengok Oma kan?” Aura menarik lengan Pras dan mengajaknya masuk ke ruang rawat Oma Eliyas.Pras tak mau membuat Aura panik, jadi dia menurut saja. Lain kali kalau Arman masih mencoba memancing amarahnya, Pras tidak akan selamanya diam.Entahlah, untuk urusan lainnya Pras bisa menghadapinya dengan tenang dan santai. Tapi kalau sudah menyangkut Aura dengan Arman, dia selalunya cemburu dan kesal.Mungkin karena Pras merasa sudah merebut Aura saat masih bersama Arman—apapun alasan di balik semua itu.Di dalam, Oma Eliyas ternyata sedang beristirahat. Tari menyampaikan bahwa dokter baru saja memberikannya obat yang menyebabkan efek ngantuk. Pras dan Aura tak menganggu istirahatnya.Keduanya hanya saling diam saja dan duduk menatap wanita yang terbaring itu tanpa mengatakan apapun. Pras masih terlihat kesal dan Aura lebih baik tak menyinggungnya dulu.“Oma masih tidur, Mas. Kita tengok lain kali saja, ya? Aku lelah.” Aura baru mengangkat suaranya, menambahkan dengan kata l

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   153. Hasil Pemeriksaan

    “Apa ada masalah serius, Dok?”Pras berdiri tak jauh dari ranjang pemeriksaan, wajahnya jelas menunjukkan kepanikan yang belum sepenuhnya reda. Sejak menerima telepon dari Tata, ia langsung menghentikan rapat tanpa peduli tatapan peserta lain. Aura dan anaknya jauh lebih penting daripada agenda apa pun.Aura masih menjalani beberapa pemeriksaan tambahan. Pras menunggu dengan gelisah, mondar-mandir kecil seperti singa yang terkurung.“Mas…,” panggil Aura setelah dokter selesai memeriksanya.Pras langsung menghampiri, meraih Aura ke dalam pelukan. “Ada apa, Sayang? Kamu kenapa bisa sampai begini?”Entah kenapa, setiap kali Aura pergi tanpa dirinya, selalu saja ada kejadian yang membuat jantung Pras hampir copot.Aura belum sempat menjawab ketika dokter mendekat, wajahnya justru tampak santai, bahkan tersenyum kecil.“Tenang saja, Pak. Tidak ada yang serius,” ujar dokter itu. “Hanya flek ringan dan tidak berlanjut menjadi pendarahan. Kondisi janin baik.”Aura menunduk, wajahnya memanas m

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   152. Tak Perlu Kasihan

    Menunggu Pras menyelesaikan satu meeting-nya lagi, Aura mengirim pesan singkat. Dia ingin turun ke lounge dan memesan minuman yang dulu sering dipesannya saat masih bekerja di perusahaan ini. Masih jam kerja. Pasti belum banyak orang. Setidaknya, dia bisa duduk sebentar, menenangkan diri, menikmati suasana tanpa perlu banyak basa-basi.Namun, tak disangka, Aura justru kembali bertemu dengan Mieke. Kali ini wanita itu tidak sendiri. Ada seorang gadis di sampingnya—gadis yang dulu sempat membuat Aura cemburu karena terlalu sering bersikap genit pada Pras.Mereka berpapasan di lorong menuju lounge. Tidak ada sapaan. Hanya tatapan sinis yang dilemparkan sekilas, dingin dan penuh penilaian. Aura sama sekali tidak menanggapi. Dia berjalan melewati mereka begitu saja.Aura memang bukan tipe orang yang haus dihormati. Tidak disapa pun tak masalah baginya. Jangankan sekadar diacuhkan, dicaci dan dihina pun sudah terlalu sering ia telan. Hidup mengajarkannya untuk kebal.Mungkin orang akan meny

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   151. Ngidam di Kantor

    “Apa senyum-senyum!” Aura langsung berubah galak begitu pintu ruangan itu tertutup.“Enggak,” jawab Pras ringan. “Kamu bisa saja kalau balas ucapan Veny barusan.” Ia tersenyum dan mencoba mencium pipi Aura, tapi Aura buru-buru menghindar.“Bukannya tadi sudah bareng sejak pagi, belum puas, hah? Sekarang masih mau cium-cium segala.” Nada suara Aura masih ketus. Wajahnya jelas belum sepenuhnya reda.“Memangnya aku ngapain, sih, Sayang? Ini otak kamu saja yang mikir ke mana-mana,” ujar Pras, setengah geli.“Enggak tahu ngapain saja sampai lupa janji mau nganter aku cari perlengkapan bayi. Saking senangnya mau ketemu mantan istrimu yang cantik, seksi, dan enggak gendut itu!”Pras menahan senyum. Ia tahu betul, sejak tadi Aura mati-matian menahan cemburu, dan sekarang semua diluapkan padanya.“Maaf,” ucap Pras pelan. “Semalam aku terlalu ngantuk sampai benar-benar lupa soal janji itu.” Ia meraih Aura, memeluknya lembut, lalu mencium puncak kepalanya dengan penuh sayang.“Kan bisa bilang

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   150. Pras & Veny di Kantor

    “Oh. Kamu kok percaya diri banget datang ke kantor ini sambil pamer perut buncit?”Langkah Aura terhenti tepat di depan lift. Suara itu terlalu familiar untuk diabaikan. Saat menoleh, matanya langsung bertemu dengan wanita yang dulu kerap membuat hari-harinya di kantor ini terasa berat—Mieke.Aura mengenalnya baik. Dulu, saat Aura masih pegawai biasa, Mieke adalah salah satu yang paling gemar meremehkan. Sikapnya sempat melunak ketika tahu Aura menjadi menantu keluarga Eliyas. Tapi sekarang, tatapan merendahkan itu kembali, bahkan lebih terang-terangan.Berita tetang perselingkuhan itu pasti sudah ramai dibicarakan, tapi mereka tidak tahu yang sebenarnya adalah Aura sudah menikah dengan Pras.Kalau saja mereka tahu hal itu, tidak mungkin Mieke yang hanya karyawan di devisi, berani mengolok-olok istri bosnya.Aura menarik napas pelan. Bukan marah, bukan juga takut. Lebih ke rasa lelah menghadapi manusia yang tak pernah belajar menempatkan diri.“Iya, Bu Mieke,” jawab Aura tenang. Tanga

  • Dalam Pelukan Hangat Paman Suamiku   149. Pras & Veny di Kantor

    Sepagi ini Rico sudah datang ke apartemen. Padahal semalam Pras sempat menyanggupi akan pergi bersama Aura melihat-lihat perlengkapan bayi.Aura sempat berdiri beberapa detik di ruang tengah, menatap arah ruang kerja Pras dengan perasaan yang belum sempat ia pahami sepenuhnya. Ada sedikit kecewa yang menggantung, meski ia berusaha mengabaikannya.Begitu Pras masuk ke ruang kerjanya, Aura menghampiri Rico lebih dulu.“Ada urusan penting, Rico?” tanyanya, berusaha terdengar biasa saja.“Oh, iya, Bu,” jawab Rico singkat.“Apa tidak bisa ditunda untuk hari ini saja?” Aura mencoba lagi. Nada suaranya halus, tapi ada harap yang tak ia sembunyikan. Semalam Pras sudah berjanji. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana mereka akan memilih perlengkapan bayi bersama.“Eng… kenapa harus ditunda, Bu?” Rico tampak heran. “Memangnya ada acara penting?”“Memangnya acaranya sangat penting, ya?” Aura bertanya balik, masih berusaha menawar keadaan, walau perlahan ia sudah bisa menebak jawabannya.“Benar,

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status