Bab 2
Airin tentu saja terkejut demi mendengar ucapan suaminya itu tidak ada angin tidak ada hujan bahkan selama membina rumah tangga tidak pernah satu kalipun keduanya bertengkar ini malah tanpa sebab mengajak cerai
“Kenapa kita harus bercerai ? kamu gak sedang jatuh cinta dengan wanita lain kan ?,” tebak Airin
“Ya , aku memang sudah jatuh cinta dengan wanita lain dan aku sudah berjanji akan menikahinya,” ucap Mario to the point tanpa pernah memikirkan ucapannya itu menyakitkan hati istrinya.
Wanita mana yang tidak sakit hati mendapat pengakuan seperti ini dari suaminya, rumah tangga mereka selama ini bisa dibilang harmonis meski kadang sering terjadi perdebatan.
“Kenapa harus ada wanita lain mas ? apa selama ini aku masih kurang memenuhi kewajibanku sebagai istri , atau dimana kekuranganku mas tolong katakan agar aku bisa memperbaikinya.”
“Aku menginginkan istri yang sepadan itu saja.”
“Istri yang sepadan ? maksudmu apa mas ? apa selama ini aku kurang sepadan menjadi istrimu ?,”
“Dulu kamu memang istri sepadan, tetapi lihat sekarang dirimu , penampilan kamu sehari – hari yang sama sekali tidak enak di pandang mata, gaya pakaian kamu, dandanan kamu aah sudahlah diberitahu pun kamu akan sulit untuk menerimanya yang pasti penampilan kamu itu sama sekali tidak cocok untuk istri seorang manager” hina Mario tanpa merasa bersalah sama sekali
Airin diam terpaku demi mendengar keterusterangan dari suaminya, tanpa terasa mata Airin sudah mengembun
“Jadi karena penampilanku mas ?.”
“Ya benar.”
“Apa kamu tahu kenapa aku tidak bisa berpenampilan lebih baik seperti yang lain ? jangan pernah lupa kenapa kamu menjadi manager ini setelah kamu meraih gelar sarjanamu dan jangan pernah lupa siapa yang sudah membiayai kuliah kamu.”
“Jadi kamu mengungkit – ungkit ?”
“Tidak !,aku gak mengungkit – ungkit, aku hanya mengingatkan mu saja barangkali kamu lupa, dibalik kesuksesanmu meraih jabatan yang kamu impikan, ada pengorbanan seorang istri yang tidak bisa menyenangkan dirinya sendiri karena rupiah demi rupiah yang dia kumpulkan dia gunakan untuk membiayai pendidikan suaminya yang kala itu hanya memiliki ijasah SMA”
Airin segera bangkit dari ranjang, menarik selimut yang sedari tadi menutupi tubuh polosnya sehabis pergulatannya dengan suaminya, tak lupa pakaiannya yang tercecer juga dibawanya serta masuk ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Airin tidak bisa menahan air matanya yang tumpah, dibiarkannya air mata itu tumpah seraya dia membersihkan dirinya.
Sedangkan di tempat lain tampak Mario sedang mengotak atik ponselnya entahlah dia sedang berbalas pesan dengan siapa yang jelas tampak senyuman dari bibirnya .
Tak butuh waktu lama Airin pun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaiannya.
“Siapa wanita itu mas ?.”
“Nanti juga kamu akan tahu.”
“Tapi apa nanti kamu yakin dia mau menjadi seperti aku saat menjadi istrimu ? kok aku gak yakin ya?.”
“Apa maksudmu ? kamu jangan menghina dia ya Rin, jangan sembarangan bicara,” Mario tampak tidak terima istrinya mencela Dita wanita yang saat ini mengisi hati Mario
“Sebegitu istimewanya dia bagimu mas hingga kamu membelanya, semoga saja nanti dia bisa menerima jika setiap bulan hanya menerima uang belanja sebesar 1 juta rupiah dari suaminya, sedangkan pengeluarannnya saja lebih dari 5 juta setiap bulan , itu belum termasuk untuk pegangan ibu dan uang jajan adik kamu mas.”
“Maksud kamu apa sih Rin dari tadi bicara muter – muter sampai membawa – bawa Dita segala,” Mario keceplosan hingga tanpa sadar menyebut nama wanita itu
“Oh namanya Dita ? aku mau lihat apa nanti Dita mau menjadi seperti aku saat menjadi istrimu, jangan protes dulu aku belum selesai bicara mas” Airin memberi kode kepada Mario agar tidak memotong omongannya, Mario yang hendak membuka mulutnya akhirnya pun hanya terdiam tidak jadi bersuara.
“Dengan uang belanja dari suami 1 juta rupiah, aku harus menanggung semua kebutuhan rumah ini, meski aku tahu sejak jabatanmu naik tentu saja gaji kamu juga naik, namun tetap saja uang bulanan yang aku terima tetap dan aku tidak pernah protes meski karena itu aku tidak bisa membeli pakaian baru sejak membayar uang kuliahmu, bagiku terpenting uang kuliahmu terbayarkan dengan baik, kebutuhan rumah tangga ini terpenuhi dengan baik, melihatmu menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak bagiku itu sudah cukup mas.”
Airin menghembuskan nafasnya untuk mengurangi rasa sesak di dalam dadanya. Hatinya betul – betul sakit mengingat setiap pengorbanannya sama sekali tidak dihargai oleh suaminya , ibarat kata habis manis sepah dibuang, itulah kenyataan yang dihadapi oleh Airin saat ini.
Andai waktu bisa diputar kembali jelas Airin tidak akan mau membiayai kuliah suaminya jika ujung – ujungnya hanya di manfaatkan saja, bahkan masih teringat dalam benak Airin saat suaminya wisuda justru Airin tidak diberitahu hingga tidak bisa melihat secara langsung proses wisuda suaminya.
“Harusnya dengan gajiku aku sudah bisa menyenangkan diriku sendiri jika aku punya suami yang bertanggungjawab, namun nyatanya apa ?,” sindir Airin “Aku dulu tidak pernah merasa kamu tidak pantas untuk menjadi suamiku meski pendidikan kita berbeda, sekarang mas Mario mengatakan aku tidak pantas untuk menjadi istri manager trus aku harus bagaimana ?.”
“Jadi kamu tidak keberatan untuk bercerai kan Rin?, jika kamu tidak keberatan kamu tinggal menandatangani saja berkas yang sudah aku siapkan, selebihnya aku yang akan urus, bagaimana ?,” tanya Mario yang masih bersikeras untuk menceraikan istrinya.
Melihat kengototan suaminya Airin tidak bisa berbuat apa – apa , sisi hatinya yang lain dia menyayangkan jika rumah tangganya harus berakhir dengan perceraian, namun disisi lain apa dia akan mampu terus – menerus hidup dalam situasi seperti ini, di manfaatkan kemudian di duakan, sama – sama tidak enak.“Boleh aku melihat berkas yang kamu maksud ?”“Aku ambil dulu,” Mario segera menarik nakas yang ada diranjangnya kemudian menyerahkan map berwarna biru yang diambil dari nakas itu kemudian menyerahkannya kepada Airin, “Kamu baca dulu dan kamu bisa menambahkan jika memang ingin menambahkan syarat – syarat yang sudah di sebutkan di berkas itu,” Mario segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sesaat setelah melihat istrinya membaca setiap kalimat yang dia sudah susun dalam perjanjian persetujuan perceraian mereka. “Kamu menambahkan apa ?,” tanya Mario sekeluarnya dari kamar mandi dan mendapati istrinya sedang menuliskan sesuatu. “Hanya menambahkan sedikit kok, nih sudah aku
Dengan langkah gontai Airin pun menyeret kopernya keluar meninggalkan rumah ibu mertuanya, rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya, rumah yang menjadi saksi atas kesabaran Airin menjalani hari – hari dimana dia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari semua penghuninya.Hati Airin sangat kecewa terlebih kepada Mario , laki – laki yang sampai saat ini masih sah menjadi suaminya yang seharusnya bisa melindunginya tapi malah menyakitinya.“Dengan mbak Airin ?” tanya sopir taxi online yang dipesan Airin tampaknya sudah datang.“Iya pak”“Silahkan masuk mbak, saya bantu menaruh kopernya di bagasi”Setelah meletakkan koper Airin sopir taxi pun segera menjalankan mobilnya menuju ke tempat yang sudah di pesan oleh Airin, kemana lagi jika bukan ke rumah Desi satu – satunya sahabat Airin sekaligus teman kantornya.Selama dalam perjalanan tadi Airin sudah menghubungi Desi jika pagi ini akan ke rumahnya , tentu saja Desi menunggunya dengan senang meski ada sedikit rasa heran k
Bima asisten pribadi Rafael yang sebenarnya juga sepupu Rafael memiliki banyak tanda tanya besar saat melihat sang CEO tampak lebih fokus memperhatikan wanita yang ditolongnya tadi, bahkan tidak sekali dua kali Bima berdehem demi Rafael kembali fokus.“Aku perhatikan hari ini kamu aneh bos,” ucap Bima saat keduanya kembali ke kantor pusat.“Aneh apanya ?”“Apa kamu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita itu hingga tidak fokus? tatapan matamu lebih banyak memperhatikan wanita itu”.Rafael hanya tersenyum simpul mendapati ocehan dari asistennya yang hari ini super cerewet, saat ini keduanya sedang dalam mode sebagai saudara sehingga Bima bisa bebas berbicara tanpa ada sekat atasan dan bawahan.“Dia Airin, dialah wanita aku cintai sampai sekarang”Ciiiittt….Tanpa sengaja Bima menginjak rem hingga mobil yang dikendarainya berhenti mendadak, tentu saja Rafael mengomel atas keteledoran Bima.“Maaf gak sengaja, aku terkejut mendengar omonganmu, jadi dia wanita yang selama ini
Kehebohan terjadi di kediaman Mario, baik Rianti maupun Elisa anak gadisnya yang selama ini selalu mengandalkan Airin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sejak kepergian Airin mereka harus mengerjakannya sendiri.Tubuh Rianti yang semakin tua tidak memungkinkan baginya untuk melakukan seluruh pekerjaan rumahnya, sedangkan Elisa anaknya yang sedari dulu tidak dibiasakan untuk membantu pekerjaan rumah tentu saja ogah – ogahan, dasar pemalas !.Saat ini Rianti hendak menikmati mie rebus yang baru saja dibuatnya untuk sarapan, namun baru saja hendak menyuapkan tiba – tiba“Bu, bajuku dicucikan dong bu!”“Cuci saja sendiri sana ! tinggal masuk ke dalam mesin cuci kasih air dan detergen masak kamu tidak bisa sih,” omel Rianti“Perutku sakit, gak kuat jika tidak segera ke kamar mandi, ibu saja gih sana!”.Mau tidak mau Riantipun mengambil baju warna merah yang sudah ditinggalkan begitu saja di kursi, Rianti memasukkannya ke dalam mesin cuci bersamaan dengan pakaian lain , membuka kra
Rafael menarik salah satu kursi dan duduk di dekat Airin , Airin yang merasa tidak nyaman tentu saja malah memundurkan kursinya agar tidak terlalu berdekatan dengan Rafael, bagaimanapun juga disini Airin hanya lah staff.Namun Airin tidak bisa memungkiri jika saat berdekatan dengan Rafael detak jantungnya terasa bergerak lebih cepat dari biasanya. Hal yang sama saat dulu dia masih berstatus pacar Rafael.‘Ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak mau jadi pelakor dalam rumah tangga mas Rafa, aku tahu bagaimana sakitnya jika rumah tangga kita diusik oleh pelakor.’ “Rin, kamu bisa rasakan ini ?” dengan spontan Rafael menarik tangan Airin dan meletakkannya di dadanya . “Kamu bisa merasakan getarannya ? getaran ini masih sama seperti dulu setiap aku berdekatan denganmu.”Rafael terus membawa tangan Airin menyentuh dadanya namun anehnya kenapa justru Airin sama sekali tidak memprotes perbuatan Rafael.“Jantungku selalu tidak aman jika berada di dekatmu, dan hanya bersamamu aku merasakan ini, te
Kruk kruk terdengar bunyi dari perut Airin yang keluar begitu saja tanpa bisa dia cegah,jangan ditanya bagaimana raut wajah Airin saat ini, andai Airin bisa bercermin pasti akan melihat rona kemerahan yang tergambar dengan jelas di wajah yang selalu cantik di mata Rafael itu.Jelas Airin merasa malu dihadapan pimpinannya perutnya berbunyi tanda jika perutnya sedang berontak minta diisi.Sejenak Airin melihat jam tangannya astaga sudah pukul 2 siang jelas saja perutnya keroncongan, jika Airin hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan malu justru Rafael melengkugkan bibirnya ke atas membentuk senyuman.“Maaf sudah membuatmu lapar, ayo kita makan siang bersama , nanti disana aku akan menunjukkan bukti jika memang aku belum pernah menikah.”Rafael mengulurkan tangannya ke arah Airin “ Airin, tolong temani aku makan siang , kamu tidak keberatan kan ?” ulang Rafael lirihEntahlah Airin hanya menurut
“Kamu... mau apa kesini hah!” bentak Marsha pada Airin wanita yang sangat tidak disukainya. Marsha segera masuk dengan badan yang dengan sengaja dia senggolkan dengan keras ke tubuh Airin hingga wanita itupun sedikit terhuyung. Rafael yang melihatnya hanya bisa menahan kesalnya.“Duduklah disitu !” titah Rafael pada Marsha yang hendak duduk di sampingnya, Rafael memilihkan kursi yang berada di depannya dan dengan sengaja memindahkan minuman Airin ke kursi yang berada di sebelahnya, mengeluarkan kursi itu serta mempersilahkan Airin untuk duduk.“Silahkan duduk , Rin,” ucap Rafael dengan nada lembut berbeda dengan nada yang dia ucapkan pada Marsha.Airin hanya bisa menurut meski hatinya ada rasa tidak nyaman karena kursinya justru berhadapan dengan Marsha, Airin tidak tahu saja jika Marsha sedang mengepalkan tangannya dari balik meja hingga kuku jarinya tampak memutih tanda bahwa dia dalam mode kesal yang teramat sangat.
Airin hanya diam terpaku demi mendengar pernyataan Rafael yang begitu mengejutkannya.“Rin, kenapa diam ?” tanya Rafael gemas melihat ekpresi wanita di sampingnya itu, dalam ekpresi seperti itu di mata Rafael Airin sungguh begitu menggemaskan.Bahagia rasanya Rafael saat mendapat informasi dari Satya orang suruhannya yang sedari tadi sudah diberikan tugas untuk mencari tahu tentang Airin.Satya bahkan memberikan informasi secara lengkap tentang kehidupan Airin tanpa satupun yang terlewat, jika boleh jujur Rafael sangat geram bagaimana suami dan keluarganya memperlakukan Airin dengan sangat tidak baik selama ini. Status Airin yang sedang otewe menjadi jandapun Satya juga menyampaikannya kepada Rafael, itulah mengapa Rafael seketika mengajukan lamaran kepada calon janda cantik ini.“Ak…aku wanita bersuami,” jawab Airin lirih namun cukup terdengar jelas di telinga Rafael.“Ya kamu benar, saat ini memang kamu wanita