Share

Bab 3 Diusir dari rumah mertua

Melihat kengototan suaminya Airin tidak bisa berbuat apa – apa , sisi hatinya yang lain dia menyayangkan jika rumah tangganya harus berakhir dengan perceraian, namun disisi lain apa dia akan mampu terus – menerus hidup dalam situasi seperti ini, di manfaatkan kemudian di duakan, sama – sama tidak enak.

“Boleh aku melihat berkas yang kamu maksud ?”

“Aku ambil dulu,” Mario segera menarik nakas yang ada diranjangnya kemudian menyerahkan map berwarna biru yang diambil dari nakas itu kemudian menyerahkannya kepada Airin, “Kamu baca dulu dan kamu bisa menambahkan jika memang ingin menambahkan syarat – syarat yang sudah di sebutkan di berkas itu,” Mario segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sesaat setelah melihat istrinya membaca setiap kalimat yang dia sudah susun dalam perjanjian persetujuan perceraian mereka.

 “Kamu menambahkan apa ?,” tanya Mario sekeluarnya dari kamar mandi dan  mendapati istrinya sedang menuliskan sesuatu.

 “Hanya menambahkan  sedikit kok, nih sudah aku tandatangani surat persetujuan untuk kita bercerai, aku setuju dengan semua yang sudah kamu tuliskan, termasuk aku tidak akan menghambat jalannya proses perceraian kita nanti ,  aku hanya menambahkan satu hal saja semua biaya perceraian ini seluruhnya ditanggung oleh pihak pertama” ucap Airin lancar dan menyerahkan berkas itu kembali kepada suaminya, sebisa mungkin Airin menahan agar airmatanya tidak jatuh apalagi dihadapan pria yang saat ini menjadi pria brengsek di matanya.

“Tapi bagaimana  bisa biaya…”

“Stop mas” potong Airin “ Mari kita bersikap adil, ada 4 syarat yang kamu ajukan dan aku setuju , sedang aku hanya meminta satu syarat saja kenapa kamu malah protes?.”

Airin kembali duduk di kursi meja riasnya setelah sempat berdiri sebentar saat menyerahkan kembali berkas yang diminta oleh suaminya.

“ Aku sudah setuju tidak meminta harta gono gini,setuju tidak akan mempersulit proses perceraian ini, setuju untuk meninggalkan rumah ini setelah status kita diputuskan oleh pengadilan, termasuk aku juga setuju selama kita masih dalam proses perceraian kita mengurusi diri sendiri dan  tidak perlu saling mencampuri urusan masing – masing itu artinya setelah ini keperluan ibu dan adik kamu bukan urusanku lagi kan ? nah aku sudah setujui 4 hal itu, trus apa alasan kamu keberatan dengan syarat yang ku minta?  ingat mas aku hanya meminta satu bukan empat,” Airin menunjukkan angka 4 dengan menggunakan ke empat jarinya.

Mario tampak terdiam demi mendengar ucapan calon mantan istrinya yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya.

Dalam bayangan Mario pasti Airin akan menangis dan memohon – mohon untuk tidak diceraikan dan Airin bersedia melakukan  apa saja asal tidak diceraikan olehnya, kenapa malah sikap Airin menjadi seperti ini sih, ini jelas bukan Airin, apa jangan – jangan dia kesurupan karena kaget hendak aku ceraikan gerutu Mario dalam hati.

“Bagaimana mas ? ayo cepat tandatangani atau jangan – jangan kamu yang takut bercerai sama aku ya ?” tebak Airin sengaja agar memancing Mario untuk segera menandatangani berkas itu.

“Ok aku juga tidak keberatan. “

“Nah bagus itu ,ayo tanda tangannya mana dong ,” desak Airin.

Mario yang tampak kesal segera membubuhkan tandatangannya di berkas  persetujuan perceraian dan tak lupa dia juga memberikan paraf di bagian yang ditambahkan oleh Airin.

Keesokan harinya Rianti tampak ngomel – ngomel saat mendapati meja makan tampak kosong, tidak ada makanan yang tersaji, hal yang sangat aneh di mata Rianti, apalagi saat mendapati menantunya malah tampak tenang menyeruput teh semakin membuat Rianti semakin kesal saja.

“Kamu gak masak pagi ini, Rin ?” tanya Rianti seraya duduk di depan Airin “Teh buat yang lain mana ?”

“Maaf bu, aku hanya membuat segelas, kalau ibu mau sudah aku siapkan air panas di termos kok tadi”

Brak… pukulan tangan Rianti pada meja makan tentu saja mengejutkan Airin yang untung saja sudah selesai menyeruput tehnya hingga tidak sampai menyemburkan kembali

“Kurang ajar ya kamu sekarang , kamu lupa kalau kamu itu numpang disini jadi jangan berbuat seenak kamu sendiri, siapkan sarapan sekarang ! “

“Maaf bu , mulai sekarang aku tidak bisa lagi menyiapkan semuanya, jika ibu ingin tahu alasannya silahkan ibu bertanya sama anak lelaki ibu”

“Hei mau kemana kamu ? aku belum selesai bicara, kembali kesini!” titah Rianti saat mendapati Airin malah meninggalkan kursinya.

Namun Airin tetap meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan lagi perintah ibu mertuanya yang  selama ini suka semena – mena terhadap dirinya.

Airin masuk kembali ke kamarnya untuk bersiap – siap berangkat ke kantor, di dapatinya di dalam kamar suaminyapun juga sedang memakai kemejanya.

“Mario, lihat istri kamu kurang ajar sekali sama ibu” ujar Rianti yang tampaknya menyusul ke dalam kamar anaknya, tentu saja omongan ibunya membuat Mario tampak murka terhadap istrinya

“Apa yang sudah kamu lakukan sama ibu ?”

“Aku tidak melakukan apa – apa mas”

“Bohong ! tidak mungkin ibu semarah ini jika kamu tidak melakukan hal yang membuatnya marah” tuduh Mario  tanpa mau mencari tahu apa penyebabnya.

“Aku memang tidak melakukan apapun mas, aku hanya…”

“Lebih baik kamu usir wanita ini dari sini  !  bukankah kalian sudah menandatangani surat kesepakatan perceraian ? jika dia lama – lama disini penyakit darah tinggi ibu bisa kambuh kembali Mario” Riantipun menambahkan cerita – cerita yang sudah dia bumbui hingga membuat wajah Mario tampak merah padam tanda  bahwa dia sedang menahan emosi.

 “Kemasi barangmu dan pergilah !”

“Mas..”

“Pergilah  ! sejak kita menandatangi surat kesepakatan perceraian kamu sudah tidak berhak tinggal di sini lagi karena diantara kita sudah tidak ada ikatan apapun, segeralah berkemas ! sebelum aku sendiri yang mengeluarkan barang – barangmu”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status