Melihat kengototan suaminya Airin tidak bisa berbuat apa – apa , sisi hatinya yang lain dia menyayangkan jika rumah tangganya harus berakhir dengan perceraian, namun disisi lain apa dia akan mampu terus – menerus hidup dalam situasi seperti ini, di manfaatkan kemudian di duakan, sama – sama tidak enak.
“Boleh aku melihat berkas yang kamu maksud ?”
“Aku ambil dulu,” Mario segera menarik nakas yang ada diranjangnya kemudian menyerahkan map berwarna biru yang diambil dari nakas itu kemudian menyerahkannya kepada Airin, “Kamu baca dulu dan kamu bisa menambahkan jika memang ingin menambahkan syarat – syarat yang sudah di sebutkan di berkas itu,” Mario segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sesaat setelah melihat istrinya membaca setiap kalimat yang dia sudah susun dalam perjanjian persetujuan perceraian mereka.
“Kamu menambahkan apa ?,” tanya Mario sekeluarnya dari kamar mandi dan mendapati istrinya sedang menuliskan sesuatu.
“Hanya menambahkan sedikit kok, nih sudah aku tandatangani surat persetujuan untuk kita bercerai, aku setuju dengan semua yang sudah kamu tuliskan, termasuk aku tidak akan menghambat jalannya proses perceraian kita nanti , aku hanya menambahkan satu hal saja semua biaya perceraian ini seluruhnya ditanggung oleh pihak pertama” ucap Airin lancar dan menyerahkan berkas itu kembali kepada suaminya, sebisa mungkin Airin menahan agar airmatanya tidak jatuh apalagi dihadapan pria yang saat ini menjadi pria brengsek di matanya.
“Tapi bagaimana bisa biaya…”
“Stop mas” potong Airin “ Mari kita bersikap adil, ada 4 syarat yang kamu ajukan dan aku setuju , sedang aku hanya meminta satu syarat saja kenapa kamu malah protes?.”
Airin kembali duduk di kursi meja riasnya setelah sempat berdiri sebentar saat menyerahkan kembali berkas yang diminta oleh suaminya.
“ Aku sudah setuju tidak meminta harta gono gini,setuju tidak akan mempersulit proses perceraian ini, setuju untuk meninggalkan rumah ini setelah status kita diputuskan oleh pengadilan, termasuk aku juga setuju selama kita masih dalam proses perceraian kita mengurusi diri sendiri dan tidak perlu saling mencampuri urusan masing – masing itu artinya setelah ini keperluan ibu dan adik kamu bukan urusanku lagi kan ? nah aku sudah setujui 4 hal itu, trus apa alasan kamu keberatan dengan syarat yang ku minta? ingat mas aku hanya meminta satu bukan empat,” Airin menunjukkan angka 4 dengan menggunakan ke empat jarinya.
Mario tampak terdiam demi mendengar ucapan calon mantan istrinya yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya.
Dalam bayangan Mario pasti Airin akan menangis dan memohon – mohon untuk tidak diceraikan dan Airin bersedia melakukan apa saja asal tidak diceraikan olehnya, kenapa malah sikap Airin menjadi seperti ini sih, ini jelas bukan Airin, apa jangan – jangan dia kesurupan karena kaget hendak aku ceraikan gerutu Mario dalam hati.
“Bagaimana mas ? ayo cepat tandatangani atau jangan – jangan kamu yang takut bercerai sama aku ya ?” tebak Airin sengaja agar memancing Mario untuk segera menandatangani berkas itu.
“Ok aku juga tidak keberatan. “
“Nah bagus itu ,ayo tanda tangannya mana dong ,” desak Airin.
Mario yang tampak kesal segera membubuhkan tandatangannya di berkas persetujuan perceraian dan tak lupa dia juga memberikan paraf di bagian yang ditambahkan oleh Airin.
Keesokan harinya Rianti tampak ngomel – ngomel saat mendapati meja makan tampak kosong, tidak ada makanan yang tersaji, hal yang sangat aneh di mata Rianti, apalagi saat mendapati menantunya malah tampak tenang menyeruput teh semakin membuat Rianti semakin kesal saja.
“Kamu gak masak pagi ini, Rin ?” tanya Rianti seraya duduk di depan Airin “Teh buat yang lain mana ?”
“Maaf bu, aku hanya membuat segelas, kalau ibu mau sudah aku siapkan air panas di termos kok tadi”
Brak… pukulan tangan Rianti pada meja makan tentu saja mengejutkan Airin yang untung saja sudah selesai menyeruput tehnya hingga tidak sampai menyemburkan kembali
“Kurang ajar ya kamu sekarang , kamu lupa kalau kamu itu numpang disini jadi jangan berbuat seenak kamu sendiri, siapkan sarapan sekarang ! “
“Maaf bu , mulai sekarang aku tidak bisa lagi menyiapkan semuanya, jika ibu ingin tahu alasannya silahkan ibu bertanya sama anak lelaki ibu”
“Hei mau kemana kamu ? aku belum selesai bicara, kembali kesini!” titah Rianti saat mendapati Airin malah meninggalkan kursinya.
Namun Airin tetap meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan lagi perintah ibu mertuanya yang selama ini suka semena – mena terhadap dirinya.
Airin masuk kembali ke kamarnya untuk bersiap – siap berangkat ke kantor, di dapatinya di dalam kamar suaminyapun juga sedang memakai kemejanya.
“Mario, lihat istri kamu kurang ajar sekali sama ibu” ujar Rianti yang tampaknya menyusul ke dalam kamar anaknya, tentu saja omongan ibunya membuat Mario tampak murka terhadap istrinya
“Apa yang sudah kamu lakukan sama ibu ?”
“Aku tidak melakukan apa – apa mas”
“Bohong ! tidak mungkin ibu semarah ini jika kamu tidak melakukan hal yang membuatnya marah” tuduh Mario tanpa mau mencari tahu apa penyebabnya.
“Aku memang tidak melakukan apapun mas, aku hanya…”
“Lebih baik kamu usir wanita ini dari sini ! bukankah kalian sudah menandatangani surat kesepakatan perceraian ? jika dia lama – lama disini penyakit darah tinggi ibu bisa kambuh kembali Mario” Riantipun menambahkan cerita – cerita yang sudah dia bumbui hingga membuat wajah Mario tampak merah padam tanda bahwa dia sedang menahan emosi.
“Kemasi barangmu dan pergilah !”
“Mas..”
“Pergilah ! sejak kita menandatangi surat kesepakatan perceraian kamu sudah tidak berhak tinggal di sini lagi karena diantara kita sudah tidak ada ikatan apapun, segeralah berkemas ! sebelum aku sendiri yang mengeluarkan barang – barangmu”
10 tahun kemudianTampak remaja tampan sedang menggandeng gadis yang juga tak kala cantik, mereka baru saja keluar dari mobil yang mengantarnya ke sekolah.“Hati – hati kak El adik Oliv” ucap Amar kala mendapati anak majikannya itu sudah keluar dari mobilnya.“Makasih sudah diantarkan, uncle Amar hati – hati juga jangan ngebut nanti aku bilang ke daddy kalau ngebut.”“Beres adik Oliv, kalian jangan lupa belajar yang rajin.”Setelah keduanya masuk ke dalam pintu gerbang Amarpun segera berlalu meninggalkan sekolah internasional di depannya, saat ini Eliezer sudah duduk di bangku SMA sementara adiknya duduk di bangku SMP keduanya bersekolah di tempat yang sama.Selama kurun waktu 10 tahun banyak hal terjadi dalam kehidupan rumah tangga Airin dan Rafael. Mereka sungguh beruntung memiliki anak yang penurut, mereka saat ini tinggal di kediaman pribadi Rafael yang tidak jauh dari rumah Bramantyo
Demi tidak mendapatkan respon dari istrinya Rafaelpun mengikuti arah pandang Airin dan dilihatnya dari kejauhan ada Marsha datang bersama dengan mamanya.“Kamu jadi cemberut karena Marsha ya?”“Gak usah aneh – aneh ya mas!” ancam Airin kala mendapati Rafael terkekeh sesaat setelah menyebut nama wanita lain di hadapan istrinya.“Gak usah manyun begitu, ayo kita kesana.”“Mas..”“Sstt..” Rafael meletakkan jarinya di ujung bibir istrinya agar Airin terdiam. Rafael segera merangkul pinggang langsing istrinya serta membawanya menemui Marsha.“Nak Rafael..” sapa Dahlia yang terlebih dahulu melihat kedatangan Rafael bersama Airin. Wajah Airin yang awalnya jutek dan tidak enak di lihat tampak tersenyum di hadapan Dahlia dan Marsha, keduanya pun segera mengulurkan tangannya untuk menyambut kedatangan Marsha.“Kamu makin seger saja nak Rafael, semakin hari semak
Sore hari kala waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang Dani yang selepas menjemput keluarga kakaknya di bandara Abdulrahman Saleh segera menuju ke kota Batu tempat dimana Yohana menginap di rumah bibinya.Yohana gadis asli Surabaya itu sehari sebelum ke rumah Dani sengaja ke rumah bibinya dulu. Dia tidak mau menginap ke rumah Dani karena belum memiliki ikatan apapun.“Semoga perjalanan kalian lancar.” Pesan bibi Yohana saat melepas keponakannya serta Dani untuk menuju kota Malang.“Terima kasih bibi, kami permisi.” Ucap Dani sembari mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.Mengingat jika weekend banyak yang menuju kota Batu maka perjalanan Dani serta Yohana membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk bisa sampai di kediaman Ningsih.Di tempat ini para pria dan wanita sudah selesai membersihkan diri, kaum wanita pun juga siap menyambut tamu mereka, hanya Olivia yang masih tertidur di pangkuan daddynya, balita ini tampaknya
Satya saat ini sudah berada di hadapan kedua orang tuan Anjani, Satya menyatakan keinginannya untuk menjalin hubungan serius dengan Anjani.Intensnya komunikasi diantara keduanya yang sama – sama menjadi pengawal keluarga Rafael membuat hubungan cinta monyet mereka bersemi kembali.Jelas saja Satya maupun Anjani merasa lega karena restu sudah mereka dapatkan dari orang tua kedua belah pihak.Apalagi ternyata ibu Satya adalah sahabat ibunya Anjani kala mereka masih duduk di bangku sekolah.“Ibu tidak menyangka jika kita akan berbesan dengan Hastuti,” ucap Yayuk ibu kandung Anjani saat bervideo call dengan calon besannya itu.Satya menceritakan tentang asal usul keluarganya kepada pak Arif dan ibu Yayuk akhirnya dari situ mereka tahu tentang Hastuti.Restu sudah di dapat oleh calon pasangan suami istri ini, kali ini keduanya menghabiskan waktu dengan berjalan –jalan di mall di kota Semarang tempat Anjani tinggal.
Hari ini tampak keluarga Rafael sedang berkemas – kemas untuk pulang kampung , rencananya mereka akan berangkat besok pagi menggunakan pesawat pribadi demi kenyamanan Olivia dan Eliezer yang sama – sama tidak bisa diam.“Sudah selesai, sekarang tinggal bersiap – siap ke acaranya Kamila.” Tanpa sadar Airin berbicara sendiri.Ya selepas mengantarkan suaminya sampai teras rumah, Airin segera masuk kembali ke kamarnya untuk beres – beres perlengkapan mereka. Membawa dua anak tentu bekal pakaian Airin jauh lebih banyak dari sebelumnya meski mereka hanya menginap 2 hari disana.Saat baru saja selesai berdandan ponsel Airin berbunyi ada nama Desi disana sedang memanggil dirinya.“Sudah siap belum nyonya.” Terdengar suara canda Desi dari seberang sana.“Apaan sih kamu ini,Des.”“Idih jangan suka ngambek ntar kecantikannya berkurang tahu rasa loe.”“Gampang kal
“Beneran bun Dani mau mengenalkan calon istrinya ?” terdengar suara Airin kala sedang berkomunikasi dengan bundanya mau tidak mau membuat Rafael yang baru saja selesai mandi segera mendekat ke a rah istrinya meski hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya.“Dani beneran mau mengenalkan calon istrinya sayang ?”“Iya sabtu besuk Dani mengajaknya bertemu bunda.”“Puji Tuhan akhirnya Dani laku juga he he , siapa calon adik ipar aku ?”Airin hanya mengangkat kedua bahunya saja tanda dia memang tidak tahu, namun Ningsih yang mendengar pertanyaan dari menantunya segera menjawab pertanyaan Rafael. Airin memang mengaktifkan mode loudspeaker saat berkomunikasi dengan sang bunda sembari dia menyiapkan pakaian kerja suaminya.“Jadi kisah kakak terulang pada adiknya, sekretaris yang menikah dengan pimpinannya sendiri ceritanya nih bun.” Omongan Airin tentu saja membuat Rafael tersenyum