Share

Bab 6 Percakapan Rafael dengan Airin

Kehebohan terjadi di kediaman Mario, baik Rianti maupun Elisa anak gadisnya yang selama ini selalu mengandalkan Airin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sejak kepergian Airin mereka harus mengerjakannya sendiri.

Tubuh Rianti yang semakin tua tidak memungkinkan baginya untuk melakukan seluruh pekerjaan rumahnya, sedangkan Elisa anaknya yang sedari dulu tidak dibiasakan untuk membantu pekerjaan rumah tentu saja ogah – ogahan, dasar pemalas !.

Saat ini Rianti hendak menikmati mie rebus yang baru saja dibuatnya untuk sarapan, namun baru saja hendak menyuapkan tiba – tiba

“Bu, bajuku dicucikan dong bu!”

“Cuci saja sendiri sana ! tinggal masuk ke dalam mesin cuci kasih  air dan detergen masak kamu tidak bisa sih,” omel Rianti

“Perutku sakit, gak kuat jika tidak segera ke kamar mandi, ibu saja gih sana!”.

Mau tidak mau Riantipun mengambil baju warna merah yang sudah ditinggalkan begitu saja di kursi, Rianti memasukkannya ke dalam mesin cuci bersamaan dengan pakaian lain , membuka kran ,setelah dirasa air sudah cukup tak lupa Rianti memasukkan detergen di dalamnya, memutar mesin cuci itu kemudian kembali duduk di meja makan untuk menikmati sarapannya.

“Gara – gara Elisa, mie ku jadi mengembang seperti ini, kuahnya tersesap  ah sudahlah mau bagaimana lagi daripada perutku lapar, semua ini gara – gara Airin menantu sialan itu”.

Baru saja dua suapan mie itu masuk ke mulut Rianti , kembali terdengar teriakan Elisa

“Ibuuuuuu, kenapa jadi begini sih”

“Apa lagi si Lis ? jangan membuat ibu kaget karena teriakanmu !”.

“Lihat sini bu, air nya berwarna merah semua kena luntur, ibu ini bagaimana sih” rutuk Elisa kesal

Rianti yang penasaran meninggalkan lagi sarapannya gegas menuju ke tempat anaknya , benar saja air di dalam mesin cuci menjadi merah terkena pakaian baru Elisa yang tadi dimasukkan sekalian ke mesin cuci.

“Kenapa bisa jadi begini, ini pasti karena baju kamu yang luntur, kamu sih “.

“Kok aku sih bu, mana aku tahu kalau bajuku luntur itu juga baju baru” protes Elisa tidak terima “Kalau kak Mario ngomel karena bajunya seperti ini ibu yang tanggungjawab!”.

==

Saat ini Rafael sedang berada di ruang meeting bersama Airin yang baru saja masuk, sedang Bima sudah diminta untuk meninggalkannya karena Rafael hanya ingin berbicara berdua saja dengan Airin. Mau tidak mau Bima pun berkeliling ke ruangan beberapa staff di dampingi Handoko sembari Bima mencari tahu tentang Airin di kantor ini sesuai dengan intruksi Rafael.

“Kamu apa kabar , Rin ?” tanya Rafael saat mereka sudah duduk berhadapan.

“Baik pak” tersungging senyuman di bibir Rafael saat mendengar kalimat Airin yang terkesan kaku terlebih Airin hanya melihat ke bawah tanpa mau menatap wajah Rafael.

“Mohon maaf pak, ada hal apa sehingga bapak memanggil saya?”

Bukannya langsung  menjawab Rafael malah beranjak dari kursinya , mendekat ke kursi Airin seraya menyadarkan pantatnya di meja tak lupa kedua tangannya bersidekap di depan dadanya. Di lihatnya wajah wanita yang bagi Rafael semakin cantik di matanya.

“Bicaramu formal sekali , seperti tidak pernah mengenalku saja”.

“Bapak atasan saya”.

“Lihatlah kearahku Airin ! sedari tadi kamu menunduk, apa ada hal yang jauh lebih menarik dibawah sana hmm ?”.

Airin akhirnya mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap wajah Rafael, laki – laki yang seiring bertambahnya usia semakin tampan, postur tubuhnya masih tetap terjaga sama seperti saat dulu Airin mengenalnya.

Saat kedua mata mereka saling bertatapan tidak ada satupun diantara mereka berinisiatif untuk memulai bicara, tidak ada yang tahu siapa yang memulainya namun sepertinya mereka berbicara lewat sorot mata yang hanya mereka berdua yang tahu.

Tok Tok suara ketukan pintu membuat keduanya mau tidak mau memutus pandangan mereka hingga muncul kepala Bima dari balik pintu.

“Masih lama ?”

“Kenapa ?” Rafael bukannya menjawab malah balik bertanya.

“Aku mau keluar dulu bersama pak Handoko” pamit Bima.

“Ya sudah keluarlah, nanti aku hubungi jika sudah selesai atau kamu bisa pergi pakai mobil pak Handoko saja” titah Rafael seraya memberikan kode dengan matanya ke arah Bima yang mau tidak mau harus menuruti keinginan atasannya.

“Tutup kembali pintunya Bima !” ujar Rafael saat mendapati asistennya itu pergi tanpa menutup kembali pintu ruang meeting.

“Jika bapak sedang sibuk …”

“Aku tidak sibuk, Rin," potong Rafael cepat.

Airin tidak jadi melanjutkan kalimatnya , dia kembali terdiam tanpa tahu harus apa lagi, suasana sangat kikuk  ‘Ah kenapa aku bisa bekerja di tempatnya, aku sama sekali tidak menyangka jika mas Rafael anak dari pak Bram, bodohnya aku’ rutuk Airin dalam hatinya

Ya saat melamar pekerjaan di Dirgantara group dulu, Airin sama sekali tidak berfikir jika tempat ini milik keluarga dari kekasihnya, apalagi sikap Rafael saat menjadi mahasiswa sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia anak seorang konglomerat, justru Rafael menjadi mahasiswa supel hingga disukai banyak temannya terlebih kaum hawa.

“Kenapa kamu tidak menungguku malah menikah dengan orang lain, Rin ?” pertanyaan Rafael tentu saja membuat Airin heran ‘Gak salah ? bukannya kamu yang malah meninggalkanku dan menikah dengan orang lain ?’

“Apa kamu lupa pesanku waktu itu jika aku akan kembali untukmu Airin Amelia Hidayat ?”.

“Apa yang harus aku tunggu dari pria yang malah menikahi wanita lain pak Rafael ?” tanya Airin yang membuat Rafael terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status