Kehebohan terjadi di kediaman Mario, baik Rianti maupun Elisa anak gadisnya yang selama ini selalu mengandalkan Airin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sejak kepergian Airin mereka harus mengerjakannya sendiri.
Tubuh Rianti yang semakin tua tidak memungkinkan baginya untuk melakukan seluruh pekerjaan rumahnya, sedangkan Elisa anaknya yang sedari dulu tidak dibiasakan untuk membantu pekerjaan rumah tentu saja ogah – ogahan, dasar pemalas !.
Saat ini Rianti hendak menikmati mie rebus yang baru saja dibuatnya untuk sarapan, namun baru saja hendak menyuapkan tiba – tiba
“Bu, bajuku dicucikan dong bu!”
“Cuci saja sendiri sana ! tinggal masuk ke dalam mesin cuci kasih air dan detergen masak kamu tidak bisa sih,” omel Rianti
“Perutku sakit, gak kuat jika tidak segera ke kamar mandi, ibu saja gih sana!”.
Mau tidak mau Riantipun mengambil baju warna merah yang sudah ditinggalkan begitu saja di kursi, Rianti memasukkannya ke dalam mesin cuci bersamaan dengan pakaian lain , membuka kran ,setelah dirasa air sudah cukup tak lupa Rianti memasukkan detergen di dalamnya, memutar mesin cuci itu kemudian kembali duduk di meja makan untuk menikmati sarapannya.
“Gara – gara Elisa, mie ku jadi mengembang seperti ini, kuahnya tersesap ah sudahlah mau bagaimana lagi daripada perutku lapar, semua ini gara – gara Airin menantu sialan itu”.
Baru saja dua suapan mie itu masuk ke mulut Rianti , kembali terdengar teriakan Elisa
“Ibuuuuuu, kenapa jadi begini sih”
“Apa lagi si Lis ? jangan membuat ibu kaget karena teriakanmu !”.
“Lihat sini bu, air nya berwarna merah semua kena luntur, ibu ini bagaimana sih” rutuk Elisa kesal
Rianti yang penasaran meninggalkan lagi sarapannya gegas menuju ke tempat anaknya , benar saja air di dalam mesin cuci menjadi merah terkena pakaian baru Elisa yang tadi dimasukkan sekalian ke mesin cuci.
“Kenapa bisa jadi begini, ini pasti karena baju kamu yang luntur, kamu sih “.
“Kok aku sih bu, mana aku tahu kalau bajuku luntur itu juga baju baru” protes Elisa tidak terima “Kalau kak Mario ngomel karena bajunya seperti ini ibu yang tanggungjawab!”.
==
Saat ini Rafael sedang berada di ruang meeting bersama Airin yang baru saja masuk, sedang Bima sudah diminta untuk meninggalkannya karena Rafael hanya ingin berbicara berdua saja dengan Airin. Mau tidak mau Bima pun berkeliling ke ruangan beberapa staff di dampingi Handoko sembari Bima mencari tahu tentang Airin di kantor ini sesuai dengan intruksi Rafael.
“Kamu apa kabar , Rin ?” tanya Rafael saat mereka sudah duduk berhadapan.
“Baik pak” tersungging senyuman di bibir Rafael saat mendengar kalimat Airin yang terkesan kaku terlebih Airin hanya melihat ke bawah tanpa mau menatap wajah Rafael.
“Mohon maaf pak, ada hal apa sehingga bapak memanggil saya?”
Bukannya langsung menjawab Rafael malah beranjak dari kursinya , mendekat ke kursi Airin seraya menyadarkan pantatnya di meja tak lupa kedua tangannya bersidekap di depan dadanya. Di lihatnya wajah wanita yang bagi Rafael semakin cantik di matanya.
“Bicaramu formal sekali , seperti tidak pernah mengenalku saja”.
“Bapak atasan saya”.
“Lihatlah kearahku Airin ! sedari tadi kamu menunduk, apa ada hal yang jauh lebih menarik dibawah sana hmm ?”.
Airin akhirnya mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap wajah Rafael, laki – laki yang seiring bertambahnya usia semakin tampan, postur tubuhnya masih tetap terjaga sama seperti saat dulu Airin mengenalnya.
Saat kedua mata mereka saling bertatapan tidak ada satupun diantara mereka berinisiatif untuk memulai bicara, tidak ada yang tahu siapa yang memulainya namun sepertinya mereka berbicara lewat sorot mata yang hanya mereka berdua yang tahu.
Tok Tok suara ketukan pintu membuat keduanya mau tidak mau memutus pandangan mereka hingga muncul kepala Bima dari balik pintu.
“Masih lama ?”
“Kenapa ?” Rafael bukannya menjawab malah balik bertanya.
“Aku mau keluar dulu bersama pak Handoko” pamit Bima.
“Ya sudah keluarlah, nanti aku hubungi jika sudah selesai atau kamu bisa pergi pakai mobil pak Handoko saja” titah Rafael seraya memberikan kode dengan matanya ke arah Bima yang mau tidak mau harus menuruti keinginan atasannya.
“Tutup kembali pintunya Bima !” ujar Rafael saat mendapati asistennya itu pergi tanpa menutup kembali pintu ruang meeting.
“Jika bapak sedang sibuk …”
“Aku tidak sibuk, Rin," potong Rafael cepat.
Airin tidak jadi melanjutkan kalimatnya , dia kembali terdiam tanpa tahu harus apa lagi, suasana sangat kikuk ‘Ah kenapa aku bisa bekerja di tempatnya, aku sama sekali tidak menyangka jika mas Rafael anak dari pak Bram, bodohnya aku’ rutuk Airin dalam hatinya
Ya saat melamar pekerjaan di Dirgantara group dulu, Airin sama sekali tidak berfikir jika tempat ini milik keluarga dari kekasihnya, apalagi sikap Rafael saat menjadi mahasiswa sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia anak seorang konglomerat, justru Rafael menjadi mahasiswa supel hingga disukai banyak temannya terlebih kaum hawa.
“Kenapa kamu tidak menungguku malah menikah dengan orang lain, Rin ?” pertanyaan Rafael tentu saja membuat Airin heran ‘Gak salah ? bukannya kamu yang malah meninggalkanku dan menikah dengan orang lain ?’
“Apa kamu lupa pesanku waktu itu jika aku akan kembali untukmu Airin Amelia Hidayat ?”.
“Apa yang harus aku tunggu dari pria yang malah menikahi wanita lain pak Rafael ?” tanya Airin yang membuat Rafael terkejut.
10 tahun kemudianTampak remaja tampan sedang menggandeng gadis yang juga tak kala cantik, mereka baru saja keluar dari mobil yang mengantarnya ke sekolah.“Hati – hati kak El adik Oliv” ucap Amar kala mendapati anak majikannya itu sudah keluar dari mobilnya.“Makasih sudah diantarkan, uncle Amar hati – hati juga jangan ngebut nanti aku bilang ke daddy kalau ngebut.”“Beres adik Oliv, kalian jangan lupa belajar yang rajin.”Setelah keduanya masuk ke dalam pintu gerbang Amarpun segera berlalu meninggalkan sekolah internasional di depannya, saat ini Eliezer sudah duduk di bangku SMA sementara adiknya duduk di bangku SMP keduanya bersekolah di tempat yang sama.Selama kurun waktu 10 tahun banyak hal terjadi dalam kehidupan rumah tangga Airin dan Rafael. Mereka sungguh beruntung memiliki anak yang penurut, mereka saat ini tinggal di kediaman pribadi Rafael yang tidak jauh dari rumah Bramantyo
Demi tidak mendapatkan respon dari istrinya Rafaelpun mengikuti arah pandang Airin dan dilihatnya dari kejauhan ada Marsha datang bersama dengan mamanya.“Kamu jadi cemberut karena Marsha ya?”“Gak usah aneh – aneh ya mas!” ancam Airin kala mendapati Rafael terkekeh sesaat setelah menyebut nama wanita lain di hadapan istrinya.“Gak usah manyun begitu, ayo kita kesana.”“Mas..”“Sstt..” Rafael meletakkan jarinya di ujung bibir istrinya agar Airin terdiam. Rafael segera merangkul pinggang langsing istrinya serta membawanya menemui Marsha.“Nak Rafael..” sapa Dahlia yang terlebih dahulu melihat kedatangan Rafael bersama Airin. Wajah Airin yang awalnya jutek dan tidak enak di lihat tampak tersenyum di hadapan Dahlia dan Marsha, keduanya pun segera mengulurkan tangannya untuk menyambut kedatangan Marsha.“Kamu makin seger saja nak Rafael, semakin hari semak
Sore hari kala waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang Dani yang selepas menjemput keluarga kakaknya di bandara Abdulrahman Saleh segera menuju ke kota Batu tempat dimana Yohana menginap di rumah bibinya.Yohana gadis asli Surabaya itu sehari sebelum ke rumah Dani sengaja ke rumah bibinya dulu. Dia tidak mau menginap ke rumah Dani karena belum memiliki ikatan apapun.“Semoga perjalanan kalian lancar.” Pesan bibi Yohana saat melepas keponakannya serta Dani untuk menuju kota Malang.“Terima kasih bibi, kami permisi.” Ucap Dani sembari mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.Mengingat jika weekend banyak yang menuju kota Batu maka perjalanan Dani serta Yohana membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk bisa sampai di kediaman Ningsih.Di tempat ini para pria dan wanita sudah selesai membersihkan diri, kaum wanita pun juga siap menyambut tamu mereka, hanya Olivia yang masih tertidur di pangkuan daddynya, balita ini tampaknya
Satya saat ini sudah berada di hadapan kedua orang tuan Anjani, Satya menyatakan keinginannya untuk menjalin hubungan serius dengan Anjani.Intensnya komunikasi diantara keduanya yang sama – sama menjadi pengawal keluarga Rafael membuat hubungan cinta monyet mereka bersemi kembali.Jelas saja Satya maupun Anjani merasa lega karena restu sudah mereka dapatkan dari orang tua kedua belah pihak.Apalagi ternyata ibu Satya adalah sahabat ibunya Anjani kala mereka masih duduk di bangku sekolah.“Ibu tidak menyangka jika kita akan berbesan dengan Hastuti,” ucap Yayuk ibu kandung Anjani saat bervideo call dengan calon besannya itu.Satya menceritakan tentang asal usul keluarganya kepada pak Arif dan ibu Yayuk akhirnya dari situ mereka tahu tentang Hastuti.Restu sudah di dapat oleh calon pasangan suami istri ini, kali ini keduanya menghabiskan waktu dengan berjalan –jalan di mall di kota Semarang tempat Anjani tinggal.
Hari ini tampak keluarga Rafael sedang berkemas – kemas untuk pulang kampung , rencananya mereka akan berangkat besok pagi menggunakan pesawat pribadi demi kenyamanan Olivia dan Eliezer yang sama – sama tidak bisa diam.“Sudah selesai, sekarang tinggal bersiap – siap ke acaranya Kamila.” Tanpa sadar Airin berbicara sendiri.Ya selepas mengantarkan suaminya sampai teras rumah, Airin segera masuk kembali ke kamarnya untuk beres – beres perlengkapan mereka. Membawa dua anak tentu bekal pakaian Airin jauh lebih banyak dari sebelumnya meski mereka hanya menginap 2 hari disana.Saat baru saja selesai berdandan ponsel Airin berbunyi ada nama Desi disana sedang memanggil dirinya.“Sudah siap belum nyonya.” Terdengar suara canda Desi dari seberang sana.“Apaan sih kamu ini,Des.”“Idih jangan suka ngambek ntar kecantikannya berkurang tahu rasa loe.”“Gampang kal
“Beneran bun Dani mau mengenalkan calon istrinya ?” terdengar suara Airin kala sedang berkomunikasi dengan bundanya mau tidak mau membuat Rafael yang baru saja selesai mandi segera mendekat ke a rah istrinya meski hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya.“Dani beneran mau mengenalkan calon istrinya sayang ?”“Iya sabtu besuk Dani mengajaknya bertemu bunda.”“Puji Tuhan akhirnya Dani laku juga he he , siapa calon adik ipar aku ?”Airin hanya mengangkat kedua bahunya saja tanda dia memang tidak tahu, namun Ningsih yang mendengar pertanyaan dari menantunya segera menjawab pertanyaan Rafael. Airin memang mengaktifkan mode loudspeaker saat berkomunikasi dengan sang bunda sembari dia menyiapkan pakaian kerja suaminya.“Jadi kisah kakak terulang pada adiknya, sekretaris yang menikah dengan pimpinannya sendiri ceritanya nih bun.” Omongan Airin tentu saja membuat Rafael tersenyum