Share

Bab 7 Liburan Akhir Semester

Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa ujian akhir sekolah berakhir. Lagu libur telah tiba menjadi trending topik kala itu, semua siswa sangat menati-nanti hari ini, karena kepala sekolah akan mengumumkan tentang rencana camping untuk liburan tahun ini. Itu merupakan usulan dari beberapa anggota osis dan guru, karena dengan diadakannya camping ini para siswa bisa lebih leluasa mengenal alam. Semua siswa mendaftar ke ketua kelas masing-masing, Zian sebenarnya enggan sejali mengikuti kegiatan camping karena ia ingin menghabiskan masa liburnya bersama Natasya. Namun Zain dan Ziad sudah terlanjur mendaftarkannya sekalian. Jadi mau tidak mau ia harus ikut. 

Semua siswa mempersiapkan kelengkapan camping, mereka akan berangkat tiga hari lagi yaitu hari minggu jam tiga sore, mereka akan berkumpul di sekolah untuk menunggu bus yang akan digunakan. 

"Kita harus segera bersiap juga Zain, Zian. Karena banyak sekali yang harus kita persiapkan mulai dari baju, sepatu, makanan, terus tenda. Oh ya camilan juga, terus alat pancing, baju renang, bola, gitar,dan... "

"Berhenti... Kenapa banyak banget? " tanya Zian. 

"Iya kayak kamu mau liburan ke bali aja." kata Zain. 

"Cukup bawa baju seperlunya, dan makanan seperlunya aja." kata Zian menyarankan. 

"Ya sudah."

Setelah terasa sudah lengkap perlengkapan yang akan dibawa mereka bertiga tinggal menunggu hari H. 

"Karna sekarang perlengkapan kita sudah siap, aku keluar sebentar ya." kata Zian. 

"Kamu mau kemana?" tanya Zain. 

"Ada deh." jawab Zian dengan tersenyum kemudian pergi meninggalkan rumah. 

"Ehh... Zain, kamu merasa ada yang berubah tidak dari Zian?" kata Ziad. 

"Ya berdasarkan pengamatanku selama ini, dia memang sedikit berubah." 

"Iya, akhir-akhir ini dia sangat bahagia."

"Iya sepulang Zian dari toko buku minggu lalu."

"Mungkin ia menemukan novel terbaru kali, makanya ia bahagia banget." pikir Ziad. 

"Sebentar dulu, tidak mungkin sesederhana itu. Aku rasa Zian pergi ke suatu tempat dan bertemu seseorang." curiga Zain. 

"Iya kamu bener, mungkinkah orang yang ia temui itu seorang gadis atau pacar Zian? "

Keduanya saling melihat satu sama lain, mungkinkah kecurigaan mereka berdua benar. 

"Mungkinkah gadis itu adalah Marina, atau Naya?" pikir Ziad dalam hati. 

Zian menghabiskan waktunya bersama Natasya, hubungan mereka berdua semakin lama semakin dekat bahkan melebihi seorang sahabat. Keduanya tenggelam dalam kebahagian, tanpa sadar senja pun datang. 

"Kamu darimana saja Zian?" tanya kedua sahabatnya sambil berkacak pinggang. 

"Aku habis jalan-jalan." jawab Zian dengan wajah yang sumringah. 

"Dengan siapa?" tanya lagi Zain seperti detektif yang mengintrogasi tersangka. 

"Pasti dengan seorang gadis." spontan Ziad. 

"Yup.. Tepat sekali " kata Zian lalu pergi ke kamar sambil menyisakan kesenangan pada kedua sahabatnya itu. 

"Itu kan sudah aku duga, Zian sudah punya pacar." kata Zain. Ziad pun berfikir siapa gadis itu mungkinkah Naya atau Marina. Ia harus mencari jawabannya sendiri. 

Hari untuk pergi bercamping telah tiba, Zian, Zain dan Ziad membawa perlengkapan seperlunya saja, karena laki-laki tidak terlalu banyak yang harus dibawa beda halnya dengan para gadis mereka perlu membawa barang banyak, mulai dari make, baju, dan apalah itu keperluan wanita pokoknya sangat ribet. Terlihat ada salah satu siswi yang heboh membawa dua koper entah apa isinya. Belum lagi semua siswa meledeknya, karena membawa barang terlalu banyak, tapi dengan PD-nya gadis itu tetap membawa barang-barangnya tanpa memikirkan kata-kata temannya. 

"Ziad, lihat itu.. Itulah sebabnya Zian menyuruhmu membawa baju dan makanan seperlunya saja jangan sampai kamu seperti dia." ledek Zain. 

Zian hanya tersenyum melihat Zain yang mulai meledek Ziad, Zain langsung berhenti tertawa setelah mobil mewah menurunkan gadis yang sangat cantik yaitu Marina, semua mata yang memandang begitu terpesona melihat kecantikannya kecuali Zian yang tidak melihatnya dan malah sibuk dengan buku. 

"Hey, Zian. Selamat pagi " sapa Naya dari belakang sambil menepuk bahunya. 

"Hey, Nay. Selamat pagi juga." jawab Zian sembari tersenyum kepada Naya. 

Ziad memerhatikan dan menduga kalau itu mungkin saja Naya yang Zian temui, karena setahu Ziad cuma Naya yang sedikit dekat dengan Zian di kelas. 

Marina yang melihat hal itu merasa sangat marah dan sakit hati sekali. Namun ia tutupi. Beberapa menit kemudian para guru dan bus sudah datang, semua siswa segera masuk ke dalam bus yang sudah ditentukan. Ketika Zian sedang mencari tempat duduk Naya mempersilahkannya agar duduk bersamanya dan Marina malah melakkukan hal yang sama, Kedua gadis itu terus saja beradu mulut sampai Zian di buat pusing olehnya, lalu Ziad tanpa disuruh langsung duduk disamping Naya dan begitu juga dengan Zain, ia langsung duduk di sebelah Marina. 

"Nah, sekarang udah adil kan. Kalian berdua bisa duduk dengan orang tampan." kata Ziad.

Zian hanya tersenyum simpul dan mengambil tempat duduk paling belakang. Wajah kedua gadis itu begitu kecewa, karena Zian tidak duduk bersamanya. Para siswi yang melihat Marina dan Naya duduk bersama anggota 3Z merasa cemburu, sedang di belakang hanya laki-laki yang duduk. 

Perjalanan yang ditempuh untuk sampai di tempat camping sekitar dua jam setengah, sesekali untuk menghilangkan rasa bosan di dalam bus mereka semua bernyanyi dan main teka teki. Akhirnya mereka sampai di tempat camping suasananya begitu asri, udara disana juga begitu nyaman. 

"Tidak terlalu menantang pak guru, kenapa kita tidak pergi camping ke danau biru itu saja yang lebih menantang adrenalin." keluh salah seorang siswa. 

Zian yang mendengar hal itu jadi teringat Natasya. 

"Nanti tengah malam kami para guru akan mengadakan jurit malam, kalian siap-siap saja ketakutan." kata salah satu guru bercanda. 

Mereka lalu bersiap mendirikan tenda masing-masing, para gadis mencuri-curi perhatian dari 3Z. Namun 3Z tidak menanggapinya, Naya dan Marina tidak mau kalah dengan gadis-gadis yang lain. Satu tenda itu berisi tiga orang, ketika Naya sedang mendirikan tenda tiba-tiba tangannya berdarah. Dia merintih kesakitan semuanya khawatir dan Zian pun melihatnya dan Dia berfikir kalau Zian akan menolongnya tetapi Ziad datang bak kilat menyambar untuk menolong Naya dan membawanya ke tenda guru untuk mengobati lukanya. 

Di tenda Ziad meniup tangan Naya dengan lembut untuk mengurangi rasa sakitnya, Naya yang melihat Ziad yang sigap menolongnya menjadi terpesona. Naya terlepas dari lamunannya setelah Ziad melihatnya. 

"Kamu kenapa?" tanya Ziad. 

"Gak apa-apa kok, udah lagian tanganku sudah membaik." ketus Naya sambil menarik tangannya. 

"Aku tahu kok kamu sengaja melakukan hal itu agar mendapat perhatian dari Zian kan." kata Ziad.

Naya terkejut saat Ziad mengetahui rencananya. 

"Tapi menurutku, Zian tidak akan menyukai gadis yang seperti itu. Lebih baik kamu bersikap sewajarnya saja atau kamu ungkapkan saja perasaanmu yang sebenarnya pada Zian." saran Ziad. Beberapa kejadian yang melibatkan keduanya membuat benih-benih cinta tumbuh dalam diri Ziad, tetapi ia sering melawan perasaannya itu, karena ia tahu cintanya itu akan bertepuk sebelah tangan. Ziad lalu meninggalkan Naya setelah mengobati luka ditangannya. Naya terus saja memandang tanganya yang diperbankan oleh Ziad dan mengingat saran dari Ziad tadi. 

"Apakah Aku harus mengikuti saran dari Ziad, tapi bagaimana jika Zian tidak menyukainya itu akan menjadi penolakan yang pertama yang akan diterimanya. Tidak Aku tidak mau hal itu terjadi, tapi jika Aku tidak mencobanya Aku tidak tahu diterima atau ditolak oleh Zian." 

Hati dan pikirannya mulai bertentangan, mengeluarkan argumen masing-masing tetapi saran Ziad tadi terus membayanginya. Dan pada akhirnya ia memilih mengikuti kata hatinya yaitu untuk mengutarakan isi hatinya pada Zian. 

Senja kini berganti malam, semua siswa sedang melaksanakan makan malam. Naya lalu menghampiri 3Z yang tengah makan dan ingin berbicara dengan Ziad secara pribadi. 

"Ziad, bisa kita bicara sebentar?"

"Tentu.. "

Zian dan Zain heran, hal apa yang harus mereka bicarakan secara pribadi. Pikiran itu terus membayangi Zain. Zian sudah selesai dengan makanannya, ia lalu pergi ke danau untuk membasuh muka. 

Setelah bicara panjang lebar Ziad akhirnya mengerti kenapa Naya harus berbicara dengan dirinya. Ia ingin meminta bantuan darinya untuk dapat berbicara dengan Zian secara empat mata. Ziad lalu mengiakan untuk membantu Naya. Naya lalu pergi setelah Ziad setuju membantunya. 

"Posisiku sekarang seperti Gaul di film Boys Before Flower. Menyatukan orang yang kamu cintai dengan cinta pertamanya." kata Ziad sedikit kecewa. 

"Tapi ya sudahlah, kalau memang dia adalah soulmateku pasti dia tidak akan kemana-kemana." hibur Ziad dalam hatinya. 

Ketika sampai di tenda hanya Zain saja yang terbaring di dalam, Zian tidak ada disana. 

"Zain, Zian pergi kemana?" tanya Ziad. 

"Ohh tadi dia pergi ke danau katanya."

"Udah lama perginya?"

"Ya lumayan, saat kamu pergi tadi bersama Naya"

Ziad lalu menyusul Zian ke danau, ia menemukan Zian yang tengah duduk sendiri di dekat danau sambil memandang bintang. Ziad lalu mengechat Naya dan mengatakan kalau Zian ada di danau. Naya lalu bersiap menuju kesana. Ziad tidak langsung pergi dari sana Ia bersembunyi di balik semak-semak dan menguping pembicaraan mereka berdua. 

"Zian... " lirih Naya. 

"Nay, "

"Aku boleh duduk kan."

"Ohh... Silahkan."

Zian terus saja memandang ke langit melihat konstalisi bintang, Naya hanya terdiam saja ia tidak tahu harus memulai dari mana. Di balik semak-semak Ziad terus memantau dengan teropong yang dibawanya. 

"Zian... "

"Iya.. "

"Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu."

"Iya katakanlah."

Zian masih saja memandang ke arah langit. 

"Se... Se... Sebenarnya aku suka sama kamu." 

Zian terkejut mendengar kata itu, dan beralih memandang wajah Naya sebentar. Lalu beralih melihat danau. 

"Iya Zian sejak lama aku menyukai dirimu"

Zian hanya terdiam dan masih tetap melihat danau itu. 

"Kenapa kamu hanya diam saja, setidaknya katakan sesuatu."

Zian masih saja tetap membisu tak mengatakan sepatah katapun. Naya pun kembali diam karena Zian yang hanya terdiam saja. 

"Maaf Nay, aku hanya menganggapmu sebagai teman saja dan ada orang lain yang aku cintai." kata Zian mulai menjawab pertanyaan Naya. Air mata Naya tak bisa dibendung ia menangis didepan Zian. 

"Sekali lagi maaf Nay."

Setelah lama menangis di hadapan Zian, Naya bisa langsung berubah seketika menjadi ceria. 

"Uhuuhhhh," katanya sambil mengusap air matanya. 

"Terima kasih, ya Zian. Aku merasa lega setelah mengutarakan perasaan yang begitu lama terpendam bahkan sampai menyesakkan." dengan wajah ceria seperti biasanya. Ziad sebenarnya sudah tahu hal itu akan terjadi. 

Naya dan Ziad lalu bercanda ria disana, kata-kata yang dilontarkan sebelumnya seperti mimpi saja seketika mimpi buruk itu berubah jadi kecerian. Mereka berdua akhirnya menjadi teman akrab. 

"Nay, sebenarnya ada orang yang lebih baik dariku. Yang mencintaimu dengan tulus." kata Zian

"Siapa? "

"Dia adalah sahabatku, Ziad"

Naya kaget dengan apa yang barusan ia dengar, Naya tidak pernah berfikir kalau Ziad menyukai dirinya. 

"Kamu gak sedang bercanda kan, Zian?" tanya Naya. 

"Iya."

"Sejak kapan?"

"Ziad menyukaimu sejak lama hanya saja ia menyembunyikan perasaannya padamu, saat di pesta ulang tahun Marina, Ziad begitu terpesona dengan dirimu. Ziad itu tidak bisa mengatakan perasaannya padamu." kata Zian menjelaskan. 

Naya jadi teringat saat-saat bersama Ziad, kenapa ia tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Naya lalu meminta bantuan Zian. Zian lalu pergi ke tenda meninggalkan Naya seorang diri. Di tenda Zain dan Ziad tengah asik bermain gitar sambil menyanyi bersuka ria. 

"Ziad, kamu ditunggu Naya di danau." kata Zian

"Lah...kamu dan Naya kenapa sih, ini kedua kalinya loh."

"Cepetan gih, nanti Naya malah pergi." kata Zian lagi. 

Ziad lalu segera pergi untuk menemui Naya, setelah sampai di sana Naya tidak ada. Ziad terus mencari Naya, tetapi tetap tidak ada. Kemudian seseorang dari belakang menutup kedua matanya. 

"Nay? "

"Yup."

"Kenapa kamu memanggilku kesini?"

"Aku ingin menunjukkan sesuatu ke pada kamu, tapi sebelum itu mata kamu harus ditutup." kata Naya sambil menutup mata Ziad dengan sapu tangan. 

Mereka lalu pergi ke sebuah hutan, karena Zian sudah menyiapkan sesuatu untuk mereka berdua. 

"Nay, sebenarnya kamu mau ajak aku kemana?"

"Udah kamu jalan aja nanti kita juga akan sampai kok."

Setelah sampai Naya membuka penutup mata Ziad. 

"Surprise..!! "

"Nay, apa ini semua?"

"Ziad, maaf kalau aku sama sekali tidak peka. Aku memang gadis yang paling bodoh yang tidak menyadari kalau ada laki-laki yang sangat tulus mencintaiku dan aku tidak ingin kehilangan orang itu." sambil menggenggam tangan Ziad. 

"Jadi sekarang.. "

"Iya." keduanya tersenyum tersipu malu. 

"Kalau gitu ayo kita makan, mumpung udah disiapkan." ajak Naya. 

"Kamu yang buat semua ini?"

"Tidak semua sih, aku dapat bantuan dari Zian sedikit."

"Jadi ini rencana kamu sama Zian."

Naya mengangguk senang. Makan malam romantis seadanya, dengan beralaskan tikar seperti piknik ditambah ribuan kunang-kunang berterbangan didekat merekan. 

"Zian itu memang tahu banget cara menyenangkan hati seorang gadis. Dia juga tahu tempat-tempat dengan pemandangan yang sangat indah seperti ini" puji Ziad

"Iya kamu benar."

Setelah keduanya selesai mereka kembali ke tenda masing-masing untuk mengikuti kegiatan esok harinya.

Pagi harinya semua siswa melakukan jelajah alam sambil mengumpulkan nama-nama tumbuhan yang bisa di pakai sebagai obat. Guru panjang lebar menjelaskan tentang keindahan alam dan berbagai jenis tanaman obat beserta khasiatnya. Ziad dan Naya terus saja bersama sepeeti tidak ingin pisah satu sama lain. 

"Ehemmm.... Gak usah gitu juga kali. Buat yang jomblo iri aja." kata Zain

"Kasihan yang jomblo gak ada yang gandeng tangannya." ledek Ziad. 

"Iya honey, kamu benar. Kasihan banget si Zain." tambah Naya. 

Zain sudah naik darah gara-gara Ziad meledeknya, ditambah lagi ada si Naya yang membantunya. Zain lalu mengejar Zian didepannya yang berjalan duluan. 

"Awas kalian berdua." ancam Zain. 

Ziad dan Naya tertawa lepas, karena berhasil membuat Zain darah tinggi. Zian hanya sibuk mengamati beberapa bunga dan tanaman yang bisa dipakai menjadi obat. Kemudian Zian menemukan benih dandelion disana ia langsung meniup benih itu seperti yang ia lakukan saat bersama Natasya. Zain yang melihat hal itu lalu bertanya. 

"Zian, sejak kapan kamu menyukai hal yang ke kanak-kanak kan seperti ini?"

"Aku hanya seneng saja melihatnya berterbangan seperti salju." kata Zian sambil tersenyum manis. 

Setelah semua kegiatan selesai mereka beristirahat, dan dilanjutkan makan siang kemudian guru mengadakan game untuk menguji kekompakan semua siswa. Zian tidak mengikuti game, ia hanya melihat saja. Permainan pun dimulai, semua siswa benar bersenanh-senang hingga senja sampai malam pun datang. 

Di malam terakhir camping, semua siswa menyiapkan acara api unggun, sejak tadi siang sebagian siswa sudah mengumpulkan ranting dan beberapa balok kayu untuk di bakar. Api unggun mulai dinyalakan siswa membuat lingkaran besar dan dikesempatan itu Marina curi-curi perhatian dan duduk diantara Zian dan Zain karena Naya sudah bukan penghalang bagi dirinya. Marina merasa kedinginan dan Zian melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Marina, Marina sangat dengan perhatian Zian itu. Usai api unggun selesai semua siswa masuk ke tenda masing-masing untuk beristirahat, karena mulai besok mereka akan pulang. 

Pagi-pagi buta saat semua siswa masih terlelap tidur Zian pergi ke atas bukit untuk melihat matahari terbit, karena momen seperti itu jarang ditemukan di rumahnya. Zian tidak tahu kalau Zain mengikutinya dari belakang. 

"Ehh Zain, kamu ikut juga."

"Iya."

Matahari perlahan-lahan mulai muncul menyinari semua pepohonan yang ada di hutan itu, sinarnya memberikan kehangatan bagi mereka berdua. Setelah itu mereka berdua kembali ke tenda dan mengemas barang bawaannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status