Share

Malam penuh kejutan

Satu atap

“ Elaine?, Buka pintunya  sayang “ panggil bunda Maya sembari mengetuk pintuku

“ Ada apa Bun? “ Aku membuka pintu, menatap Bunda yang sudah berpakaian rapi, ah iya aku lupa ini sudah hampir pukul delapan malam, itu artinya acara resepsi sudah selesai dari satu jam yang lalu, acara yang di adakan dirumah memang sederhana maka dari itu acaranya tak sampai menghabiskan waktu yang terlalu lama

 “ Bunda mau bilang, mulai besok kita tinggal bersama dengan papah Irfan dan raven kakak kamu, jadi lebih baik bersiap-siap dari sekarang biar besok pagi langsung berangkat, kamu gak papa kan kalo harus tinggal di sana?” bunda bercerita secara detail

“ Baik bunda, El ikut bunda saja “ ujarku seraya menguap, menahan rasa ngantuk yang semakin menjadi

“ yasudah, kamu tidur sana, maafin bunda yah udah ganggu waktu tidurnya “ ujar bunda terkekeh, bunda sudah tau kalo aku ini suka sekali tidur padahal tidak melakukan banyak aktivitas yang menguras tenaga ekstra

“ Bunda juga,selamat malam bunda sayang “ aku tersenyum simpul pada bunda, begitupun sebaliknya

Setelah aku menutup pintu, aku segera merebahkan tubuhku ke atas kasur yang aku rindukan, ah nyaman sekali rasanya, tak lama kemudian aku terlelap dan memulai bermimpi.

***

 Pagi yang cerah menyapa celah-celah bilik jendela, menyilaukan mataku yang kembali tersadar, sudah pukul tujuh pagi ternyata, aku segera bergegas menuju kamar mandi ketika teringat bahwa hari ini aku sudah mulai tinggal dirumah baru bersama keluarga baru, rasanya seperti mimpi.

 Aku mencoba turun ke bawah menuju meja makan, disana sudah ada tiga orang yang sedang menungguku, salah satunya adalah seseorang yang tak ingin aku temui dari sejak kemarin, hatiku kembali merasa tidak nyaman setelah mendengar apa yang ia ucapkan kala itu, aku menunduk mencoba untuk tidak menatapnya dengan tatapan yang masih sama, dingin dan menohok

“ ayo sarapan bersama sayang “ ujar papa Irfan seraya tersenyum

“ baik pah “ akupun tersenyum canggung

“ oh yah, kamu sama raven satu kampus bukan?” ujarnya kembali, aku menatap kearah raven yang tak berkutik sedari tadi

“ Iyah pah “ timpalku seraya kembali tersenyum

“ Raven, mulai sekarang kamu jaga Elaine adikmu, jangan sampai ada yang menggangunya “ titah papah kepada raven yang hanya di jawab dengan anggukan kepala, tanpa menatap ke arahku

“ hmm “

“ Elaine, setelah sarapan kamu ikut kami tinggal di rumah papah yah, kamu naik mobilnya raven yah “

“ baik pah “ aku menurut saja, dari pada menolak kan bisa berabe urusannya

“ Aku sudah selesai “ ujar raven lalu pergi meninggalkan kami bertiga, sorot tatapan papah sedetik kemudian berubah melihat kepergian raven, aku merasa ada yang salah diantara keduanya, namun aku mencoba untuk tidak memikirkannya terlebih jauh.

“ Pah, Bun, El berkemas dulu yah “ aku pun kembali ke kamar untuk menyiapkan segalanya jangan sampai ada yang tertinggal,malas juga harus pulang pergi hanya karena kecerobohan yang selalu aku buat

“ Iya sayang “ bunda tersenyum kearahku

***

" Sayang ayo kita berangkat" bunda tersenyum manis kearahku, aku hanya mengangguk saja, entah kenapa rasanya aku semakin tak tenang sekarang, aku pasti akan merindukan rumah ini meski tidak mewah sekali namun bagiku ini sudah dari kata cukup, banyak kenangan yang tersimpan di dalam rumah ini, seketika bayangan tentang ayah mengingatkanku, rasanya aku tidak ingin meninggalkan tempat ini namun apa boleh buat sekarang aku sudah memiliki keluarga baru, aku sangat berharap papah sambungku bisa menyayangiku sama seperti ayah.

 Aku berjalan kearah pintu keluar, ternyata kak raven sudah berada di dalam mobil, akupun menghampirinya, tak banyak barang yang kubawa, sehingga aku tidak perlu repot-repot membawa barang-barang yang berat.

" Ayo cepetan, lama banget sih " ketusnya ketika aku sudah sampai di dekatnya, tanpa perlu aku menjawab, aku segera masuk di kursi depan tepatnya di samping raven. 

 Merasakan di perhatikan dari tadi membuat aku semakin gugup, ah iya, pada dasarnya aku sangat tidak suka jika ada yang menatapku dengan tatapan mengintimidasi, aku menengok kearah sampingku, dan tak ku sangka raven sedang menatapku, mataku terbelalak lebar, saat ia mulai mendekati wajahku, kini jaraknya hanya beberapa centimeter saja, aku masih terkejut dengan tatapan itu, dan dia berhasil membuatku semakin jantungan, saat bibirnya tepat menempel di bibir tipisku, dia melumat bibirku dengan lembut, aku tidak merespon, bagaimanapun ini adalah first kiss bagiku.

" Manis " ujarnya seraya tersenyum jahat menatapku, aku kesal sekali namun aku tak berani menantangnya, entah mengapa kini aku terlihat lemah di matanya, padahal tiga bulan yang lalu dengan beraninya aku berkata seenaknya kepada raven. 

" Kak Raven kenapa ci-cium aku?!" Ujarku terbata-bata, aku menunduk menahan malu sekaligus kesal, yang di tanya hanya terkekeh 

" Karna pengen " sesantai itu dia berkata seolah ini hal yang biasa baginya, tidak denganku yang jelas sudah, ini adalah ciuman pertama yang kuhsrapkan hanya kepada Damian aku memberikannya 

" ... " Aku diam, tak menanggapi perkataannya, Raven pun kemudian menjalankan mobilnya menembus jalan raya yang semakin padat oleh kendaraan, Raven terlihat sedang focus sekali mengendarai mobilnya, aku hanya melihat keluar jendela, melihat apa yang bisa di lihat.

 Satu jam sudah berlalu, mobil jazz berwarna putih itu terparkir di depan sebuah rumah yang sangat mewah sekali, aku menatapnya dengan pandangan penuh kekaguman, ternyata papah dan bunda sudah sampai terlebih dahulu, akupun keluar dalam mobil di ikuti dengan kak Raven yang ada di sampingku

" Dengar Elaine, mulai hari ini kau harus menuruti semua perintah dariku " bisiknya pelan, aku menoleh kearah nya, tidak mengerti dengan perkataannya barusan

" Maksudnya kak?" Aku bertanya dengan bodohnya 

" Kamu akan tahu nanti Elaine sayang " 

Bertepatan setelah aku masuk ke dalam rumah itu, bunda dan papah sedang berada diruang tamu dengan nuansa yang mewah, sungguh rumah ini seperti rumah kerajaan, aku seperti bermimpi saja. 

" Hay sayang sudah sampai ternyata, sini sebentar " 

" Iya Bun,," aku menghampiri keduanya dengan tersenyum

" Papah harap kamu akan betah di sini ya Elaine, sebenarnya papah dan bunda akan bulan madu ke Paris, berangkat sore, kamu jangan kemana-mana ya sayang, kalo butuh sesuatu kamu tinggal panggil bi suri saja, di rumah juga ada Raven yang jagain kamu " ujar papah tersenyum, dia sangat perhatian sekali padaku, padahal aku hanya anak tiri baginya, Raven ternyata sudah tau soal ini, pantas saja dia langsung pergi ke dalam kamarnya.

" Baik pah " aku menuruti semua perkataannya tanpa ada bantahan, ah aku sulit sekali menolak setiap ada yang meminta atau menyuruhku, itulah satu kelemahanku.

 Aku pun bergegas menuju kamar yang akan ku tempati di rumah mewah ini, sebelumnya bi suri yang sudah memberi tahu letak kamarku yang ternyata di sebelah kamarku adalah kamarnya Raven.

 Aku di buat terpukau dengan seisi kamar yang kini ku pijak, sangat luar biasa, aku merasa ini seperti di dunia dongeng, aku tersenyum bahagia sembari bersenandung, entah kenapa bahagia sekali rasanya. Kamar yang sangat luar biasa berwarna ungu muda dan putih, warna yang menjadi favoritku, tubuhku terasa lelah akupun segera berhambur jatuh keatas ranjang besarku ini, tak lama kemudian aku terlelap. 

 Mimpiku seketika terusik, kemudian ku coba membuka mata perlahan, aku benar-benar mengira ini hanya mimpi buruk, tapi nyatanya ini begitu nyata saat tepat di depanku ada laki-laki yang sangat tampan sedang menciumiku 

" Ah mm,, " 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status