Share

Persetujuan sebelah pihak

 Author pov

“ kak Raven! “ Mata Elain terbelalak lebar, saat di depannya mendapati sang kakak yang tengah memeluknya, wajah Raven sengaja berada di dalam leher Elaine, menciuminya hingga meninggalkan bekas merah, Elaine terbangun sebab merasa terganggu, ia sontak kagek  dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya.

“ akhirnya kau bangun juga sayang “ ujarnya parau, ia tak merubah posisinya, bau harum berasal dari aroma tubuh Elaine Sangat memabukkan indera penciuman Raven

“ kak,, lepasin. Kenapa kak Raven tidur di sini! “ Elaine geram karena kakaknya masuk dengan seenaknya ke dalam kamarnya.

“ memangnya kenapa kalau aku tidur disini hm?! “ ujarnya seraya menatap mata sayu Elaine, tatapan dingin tanpa ekspresi membuat Elaine berdetak tak karuan, antara takut dan marah, Elaine dirundung oleh dilema

“ kita kan bukan suami istri kak, kakak pergi sana, sebelum bunda lihat bisa kacau nanti “ Aira masih berada dalam pelukan Raven, dengan keadaan yang sedekat ini membuat dirinya berada dalam bahaya besar jika pria di hadapannya sampai hilang kendali.

“ Kita kan saudara sayang, itu tidak masalah bukan? orangtua kita juga sudah berangkat ke luar negeri untuk bulan madu, hanya ada kita berdua Disini “ Raven tersenyum devil, melihat Elaine yang ketakutan akan ulahnya membuat ia ingin semakin menggodanya lebih jauh lagi, melihat ekspresi yang berbeda-beda dalam waktu bersamaan membuat Raven ingin terus mengerjainya, ia harus menahan tawa.

“ kak,, kita bukan anak kecil lagi, aku sudah dewasa, pergilah “ elain masih berusaha keluar dari dekapan sang kakak, namun tenaganya tidak cukup untuk melawan Raven. Dia hanya mendengus kesal serasa menatap Raven was-was, apalagi dirumah sebesar ini hanya ada mereka berdua.

“ oh jadi kau bukan anak kecil lagi, kalau begitu bagaimana kita melakukan sesuatu yang biasa di lakukan oleh orang dewasa?! “ godanya kembali dengan seringai menyeramkan, ia menatap Elaine dengan tatapan penuh hasrat, membuat sang pemilik mata Elaine terbelalak lebar

“ ti-tidak, ma-na mungkin begitu “ Elaine memalingkan wajahnya kearah samping, malu rasanya menatap Raven yang kini tepat berada di depannya, hembusan nafas terasa hangat menelisik di cerug leher Elaine

“ Tapi, aku ingin melakukannya sedikit saja “ pintanya, ia langsung meraih dagu Elaine supaya menghadap kearahnya, dielusnya lembut bibir ranum Elaine, sang pemilik bibir itu merasakan sesuatu yang berbeda, ' bahaya ' pikirnya,

“ Kak jang-, “ Raven langsung mencium bibir Elaine, melumat dengan lembut.

“ Manis sekali sayang, apa Damian sering melakukan ini padamu Elaine?! “ tanyanya dengan sorot mata tajam, Seolah ia sedang memberi peringatan

“ Tidak pernah, dia bukan sepertimu yang brengsek Raven “ ujar Elaine dengan mata menatap tajam ke arah Raven, ia tidak terima dengan segala perlakuan yang di lakukan Raven terhadapnya dengan sesuka hati

“ bagus kalau begitu, Karena kau hanya milikku satu. Kau bilang aku brengsek? Hmm kurasa kamu belum tau ya arti dari kata itu sebenarnya bukan? Jika belum, akan aku tunjukkan bagaimana pria brengsek yang sebenarnya! “ ujarnya menatap kelam pada Elaine, Elaine merasa ucapannya kali ini salah besar, ia telah membangkitkan amarah singa jantan.

“ Ah bukan itu maksudku kak- “

“ Apa sekarang kau sedang mencoba menggodaku gadis kecil ? “ tanyanya tepat di sebelah telinga Elaine, melumatnya perlahan

“ hmm kak,, jangan..”

“ Kau lupa dengan kesepakatan yang telah kau setujui?! “ kini Raven menatap mata Elaine yang berkaca-kaca,

“ Kesepakatan tentang apa? “ rupanya Elaine lupa, membuat Raven merubah posisinya, kini ia terbangun dari tidurnya dengan ekspresi kembali semula, aura dingin yang menguar di udara, suasana malam itu kembali mencekam

“ mari kita perjelas kesepakatan yang telah kau setujui saat pernikahan ibumu terjadi “ ujarnya seraya melangkah menjauh dari ranjang, ia kembali dengan membawa secarik kertas dengan tulisan yang telah tercantum di dalamnya

“ tanda tangani ini “ Raven menyerahkan kertas itu pada Elaine, Elaine pun mengambil dan menatap isi berkas itu terlebih dahulu

“ ini maksudnya apa? “ Elaine mendongak, menatap Raven yang berdiri di depannya dengan tatapan mengintimidasi, ia tidak habis pikir dengan isi yang berada di kertas itu

“ Kau ingin menolak? “ bukannya menjawab, Raven malah kembali bertannya, seketika Elaine termenung, ia ingat sekarang bahwa hidupnya sudah berbeda, apalagi jika sampai Raven membuat bunda Naya menderita, itu tidak boleh terjadi.

“ Baiklah, aku akan menerima ini “ ujarnya lemah, tatapannya kembali sendu, tak apa jika ia harus mengorbankan dirinya demi kebahagiaan sang bunda yang selama ini telah memberi kasihsayang

“ goodgilrs “

 Elaine pun menandatangani surat perjanjian tersebut, tercantum beberapa poin yang jika di lihat membuat kerugian besar yang akan di alami Elaine, namun lagi-lagi ia harus menerima demi bundanya 

“ mulai besok, kesepakatan ini berlaku “ ujarnya kemudian berjalan menjauh menuju pintu keluar, Elaine masih diam terpaku dengan keadaan semula, pikirannya kini melayang ke udara

Mengingat kembali poin pertama dimana dirinya harus tinggal bersama dengan Raven di apartemen yang dekat dengan kampus mereka, membuat hati Elaine menciut, ia sudah tidak bisa terlepas dari jeratan Raven, menjadi saudara tiri nyatanya tidak membuat Raven berhenti mengejarnya, ia malah semakin gencar untuk memiliki Elaine, dengan cara apapun.

Elain salah mengira, ia begitu merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia melupakan sosok Raven yang terkenal dengan ke-brengsekanya itu, sosok nya yang begitu angkuh namun membuat para wanita semakin dibuatnya kagum, membuat Raven semakin merasa terbang tinggi, tak jarang bahkan ketika Raven menginginkan wanita hanya untuk sebagai pemuas nafsunya semata, ia akan memanfaatkan mahasiswa di kampus yang mengejarnya, namun hanya sebatas one night time.

“ Aku memang sudah gila, harus mengorbankan cinta pertama yang selalu aku harapkan bisa termiliki, namun saat semua harapan itu terjadi, dengan mudahnya takdir mempermainkan hatiku, kenapa harus Raven?! “ Elaine bermonolog seorang diri, ia kemudian merebahkan dirinya kembali, menatap Lamat-lamat atap kamarnya, namun pikirannya terbang kesegara arah.

 “ bagaimana nasibku jika mulai besok aku harus tinggal berdua dengan Raven? Apa yang harus aku katakan pada Damian? Arh sial, semua ini gara-gara kesepakatan sialan itu! “ Elaine geram dengan apa yang barusan terjadi, ia mengacak-acak rambutnya seperti orang gila.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status