Serigala itu terus berbicara, Matty menghiraukan Cindy yang terlihat sangat serius menanggapi percakapan antar keduanya. Karena itu Matty pun berinisiatif mencari Sie ke arah selatan dengan berjalan kaki karena posisi sapu terbang otomatis tengah dipegang oleh Cindy. Cindy menyudahi percakapan nya dan hendak membicarakannya dengan Matty namun dia tak ada di tempat yang seharusnya dia berada.
Ketiga sahabat ini memulai perjalanan hari keduanya dengan berpisah, Cindy terlihat sangat panik karna dialah yang ditinggalkan oleh teman temannya, Matty panik karena sahabat dari masa kecilnya hilang entah kemana, dan Sie terlihat biasa saja sambil terus berjalan menyusuri padang pasir dan mengeluhkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"ayolah kita tak punya waktu lagi!" ucap serigala pada Cindy "tapi aku kehilangan temanku barusan! apa kau tak punya hati? aku akan mencarinya dulu, kau tunggulah disini" ucap Cindy dengan panik "baiklah kutunggu disini, kuberi kau waktu 30 menit untuk mencarinya dan bergegaslah kembali setelah itu" perintah serigala itu "aaaargh baiklah biarkan aku mengurangi beban pikiran ku" jawab Cindy, sepertinya serigala itu adalah suatu hal yang lebih penting dari menemukan Sie awalnya sebelum Matty juga ikut menghilang dari pandangan Cindy. Ntah apa yang mereka bicarakan namun yang pasti Cindy menuju ke barat sambil berharap menemukan salah satu dari temannya dan mengurangi beban yang dia emban.
------ padang pasir ---------
"Ayolah mungkin sudah 2 jam aku berjalan disini namun tak terlihat ada peradaban" keluh Sie yang baru berjalan 10 menit setelah menggunakan 1 jam 50 menit sisanya di tempat awal untuk mencerna yang terjadi dan mengeluh.
Sie adalah pelari yang cukup handal jadi dalam 30 menit saja dia sudah berjalan sejauh 3KM dengan kecepatan normal dan akhirnya dia melihat sebuah kota! Sie berlari menuju ke sana dan saat mendekat, kota itu seperti kota kosong namun saat lebih mendekat tercium bau darah yang sangat pekat. Sampailah dia di depan gerbang kota dan Sie langsung muntah muntah di sana karena melihat ada banyak mayat bertebaran disana.
Sie mencoba berpikir jernih dan membiarkannya, 'pemandangan ini baru bagiku namun ini mungkin pengalaman untuk perjalananku selanjutnya jadi aku harus terbiasa' pikirnya untuk menenangkan diri dan dia merobek bajunya dan menutup hidungnya dengan itu untuk mengurangi bau amis yang dia cium dan memasuki kota dengan maksud mengambil beberapa makanan dan minuman yang mungkin masih tersisa.
"uhh aku masih tak terbiasa aku mau muntah" keluh Sie
Sie memasuki kota dan masuk ke setiap rumah yang ada dan mengambil makanan sambil memberikan penghormatan terakhir kepada mayat yang ada di rumah yang ia jarah.
"mungkin satu rumah lagi dan aku akan pergi dari kota ini" ucap Sie
Sie membuka pintu rumah terakhir yang dia pilih dan memasukinya, dia menyusuri setiap sudut dari rumah itu dan sampailah dia di bagian belakang rumah yang terlihat seperti ruang untuk makan. Dia memasukkan makanan dan minuman pada kantung yang dia dapat tadi dan mendengar suara tangisan bayi.
"siapa disana?!" ucap Sie sambil waspada, dia mencari asal suaranya dan asalnya dari bawah ruangan. Sie mencari pintu atau apapun yang bisa membuatnya pergi memasuki ruang yang ada di bawah lantai yang ia pijak.
Dia menggeser mengetuk setiap lantai dan akhirnya menemukan yang bersuara berbeda dan memukulnya dengan keras (Sie sungguh percaya pada kekuatan tubuhnya) dan benar saja ada jalan menuju bawah, suara tangisannya juga terdengar lebih jelas, lalu Sie membakar lilin yang ada di ruang makan dan memasuki basement itu dan disana terdapat lebih banyak makanan.
Fokus Sie tak teralihkan oleh makanan segar yang ada disanan namun dia mencari bayi yang menangis, dia menerangi setiap sudut dan terlihat lah seorang wanita yang terlihat berumur 30 an menggendong seorang bayi yang menangis kencang. Sie bergegas membawa bayi itu dan fokusnya teralihkan pada darah yang mengalir di dinding yang merangkai kata yang bertuliskan "sekte pemuja..." itulah isi tulisan yang sepertinya baru saja ditulis dan wanita ini meninggal sebelum menyelesaikannya dan juga tulisan ini masih baru dengan darah yang terlihat masih encer.
Sie pun naik ke atas dengan merinding, menggendong seorang bayi di tangannya sambil membawa beberapa makanan yang ada di bawah. Dia lalu memasukkannya ke dalam kantung yang dia tinggalkan di atas dan Sie sambil menggendong seorang bayi dan membawa kantung serta tenda di punggungnya pun pergi meninggalkan kota dan mencari tempat yang teduh.
------- di hutan menuju arah selatan --------
Matty telah berjalan selama 1 jam dan masih saja belum menemukan Sie "ayolah Sie kau kemana? aku sangat mengkhawatirkan mu" ucap Matty berulang kali "aku sudah meninggalkan Cindy yang terlihat sibuk mengurusi urusannya yang tak bisa diganggu, dan aku bertaruh untuk mencarimu sendirian tanpa membawa apapun" lanjutnya
Dia mencari Sie tanpa informasi apapun dan berjalan tak jelas menuju selatan tanpa informasi. Dan dia menemukan sebuah desa? tidak itu sepertinya kota! ada penjaga yang menjaga di gerbang masuknya. "bagaimana ini?! aku tak tahu apakah harus memasuki kota ini atau tidak?! aku benar benar putus asa saat ini" Matty mengucapkan itu sambil bolak balik di depan para penjaga gerbang.
Salah satu penjaga menghampiri Matty dan bertanya padanya "halo nona! apa kau sedang dalam kesusahan?" tanya penjaga gerbang yang memakai armor lengkap dan membawa tombak bersamanya, Cindy terkejut dan menjawab dengan panik "whoa! a-aku sedang mencari temanku yang hilang ntah kemana saat berkemah di tengah hutan sana," penjaga itu sepertinya mengerti situasi yang telah dialami oleh Matty dan mengajaknya masuk ke pos penjaga untuk membincangkan hal yang dia alami lebih jelas dan tenang.
------- ke barat menggunakan sapu terbang -------
"sapu ini benar benar hebat! aku bahkan tak mengeluarkan Mana namun dia bergerak sesuai dengan keinginan ku" Cindy terkagum pada sapu terbang otomatis milik Sie dan Matty "selain itu tempat duduk yang dimilikinya benar benar nyaman dan luas" Pikiran Cindy benar benar teralihkan pada sapu yang dia naiki dan dan melupakan tujuannya menuju barat.
Saat 30 menit berlalu dia pun menerima semacam sinyal menuju kepalanya langsung dan tersadar bahwa dia sedang mencari Matty dan Sie namun hal itu gagal ia lakukan.
"Aku benar benar lalai! bagaimana ini?! aku belum menemukan mereka namun tak bisa melanggar kontrak yang sudah kubuat dengan Ti yaitu untuk mencari hanya dengan waktu 30 menit" keluh Cindy "tapi.... sepertinya mereka juga takkan kenapa kenapa karena mereka cukup kuat, apalagi Sie dengan kekuatan gorrilanya" ucap Cindy yang berusaha berpikir tenang dan kembali menuju tempat awal dimana dia harus memenuhi janjinya.
Suara tangisan bayi terdengar sangat kencang, aku beberapa kali mencoba untuk meninggalkannya namun berulang kali juga aku kembali untuk membawanya karena sisi kemanusiaan ku tak membiarkannya."ahhhh aku merindukan teman teman, menjaga bayi ternyata susah MAAFKAN AKU IBU!!!!" aku mengeluh dan berteriak kencang menyadari betapa susahnya menjadi seorang ibu dan membuat bayi yang ku gendong menangis lagi "bodohnya aku" ucapku sambil menenangkan bayinya.Untuk sementara ini aku memanggil bayi yang ada bersamaku dengan sebutan Frie kecil. Sekarang keseharianku selain berjalan tak jelas mencari teman teman tanpa arah namun juga mengurus bayi kecil yang kira kira umurnya baru menginjak 8 bulan. Sudah 2 hari sejak itu dan 2 hari itu benar benar menjadi perubahan besar dalam hidupku, setiap pagi membuat sarapan untukku dan menghaluskan makanan untuk Frie lalu menyuapinya, mengganti popoknya setiap beberapa jam dan lain lain.Omo
Gelap disini, tak terlihat apapun mau tak mau Cindy harus merapalkan mantra pengelihatan malam untuk bisa melihat sekitar dan tak ada yang lain selain warna hitam disini. Ntah bagaimana kakinya bisa menapak disini, karena penasaran dia terus menanyakan hal itu pada serigala yang menyebut dirinya sebagai ketua suku dari serigala bayangan dan hanya menjawab "ntahlah itu memang sudah ditakdirkan, jadi tak ada alasan khusus" Cindy menyerah untuk menanyakan itu dan mengikuti Serigala itu dengan diam.Mereka terus berjalan tanpa arah menuju depan tanpa tujuan, serigala juga tak pernah memberitahu kemana mereka akan pergi, hanya saja tubuh Cindy terasa menjadi lebih berat pada setiap langkah yang dilakukan olehnya."hei Serigala! ayolah jawab aku! kemana kita akan pergi?! semakin berat langkahku disini" ucap Cindy mengeluhkan perjalanan yang tak jelas ini, serigala hanya ter UUdiam sambil sedikit menyeringai puas.Lama kelamaan
Ntah bagaimana aku bisa mempunyai kekuatan untuk membawa daging singa yang cukup banyak dengan satu tangan sambil menggendong Frie pada tangan kiri"huuh! ternyata aku kuat" ucapku dengan optimis."tunggulah sebentar Frie, aku akan membuat sup daging untuk sarapan hari ini"Frie duduk manis sambil melihatku menyalakan kembali api unggun "da.. da.. da.." itulah ucapnya saat melihatku. Aku tersenyum dan api pun menyala.Setelah itu aku memangku Frie menuju tenda"tunggulah di tenda ini sebentar ya, aku akan memetik beberapa bahan untuk membuat sup di hutan, ingat! jadilah anak yang baik" peringatku pada anak kecil yang berumur 1 tahunan.Aku lantas bergegas menuju tempat daging singa tadi untuk membawa sisa dagingnya tapi kulihat daging itu sedang dimakan oleh hewan hewan hutan. Aku sempat akan mengusir mereka tapi mengingat bahwa daging itu juga diberikan oleh rusa, langkah
"kau masih berbohong kepadaku! ucapkan kebenarannya, jika kau kabur itu mana mungkin kau peduli pada negerimu" Trev menghentikan suapan nya dan menjawab pertanyaan ku "baiklah baiklah, sebenarnya aku tak kabur tapi kabur kau tahu? masalah keluarga, ini hal yang rumit tapi jika kau juga tetap ingin mengetahui nya akan ku beri tahu padamu""kenapa tidak? ayo lanjutkan" jawabkuTrev menghela nafas dan berkata "wanita itu benar benar merepotkan" "baiklah aku hanya akan menceritakan nya sekali dan tak ada pertanyaan oke?" aku mengangguk sekencang kencangnya.Frie kembali tidur setelah aku menyuapinya saat Trev sibuk menulis surat jadi percakapan ini takkan terganggu oleh siapapun."aku sedari kecil sangat menyukai alam dan selalu menjelajah tanpa henti (awal yang klasik XD) hingga orang orang disekitar kerajaan menganggapku sebagai budak yang diberikan kebebasan oleh raja, memang ayahku tak pe
Sudah satu hari kami berjalan tapi kami belum melihat tanda tanda dari kota tempat aku menemukan Rean "haah, benar kata orang tua kalau perjalanan pulang itu lebih lama daripada saat kau pergi" ucapku sambil menghela nafas.Trev melihat ke arahku dan bertanya "hmm? apa yang kau katakan?""tak ada, tak usah perhatikan aku" ucapku menjawab pertanyaan TrevTrev mengangkat bahu kanannya dan berkata "oh oke""........""........""........"Karena perjalanan ini terlalu membosankan, aku pun mengajak Trev berbicara "hei Trev, apakah kau percaya tahayul?""hmm tidak, tapi juga bisa dibilang percaya karena dunia ini luas lalu yang mengetahui kebenaran toh cuma baru satu orang, jadi siapa tahu?" jawabnya"ooh begitu, apakah kau kira dalam perjalanan kita nanti akan bertemu dengan raksasa, atau yang lainnya?" aku bertanya lagi padanya untuk mengisi kejenuhan"yaa mungkin saja? bahkan dari yang kubaca pada buku catatannya, D
"Hei ada apa Sie? kau terlihat pucat setelah bangun tidur" Trev bertanya saat aku bangun dari tidurku, aku sungguh kebingungan dan berucap dalam hati 'eh ada apa ini? kenapa aku tiba tiba berada disini? apa yang terjadi?'"uuhm, dimana kita?" itulah ucapan pertamaku selepas bangun."apa maksudmu? kau tidur 1 jam lalu dan melupakan tujuan kita, hahaha itu benar benar lucu Sie kau benar benar ahlinya dalam bercanda" ucap Trev.Aku sedikit merenungkan kembali apa yang baru saja terjadi dan aku terdiam sebentar. Trev terlihat membiarkanku untuk merenung dan menuju ke tempat duduk supir kereta naga."ahh! benar, sudah beberapa tahun sejak saat itu! bagaimana aku bisa melupakannya!" aku berteriak dan membangunkan Shele yang langsung menangis dipangkuankuAku menenangkannya "cup cup anak mama, tenanglah tak ada apa apa, maafkan mama terlalu berisik"Anak ini adalah
Dia memakai baju putih terdapat garis merah pola menyilang pada dadanya dan sepertinya pada bagian belakang juga terdapat garis yang sama.Itu adalah sebuah seragam, tapi organisasi macam apa yang bisa membuat ilusi sebesar kota dan mengacaukan pikiran seseorang?"a... pa... yang.. kau mau" aku berbicara terbata bata dengan tubuh lemas yang entah bagaimana bisa terjadi secara mendadak."ayolah ini hanyalah D tingkat 3 kau tadi bilang kalau kau lebih kuat dari pria tadi, maka kuberikan kau tingkat yang lebih sulit dan kau sudah lemas begitu saja?" dia berbicara dengan angkuh, pasti tak ada orang yang menyukai orang sepertinya.Aku menghela nafas yang sangat berat dan mencoba untuk bangkit sedikit demi sedikit. Ini sangat menyakitkan kulitku seperti tertarik oleh tanah dan organ di dalam kulit memaksa untuk naik.Terus memaksakan untuk berdiri namun terdengar suara sobekan kulit dari punggungku aku merintih kesakitan tapi tetap memaksa untuk berdiri.
Sangat terang disini aku tak bisa membuka mataku, aku yakin bila aku membuka mataku, itu akan rusak seketika.Aku bingung dengan semua suara yang menyuruhku untuk menukar, aku tak bisa memutuskan apapun bila mataku tertutup.Aku membuka mataku secara perlahan dan tetap saja itu tak membuatku bisa membuka mataku, ini sungguh beresiko tapi suara di dekatku semakin menggelegar dan membuat gendang telingaku seperti akan pecah.Ini sungguh menyakitkan! mau tak mau aku hanya mempunyai pilihan selain membuka mata."Baiklah dalam hitungan ketiga aku akan membuka mataku dan memutuskan apa yang akan kulakukan berikut!" aku berteriak menegur suara suara yang semakin lama semakin mengeras."tukar! tukar! tukar!""1...." aku mulai berhitung"tukar! tukar! tukar!""2...." hitungan kedua"tukar! tukar! tukar!""3!"Aku membuka mataku langsung dan melihat langsung kepada asal cahaya ini langsung namun apa ini?"hei