Home / Historical / Darah dan Takdir / Bab 16 - Taman yang Tak Lagi Aman

Share

Bab 16 - Taman yang Tak Lagi Aman

Author: A. Rani
last update Huling Na-update: 2025-08-06 10:23:22

Seorang pria tinggi dengan jubah panjang berwarna hitam keemasan berdiri di bawah cahaya obor yang berkelip. Wajahnya tetap tersembunyi dalam bayangan, tetapi begitu ia melangkah lebih dekat, Saraswati mengenali sosok itu.

Penasihat istana.

Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu pria ini—salah satu penasihat kepercayaan permaisuri, seseorang yang jarang terlihat di luar ruangan pertemuan rahasia. Namun, mengapa ia berada di sini?

“Pulang terlambat malam ini, Sang Cahaya,” suara pria itu tenang, tetapi ada sesuatu dalam nadanya yang terasa seperti belati yang diselipkan di balik selendang sutra.

Saraswati menegakkan punggungnya, berusaha tidak menunjukkan ketakutan yang mulai menjalar di dadanya. “Apakah ada sesuatu yang ingin Anda bicarakan, Tuan

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Darah dan Takdir   Bab 24 - Kebenaran di Balik Darah Kerajaan

    Gelap dan lembap, lorong bawah tanah yang dilewati Saraswati seakan menelannya dalam kesunyian yang mencekam. Ia bisa mendengar tetesan air dari langit-langit batu yang kasar, menciptakan suara berulang yang menggema di sepanjang terowongan sempit. Dinding di sekelilingnya terasa dingin dan licin, seolah-olah telah menyimpan rahasia yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad.Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berjalan. Kakinya terasa semakin berat, dan udara di dalam lorong semakin tipis, membuatnya sulit bernapas. Namun, ia tidak bisa berhenti. Setiap langkah yang ia ambil menjauhkannya dari istana, dari cengkeraman mereka yang telah menipunya seumur hidupnya. Lalu, di ujung lorong, samar-samar terlihat cahaya redup.

  • Darah dan Takdir   Bab 23 - Terowongan Menuju Takdir

    Prajurit itu masih menatapnya dengan penuh keraguan. Saraswati merasakan ketegangan semakin menumpuk, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahan.Akhirnya, pria itu mendengus. “Pastikan kau bekerja dengan benar,” katanya dingin. “Dan jangan membuat masalah.”Tanpa menunggu lebih lama, ia berbalik dan berjalan menjauh, membiarkan mereka melanjutkan perjalanan. Saraswati hanya bisa menarik napas lega begitu pria itu benar-benar menghilang di balik bayangan.Mirah menggenggam tangannya erat, lalu berbisik, &ldq

  • Darah dan Takdir   Bab 22 - Saat Dusta Menyelamatkan Hidup

    Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak. Ia bergegas menutup kembali petinya, lalu berdiri dengan waspada. Tidak ada seorang pun yang seharusnya datang ke kamarnya pada waktu selarut ini. Tangannya bergerak ke gagang pintu dengan ragu, tetapi sebelum ia sempat membuka, sebuah suara berbisik dari balik kayu yang dingin.“Sang Cahaya, ini aku.”Saraswati mengenali suara itu seketika. Mirah. Ia membuka pintu sedikit, cukup untuk melihat wajah Mirah yang pucat diterpa cahaya lentera di lorong. Pelayan itu tampak gelisah, matanya bergerak cepat ke kiri dan kanan sebelum akhirnya masuk ke dalam dengan cepat, lalu menutup pintu di belakangnya.“Andai ada orang lain yang melihatku datang ke sini, nyawaku past

  • Darah dan Takdir   Bab 21 - Sangkar Emas, Jiwa yang Terbakar

    Darah Saraswati membeku. Tangannya mencengkeram kertas itu lebih erat, tetapi tubuhnya seakan kehilangan keseimbangan. Ini adalah jawaban yang selama ini ia cari, tetapi juga jawaban yang tidak pernah ia inginkan.“Apa ini...?” suaranya nyaris tak terdengar, hampir seperti bisikan.Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh pemahaman. “Itu adalah nasibmu. Sebuah kebenaran yang mereka sembunyikan darimu sejak kau lahir.”Saraswati menggeleng, mencoba memahami sesuatu yang terasa begitu tidak masuk akal tetapi sekaligus begitu nyata. “Aku... aku bukan harapan mereka. Aku hanyalah korban yang dipersiapkan untuk mati?”Pria itu menghela napas panjang, seakan tahu bahwa beban ini terlalu berat untuk seorang gadis yang baru saja menemukan keben

  • Darah dan Takdir   Bab 20 - Kebenaran yang Tak Bisa Diingkari

    Dengan langkah hati-hati, Saraswati melangkah ke jendela kamarnya, menatap taman di luar yang masih dibalut kegelapan malam. Dari kejauhan, ia bisa melihat penjaga yang berjaga di gerbang utama istana, tombak mereka berkilat dalam cahaya obor yang remang. Tidak ada tanda-tanda gerakan mencurigakan di sekitar taman air suci, tetapi itu tidak berarti tempat itu benar-benar aman. Ia mengembuskan napas pelan, berusaha menenangkan degup jantungnya yang semakin cepat. Jika ia pergi ke sana dan ini ternyata jebakan, maka semuanya akan berakhir malam ini. Namun, jika ia tetap tinggal, ia mungkin tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lain untuk mengetahui kebenaran sepenuhnya.Pilihan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang semua yang telah

  • Darah dan Takdir   Bab 19 - Saat Takdir Bukan Lagi Pilihan

    Malam semakin larut di Istana Airlangga. Angin dingin menyelinap melewati celah-celah jendela, membelai kulit Saraswati yang masih duduk di lantai kamarnya, dikelilingi oleh gulungan kertas dan dokumen tua yang telah ia bongkar dalam beberapa jam terakhir. Cahaya lentera yang temaram menciptakan bayangan bergerak di sekelilingnya, seakan menari bersama ketegangan yang menggantung di udara.Di hadapannya, terbuka sebuah surat dengan tinta yang mulai pudar, tetapi kata-katanya masih jelas terbaca. Jemarinya mencengkeram lembaran itu erat-erat, napasnya tertahan saat matanya menelusuri isi yang kini mengubah seluruh pandangannya tentang siapa dirinya.“Sang Cahaya bukanlah anugerah, melainkan kunci. Dan kunci harus dikorbankan agar gerbang tetap tertutup.”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status