Share

Bab 19

Penulis: Phoenixclaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 23:56:33
Setelah pertemuan berakhir dan para permaisuri telah kembali ke kediaman masing-masing, Liora berjalan anggun menyusuri lorong berlantai marmer. Langkahnya tak tergesa, tapi ada sesuatu yang mencekam di udara, seperti badai yang tertahan.

Ia berhenti sejenak dan menoleh pada seorang pelayan. “Undang Selir Riselda ke kediamanku. Katakan padanya, aku ingin minum teh bersama.”

Tak butuh lama. Tak sampai satu jam, Riselda telah duduk di beranda pribadi Liora, di bawah lampu gantung kristal yang berkilau dalam temaram malam. Asap dari teko teh melingkar perlahan di udara.

“Aku tahu kau tidak menyukai teh melati, jadi aku minta dibuatkan campuran serai dan kayu manis. Itu menenangkan saraf,” ujar Liora dengan senyum samar.

Riselda menerima cangkir porselen itu, tapi tidak minum. Matanya gelap.

“Kau lihat tadi Kak?” bisiknya. “Dia mempermalukan kita di depan semua orang.”

Liora mengangkat cangkirnya, menghirup perlahan, lalu menaruhnya kembali. “Dia tidak mempermalukan kita. Dia menunjukkan b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 22

    Udara di dapur utama panas dan wangi rempah memenuhi udara. Di tengah kesibukan para juru masak, Elina berdiri di depan Master Jarwell dengan senyum canggung, membawa apron lama yang terlipat rapi di tangannya.“Master Jarwell,” ucapnya sambil menyerahkan apron itu, “ini... milik Anda. Maaf aku membawanya pagi tadi. Katanya Anda memanggilku?”Master Jarwell menghentikan kegiatannya, menoleh heran. “Memanggilmu? Aku bahkan baru sadar apronk—oh.” Ia mengerutkan dahi, menatap Elina dengan bingung. “Siapa bilang aku memanggilmu?”Elina berkedip, lalu menatap apron yang dibawanya. “Pelayan tadi bilang... Anda baru dapat apron baru dan ingin menukarnya denganku.”Jarwell terkekeh, masih heran. “Aku memang dapat kiriman kain baru tadi pagi, tapi aku tak mengutus siapa pun memanggilmu. Tapi... rupanya kau memang punya ikatan khusus dengan kain ini, ya?”Elina diam sejenak, entah siapa yang mempermaikannya, namun sesaat matanya jatuh pada apron lusuh itu. “Aku... sedang mencoba membuat pakaian

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 21

    Halaman Dalam Istana, Menjelang Tengah HariLangit cerah menggantung di atas paviliun selatan. Di halaman dalam istana, di bawah tenda kain putih yang lebar, para cendekiawan kerajaan sibuk dengan benda-benda aneh di atas meja kayu besar. Piringan logam, jarum panjang, potongan batu hitam, dan mangkuk-mangkuk air tersebar di antara gulungan kertas perkamen penuh rumus dan catatan.Pangeran Raeshan berdiri di samping meja, tangan bersilang, wajahnya serius.“Jadi, kalian bilang ini akan menunjukkan arah mata angin?” tanyanya, menatap salah satu cendekia tertua, Guru Thelim.“Benar, Yang Mulia,” jawab sang cendekiawan dengan penuh semangat. “Dengan magnet batu lodestone ini dan jarum baja, jika seimbang dengan baik, ia akan menunjuk ke arah tetap.”Raeshan memiringkan kepala, menatap jarum yang bergetar pelan di atas semangkuk air.“Kenapa terus bergoyang?”“Kami... masih menyempurnakan kalibrasinya, Paduka,” jawab seorang pemuda di samping Thelim. “Kami menghabiskan sepuluh tahun untuk

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 20

    Malam telah larut. Di Paviliun Timur…Elina nyaris menyeret langkah saat memasuki ruang pribadinya. Kepalanya berat, pikirannya lebih berat lagi. Udara malam sudah mulai dingin, tapi tubuhnya terasa panas oleh emosi yang tak kunjung reda sejak mereka kembali dari Jembatan Kaldera.Ia masuk ke ruang pemandian, mengunci pintu tanpa benar-benar sadar akan gerakannya. Uap hangat segera menyambut, menenangkan kulit yang dingin dan pikiran yang kalut.Ia melepas gaunnya dan perlahan menuruni tangga kecil menuju bak mandi batu yang berisi air hangat beraroma kayu manis dan mawar. Ia tenggelam hingga ke bahu, membiarkan air melingkupi tubuhnya. Rasa lelah menyeruak ke seluruh sendi. Sedikit demi sedikit, kesadarannya mulai mengambang di antara kantuk dan tenang.Kelopak matanya terpejam. Napasnya melambat.Dan tiba-tiba... ada sentuhan.Lembut. Perlahan. Tepat di antara bahu dan tengkuknya.Elina tak bereaksi pada awalnya. Ia mengira itu Sekar.Tapi sentuhan itu lebih kuat dari tangan Sekar.

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 19

    Setelah pertemuan berakhir dan para permaisuri telah kembali ke kediaman masing-masing, Liora berjalan anggun menyusuri lorong berlantai marmer. Langkahnya tak tergesa, tapi ada sesuatu yang mencekam di udara, seperti badai yang tertahan.Ia berhenti sejenak dan menoleh pada seorang pelayan. “Undang Selir Riselda ke kediamanku. Katakan padanya, aku ingin minum teh bersama.”Tak butuh lama. Tak sampai satu jam, Riselda telah duduk di beranda pribadi Liora, di bawah lampu gantung kristal yang berkilau dalam temaram malam. Asap dari teko teh melingkar perlahan di udara.“Aku tahu kau tidak menyukai teh melati, jadi aku minta dibuatkan campuran serai dan kayu manis. Itu menenangkan saraf,” ujar Liora dengan senyum samar.Riselda menerima cangkir porselen itu, tapi tidak minum. Matanya gelap.“Kau lihat tadi Kak?” bisiknya. “Dia mempermalukan kita di depan semua orang.”Liora mengangkat cangkirnya, menghirup perlahan, lalu menaruhnya kembali. “Dia tidak mempermalukan kita. Dia menunjukkan b

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 18

    Begitu pintu paviliun tertutup dan langkah kaki Raeshan menghilang di kejauhan, Elina tetap diam di tempat. Sekar hendak mendekat, tapi Elina mengangkat satu tangan lemah sebagai isyarat agar menjauh.Beberapa detik hening berlalu.Lalu, dari balik wajah pucat dan tubuh yang gemetar, muncullah senyum.senyum dingin, tajam, dan sangat tipis disudut bibir Elina.Dengan pelan, Elina menyingkap kain perban di kakinya, memperhatikan luka bakar yang mulai mengering dengan bantuan salep mahal dari Raeshan."Mereka sudah bersimpati padaku," gumamnya.Sekar mengangguk. Ia sudah tahu semua ini sejak awal.“Rencana kita berhasil, Putri,” bisiknya. “Pangeran Kael membela anda seperti yang anda perkirakan. Dan sekarang, Pangeran Raeshan mulai menjauh dari Permaisuri karena tidak ingin kalah saing pangeran Kael.”Elina tersenyum tipis. “Satu langkah lagi. Liora akan kehilangan pijakannya di istana dan aku akan punya ruang bernapas.”Sekar duduk di sisi ranjang, membasuh luka Elina dengan lembut. “T

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 17

    Malam itu, setelah memastikan Elina dirawat dengan baik oleh tabib dan Sekar, Pangeran Kael berdiri tegak di depan paviliun Liora. Dua pengawal yang berjaga terdiam saat melihat sosok Kael melangkah masuk tanpa perlu izin.Liora tengah duduk di kursi dekat perapian, menyeruput arak manis dengan senyum tipis di bibirnya. Namun senyum itu lenyap saat melihat mata Kael yang menatapnya bagai ujung pedang.“Yang Mulia,” ucapnya manis. “Jika Anda datang untuk—”“Beraninya kau menyiksa Putri Elina seperti itu?” Kael memotong dingin.Liora membeku sejenak. Tapi ia cepat menenangkan dirinya. “Saya hanya menjalankan mandat dari Pangeran Raeshan. Semua yang saya lakukan demi mendidik dan—”“Demi memuaskan kebencianmu.” Kael maju satu langkah. “Kau pikir aku tak tahu apa yang kau lakukan selama Raeshan pergi?”Wajah Liora memucat, tapi bibirnya tetap tersenyum.“Yang Mulia terlalu terbawa emosi. Mungkin Elina yang dramatis. Dia memang pandai bersandiwara.”Kael mendekat, suara suaranya nyaris ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status