Share

Bab 23

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-05-29 23:17:32

Di sisi lain Kerajaan Azmeria, jauh dari gemerlap istana, langit malam menggantung suram di atas reruntuhan kuil kuno.

Di bawah tanah, di lorong-lorong lembab yang hanya diterangi api obor, sekelompok orang bersenjata duduk melingkar di sekitar meja batu. Mereka diam, mendengarkan sosok bertopeng berdiri di tengah ruangan, jubah kelamnya menyapu lantai kasar.

“Pajak dinaikkan lagi,” suara pria bertopeng itu menggema di antara dinding batu. “Dan siapa yang menikmatinya? Raja Varyen dan putra-putranya, dengan anggur mahal dan selir-selir cantik... sementara desa-desa kita kekurangan air bersih.”

Beberapa orang mendesis geram. Yang lain mengepalkan tangan.

“Pangeran Raeshan baru saja mengerahkan pasukan ke lembah selatan,” lanjutnya. “Tanah petani disita, anak-anak dijadikan buruh paksa di dapur-dapur pertempuran. Kalian pikir siapa yang menyuruh itu?”

“Raeshan,” jawab salah satu pria, suaranya berat.

“Dan Raja Varyen membiarkannya,” sambung pria bertopeng itu. “Mereka semua haus kekuasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 25

    Istana Azmeria — Esok PagiCahaya matahari pagi menari di permukaan kolam. Airnya kini bening seperti kristal, memantulkan warna-warna batu hias dan daun-daun kecil yang mengambang. Ikan-ikan itu berenang lincah, tampak lebih hidup dari sebelumnya.Di paviliun timur, Elina duduk dengan Miranda dan Sekar sambil pura-pura membaca buku ramuan. Tapi pikirannya tak lepas dari apa yang ia lakukan semalam. Jantungnya masih berdebar-debar mengingat kemungkinan kalau Raeshan melihatnya.Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar dari arah taman. Seorang pelayan istana lewat sambil bergumam kagum.“Kolam di taman indah sekali pagi ini. Siapa yang menghiasnya, ya?”Miranda langsung menoleh semangat. “Iya! Saya lihat semalam lewat jendela. Ada yang menghias pakai batu warna-warni dan tanaman air. Seperti taman peri!”Elina langsung menendang pelan kaki Miranda di bawah meja. Miranda mengerut, bingung.Raeshan tiba-tiba muncul dari balik pilar, seolah mendengar semuanya. “Taman peri?” tanyanya, ali

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 24

    Istana Azmeria- Paviliun TimurRaeshan melangkah cepat melewati para penjaga, jubahnya mengepak karena langkah tergesa. Wajahnya keras dan sorot matanya gelap. Setiap pelayan yang melihatnya langsung menunduk atau menjauh dengan cemas. Ia menuju paviliun timur kediaman Elina.Ketika pintu paviliun dibuka kasar oleh tangannya, yang terlihat justru bukan kehebohan mencurigakan, melainkan Elina dan Miranda duduk manis di atas tikar tipis. Di depan mereka, beberapa botol kecil cat berwarna-warni dan kuas tipis berserakan. Miranda tertawa kecil sambil menunjukkan jemarinya yang sedang dicat warna biru lembut oleh Elina.Raeshan mematung.“...Apa ini?” suaranya tajam, memecah suasana ringan itu.Elina menoleh pelan, lalu tersenyum sok manis tanpa berdiri. “Yang Mulia. Anda mengejutkanku. Seperti yang Anda lihat, kami hanya bersantai sedikit.”Miranda ikut berdiri, agak tergesa, namun masih tersenyum ceria. “Yang Mulia.Mohon maaf hamba lancang, Putri Elina membantu hamba belajar menghias kuk

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 23

    Di sisi lain Kerajaan Azmeria, jauh dari gemerlap istana, langit malam menggantung suram di atas reruntuhan kuil kuno.Di bawah tanah, di lorong-lorong lembab yang hanya diterangi api obor, sekelompok orang bersenjata duduk melingkar di sekitar meja batu. Mereka diam, mendengarkan sosok bertopeng berdiri di tengah ruangan, jubah kelamnya menyapu lantai kasar.“Pajak dinaikkan lagi,” suara pria bertopeng itu menggema di antara dinding batu. “Dan siapa yang menikmatinya? Raja Varyen dan putra-putranya, dengan anggur mahal dan selir-selir cantik... sementara desa-desa kita kekurangan air bersih.”Beberapa orang mendesis geram. Yang lain mengepalkan tangan.“Pangeran Raeshan baru saja mengerahkan pasukan ke lembah selatan,” lanjutnya. “Tanah petani disita, anak-anak dijadikan buruh paksa di dapur-dapur pertempuran. Kalian pikir siapa yang menyuruh itu?”“Raeshan,” jawab salah satu pria, suaranya berat.“Dan Raja Varyen membiarkannya,” sambung pria bertopeng itu. “Mereka semua haus kekuasa

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 22

    Udara di dapur utama panas dan wangi rempah memenuhi udara. Di tengah kesibukan para juru masak, Elina berdiri di depan Master Jarwell dengan senyum canggung, membawa apron lama yang terlipat rapi di tangannya.“Master Jarwell,” ucapnya sambil menyerahkan apron itu, “ini... milik Anda. Maaf aku membawanya pagi tadi. Katanya Anda memanggilku?”Master Jarwell menghentikan kegiatannya, menoleh heran. “Memanggilmu? Aku bahkan baru sadar apronk—oh.” Ia mengerutkan dahi, menatap Elina dengan bingung. “Siapa bilang aku memanggilmu?”Elina berkedip, lalu menatap apron yang dibawanya. “Pelayan tadi bilang... Anda baru dapat apron baru dan ingin menukarnya denganku.”Jarwell terkekeh, masih heran. “Aku memang dapat kiriman kain baru tadi pagi, tapi aku tak mengutus siapa pun memanggilmu. Tapi... rupanya kau memang punya ikatan khusus dengan kain ini, ya?”Elina diam sejenak, entah siapa yang mempermaikannya, namun sesaat matanya jatuh pada apron lusuh itu. “Aku... sedang mencoba membuat pakaian

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 21

    Halaman Dalam Istana, Menjelang Tengah HariLangit cerah menggantung di atas paviliun selatan. Di halaman dalam istana, di bawah tenda kain putih yang lebar, para cendekiawan kerajaan sibuk dengan benda-benda aneh di atas meja kayu besar. Piringan logam, jarum panjang, potongan batu hitam, dan mangkuk-mangkuk air tersebar di antara gulungan kertas perkamen penuh rumus dan catatan.Pangeran Raeshan berdiri di samping meja, tangan bersilang, wajahnya serius.“Jadi, kalian bilang ini akan menunjukkan arah mata angin?” tanyanya, menatap salah satu cendekia tertua, Guru Thelim.“Benar, Yang Mulia,” jawab sang cendekiawan dengan penuh semangat. “Dengan magnet batu lodestone ini dan jarum baja, jika seimbang dengan baik, ia akan menunjuk ke arah tetap.”Raeshan memiringkan kepala, menatap jarum yang bergetar pelan di atas semangkuk air.“Kenapa terus bergoyang?”“Kami... masih menyempurnakan kalibrasinya, Paduka,” jawab seorang pemuda di samping Thelim. “Kami menghabiskan sepuluh tahun untuk

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 20

    Malam telah larut. Di Paviliun Timur…Elina nyaris menyeret langkah saat memasuki ruang pribadinya. Kepalanya berat, pikirannya lebih berat lagi. Udara malam sudah mulai dingin, tapi tubuhnya terasa panas oleh emosi yang tak kunjung reda sejak mereka kembali dari Jembatan Kaldera.Ia masuk ke ruang pemandian, mengunci pintu tanpa benar-benar sadar akan gerakannya. Uap hangat segera menyambut, menenangkan kulit yang dingin dan pikiran yang kalut.Ia melepas gaunnya dan perlahan menuruni tangga kecil menuju bak mandi batu yang berisi air hangat beraroma kayu manis dan mawar. Ia tenggelam hingga ke bahu, membiarkan air melingkupi tubuhnya. Rasa lelah menyeruak ke seluruh sendi. Sedikit demi sedikit, kesadarannya mulai mengambang di antara kantuk dan tenang.Kelopak matanya terpejam. Napasnya melambat.Dan tiba-tiba... ada sentuhan.Lembut. Perlahan. Tepat di antara bahu dan tengkuknya.Elina tak bereaksi pada awalnya. Ia mengira itu Sekar.Tapi sentuhan itu lebih kuat dari tangan Sekar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status