Share

Bab 22

Penulis: Phoenixclaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 23:28:28

Udara di dapur utama panas dan wangi rempah memenuhi udara. Di tengah kesibukan para juru masak, Elina berdiri di depan Master Jarwell dengan senyum canggung, membawa apron lama yang terlipat rapi di tangannya.

“Master Jarwell,” ucapnya sambil menyerahkan apron itu, “ini... milik Anda. Maaf aku membawanya pagi tadi. Katanya Anda memanggilku?”

Master Jarwell menghentikan kegiatannya, menoleh heran. “Memanggilmu? Aku bahkan baru sadar apronk—oh.” Ia mengerutkan dahi, menatap Elina dengan bingung. “Siapa bilang aku memanggilmu?”

Elina berkedip, lalu menatap apron yang dibawanya. “Pelayan tadi bilang... Anda baru dapat apron baru dan ingin menukarnya denganku.”

Jarwell terkekeh, masih heran. “Aku memang dapat kiriman kain baru tadi pagi, tapi aku tak mengutus siapa pun memanggilmu. Tapi... rupanya kau memang punya ikatan khusus dengan kain ini, ya?”

Elina diam sejenak, entah siapa yang mempermaikannya, namun sesaat matanya jatuh pada apron lusuh itu. “Aku... sedang mencoba membuat pakaian
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 23

    Di sisi lain Kerajaan Azmeria, jauh dari gemerlap istana, langit malam menggantung suram di atas reruntuhan kuil kuno.Di bawah tanah, di lorong-lorong lembab yang hanya diterangi api obor, sekelompok orang bersenjata duduk melingkar di sekitar meja batu. Mereka diam, mendengarkan sosok bertopeng berdiri di tengah ruangan, jubah kelamnya menyapu lantai kasar.“Pajak dinaikkan lagi,” suara pria bertopeng itu menggema di antara dinding batu. “Dan siapa yang menikmatinya? Raja Varyen dan putra-putranya, dengan anggur mahal dan selir-selir cantik... sementara desa-desa kita kekurangan air bersih.”Beberapa orang mendesis geram. Yang lain mengepalkan tangan.“Pangeran Raeshan baru saja mengerahkan pasukan ke lembah selatan,” lanjutnya. “Tanah petani disita, anak-anak dijadikan buruh paksa di dapur-dapur pertempuran. Kalian pikir siapa yang menyuruh itu?”“Raeshan,” jawab salah satu pria, suaranya berat.“Dan Raja Varyen membiarkannya,” sambung pria bertopeng itu. “Mereka semua haus kekuasa

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 22

    Udara di dapur utama panas dan wangi rempah memenuhi udara. Di tengah kesibukan para juru masak, Elina berdiri di depan Master Jarwell dengan senyum canggung, membawa apron lama yang terlipat rapi di tangannya.“Master Jarwell,” ucapnya sambil menyerahkan apron itu, “ini... milik Anda. Maaf aku membawanya pagi tadi. Katanya Anda memanggilku?”Master Jarwell menghentikan kegiatannya, menoleh heran. “Memanggilmu? Aku bahkan baru sadar apronk—oh.” Ia mengerutkan dahi, menatap Elina dengan bingung. “Siapa bilang aku memanggilmu?”Elina berkedip, lalu menatap apron yang dibawanya. “Pelayan tadi bilang... Anda baru dapat apron baru dan ingin menukarnya denganku.”Jarwell terkekeh, masih heran. “Aku memang dapat kiriman kain baru tadi pagi, tapi aku tak mengutus siapa pun memanggilmu. Tapi... rupanya kau memang punya ikatan khusus dengan kain ini, ya?”Elina diam sejenak, entah siapa yang mempermaikannya, namun sesaat matanya jatuh pada apron lusuh itu. “Aku... sedang mencoba membuat pakaian

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 21

    Halaman Dalam Istana, Menjelang Tengah HariLangit cerah menggantung di atas paviliun selatan. Di halaman dalam istana, di bawah tenda kain putih yang lebar, para cendekiawan kerajaan sibuk dengan benda-benda aneh di atas meja kayu besar. Piringan logam, jarum panjang, potongan batu hitam, dan mangkuk-mangkuk air tersebar di antara gulungan kertas perkamen penuh rumus dan catatan.Pangeran Raeshan berdiri di samping meja, tangan bersilang, wajahnya serius.“Jadi, kalian bilang ini akan menunjukkan arah mata angin?” tanyanya, menatap salah satu cendekia tertua, Guru Thelim.“Benar, Yang Mulia,” jawab sang cendekiawan dengan penuh semangat. “Dengan magnet batu lodestone ini dan jarum baja, jika seimbang dengan baik, ia akan menunjuk ke arah tetap.”Raeshan memiringkan kepala, menatap jarum yang bergetar pelan di atas semangkuk air.“Kenapa terus bergoyang?”“Kami... masih menyempurnakan kalibrasinya, Paduka,” jawab seorang pemuda di samping Thelim. “Kami menghabiskan sepuluh tahun untuk

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 20

    Malam telah larut. Di Paviliun Timur…Elina nyaris menyeret langkah saat memasuki ruang pribadinya. Kepalanya berat, pikirannya lebih berat lagi. Udara malam sudah mulai dingin, tapi tubuhnya terasa panas oleh emosi yang tak kunjung reda sejak mereka kembali dari Jembatan Kaldera.Ia masuk ke ruang pemandian, mengunci pintu tanpa benar-benar sadar akan gerakannya. Uap hangat segera menyambut, menenangkan kulit yang dingin dan pikiran yang kalut.Ia melepas gaunnya dan perlahan menuruni tangga kecil menuju bak mandi batu yang berisi air hangat beraroma kayu manis dan mawar. Ia tenggelam hingga ke bahu, membiarkan air melingkupi tubuhnya. Rasa lelah menyeruak ke seluruh sendi. Sedikit demi sedikit, kesadarannya mulai mengambang di antara kantuk dan tenang.Kelopak matanya terpejam. Napasnya melambat.Dan tiba-tiba... ada sentuhan.Lembut. Perlahan. Tepat di antara bahu dan tengkuknya.Elina tak bereaksi pada awalnya. Ia mengira itu Sekar.Tapi sentuhan itu lebih kuat dari tangan Sekar.

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 19

    Setelah pertemuan berakhir dan para permaisuri telah kembali ke kediaman masing-masing, Liora berjalan anggun menyusuri lorong berlantai marmer. Langkahnya tak tergesa, tapi ada sesuatu yang mencekam di udara, seperti badai yang tertahan.Ia berhenti sejenak dan menoleh pada seorang pelayan. “Undang Selir Riselda ke kediamanku. Katakan padanya, aku ingin minum teh bersama.”Tak butuh lama. Tak sampai satu jam, Riselda telah duduk di beranda pribadi Liora, di bawah lampu gantung kristal yang berkilau dalam temaram malam. Asap dari teko teh melingkar perlahan di udara.“Aku tahu kau tidak menyukai teh melati, jadi aku minta dibuatkan campuran serai dan kayu manis. Itu menenangkan saraf,” ujar Liora dengan senyum samar.Riselda menerima cangkir porselen itu, tapi tidak minum. Matanya gelap.“Kau lihat tadi Kak?” bisiknya. “Dia mempermalukan kita di depan semua orang.”Liora mengangkat cangkirnya, menghirup perlahan, lalu menaruhnya kembali. “Dia tidak mempermalukan kita. Dia menunjukkan b

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 18

    Begitu pintu paviliun tertutup dan langkah kaki Raeshan menghilang di kejauhan, Elina tetap diam di tempat. Sekar hendak mendekat, tapi Elina mengangkat satu tangan lemah sebagai isyarat agar menjauh.Beberapa detik hening berlalu.Lalu, dari balik wajah pucat dan tubuh yang gemetar, muncullah senyum.senyum dingin, tajam, dan sangat tipis disudut bibir Elina.Dengan pelan, Elina menyingkap kain perban di kakinya, memperhatikan luka bakar yang mulai mengering dengan bantuan salep mahal dari Raeshan."Mereka sudah bersimpati padaku," gumamnya.Sekar mengangguk. Ia sudah tahu semua ini sejak awal.“Rencana kita berhasil, Putri,” bisiknya. “Pangeran Kael membela anda seperti yang anda perkirakan. Dan sekarang, Pangeran Raeshan mulai menjauh dari Permaisuri karena tidak ingin kalah saing pangeran Kael.”Elina tersenyum tipis. “Satu langkah lagi. Liora akan kehilangan pijakannya di istana dan aku akan punya ruang bernapas.”Sekar duduk di sisi ranjang, membasuh luka Elina dengan lembut. “T

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status