Share

Bab 39

Author: Phoenixclaa
last update Huling Na-update: 2025-06-18 23:53:11

Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Raeshan berjalan cepat menuju kamar ibunya. Para pelayan bergegas menunduk dan memberi jalan.

Di balik pintu besar bersulam emas, Ratu Amaris tengah duduk anggun di kursinya. Matanya mengarah ke luar jendela, seolah tak terkejut sedikit pun saat putranya masuk tanpa permisi.

“Jika kau datang untuk berterima kasih karena menyuruh pelayan memberikan ramuan pada selir agungmu, tak perlu. Aku hanya menjalankan tugas seorang ibu,” ucapnya tajam, bahkan sebelum Raeshan sempat membuka mulut.

“Apa yang Ibu berikan pada Elina?” tanya Raeshan dengan suara berat.

“Pil pahit yang seharusnya ia minum sejak hari pertama diangkat sebagai selir agung. Ia terlalu sering melanggar batas.”

“Itu bisa membahayakan kesehatannya.”

“Dan apakah itu membuatmu lupa siapa dia?” balas Amaris, menatap tajam. “Ia bukan putri bangsawan, bukan wanita terhormat. Ia hanya tawanan perang, Raeshan. Biarpun kau angkat dia jadi selir agung, darahnya tetap rendah. Titah ayahmu sekalipun ya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 39

    Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Raeshan berjalan cepat menuju kamar ibunya. Para pelayan bergegas menunduk dan memberi jalan.Di balik pintu besar bersulam emas, Ratu Amaris tengah duduk anggun di kursinya. Matanya mengarah ke luar jendela, seolah tak terkejut sedikit pun saat putranya masuk tanpa permisi.“Jika kau datang untuk berterima kasih karena menyuruh pelayan memberikan ramuan pada selir agungmu, tak perlu. Aku hanya menjalankan tugas seorang ibu,” ucapnya tajam, bahkan sebelum Raeshan sempat membuka mulut.“Apa yang Ibu berikan pada Elina?” tanya Raeshan dengan suara berat.“Pil pahit yang seharusnya ia minum sejak hari pertama diangkat sebagai selir agung. Ia terlalu sering melanggar batas.”“Itu bisa membahayakan kesehatannya.”“Dan apakah itu membuatmu lupa siapa dia?” balas Amaris, menatap tajam. “Ia bukan putri bangsawan, bukan wanita terhormat. Ia hanya tawanan perang, Raeshan. Biarpun kau angkat dia jadi selir agung, darahnya tetap rendah. Titah ayahmu sekalipun ya

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 38

    Sementara Elina menikmati sisa tehnya di ruang makan, di tempat lain, Liora melangkah cepat menuju taman dalam istana utama tempat Permaisuri Amaris biasa menerima tamu pribadi. Kedua pelayan mengekor tanpa berani bersuara, sementara langkah Liora menciptakan irama tergesa yang dipenuhi kegelisahan.Wajah Liora tegang, tapi kali ini bukan sekadar karena amarah melainkan kecemasan yang terus mencubit hatinya.Sesampainya di pendopo taman, ia segera berlutut dengan penuh takzim di hadapan Permaisuri Amaris. Tangannya menangkup di dada, matanya sedikit berkaca-kaca, namun ia menjaga nada suaranya tetap tenang dan hormat.“Yang Mulia Ibunda…” ucapnya lembut. “Maafkan kelancanganku datang tanpa diundang, namun hamba merasa perlu menyampaikan sesuatu yang telah lama hamba pendam.”Permaisuri Amaris menoleh perlahan dari jendela, menatap Liora dengan wajah tenang namun dalam. “Bicara, Liora.”Liora menarik napas, lalu menunduk dalam. “Perihal Elina… Hamba tidak bermaksud buruk, tapi… kehadir

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 37

    Jam pasir hampir menunjukkan pukul sembilan malam, dan kediaman Selir Liora masih gelap lentera gantung di halamannya belum juga dinyalakan.Liora mondar-mandir di kamarnya, kain sutra ungu membalut tubuhnya yang gemetar bukan karena dingin, tapi karena amarah yang memuncak. Matanya melirik tajam ke arah pintu yang masih tertutup.“Mana pelayan itu?!” desisnya tajam. “Mengapa lentera belum dinyalakan?!”Pelayan pribadinya, Mala, menunduk gemetar di sudut ruangan. “Hamba… hamba belum menerima perintah dari Hakim Zahar untuk menyalakan lentera malam ini, Yang Mulia…”“Sudah pukul sembilan! Itu berarti waktunya milikku!” bentak Liora, suaranya menggetarkan vas di meja kecil. “Ia berjalan cepat ke ambang jendela, menyingkap tirai dan di kejauhan, terlihat jelas lentera besar di paviliun Elina menyala terang, seperti nyala api yang mengejeknya dari jauh.Liora mengepal tangan, matanya membara. “Elina lagi… perempuan hina itu lagi.”Liora sadar kedudukannya benar-benar mulai terancam.Seme

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 36

    Langit Azmeria bersih dari mendung, seolah ikut merayakan berakhirnya derita panjang. Sepanjang jalan menuju istana, rakyat berdiri berbaris, membawa bunga, lilin, dan kain putih tanda syukur.“Elina! Tabib ajaib! Elina!”Sorak-sorai mengiringi langkah pulang Elina dan Raeshan. Di atas kuda, Elina menatap wajah-wajah yang tersenyum penuh haru. Hatinya hangat, matanya basah. Di belakang mereka, para tabib, prajurit, dan rakyat yang membantu penanganan wabah berjalan penuh bangga.Di pelataran istana, Raja Varyen berdiri didampingi para bangsawan. Begitu Elina turun dari kudanya, semua mata tertuju padanya.“Selamat datang kembali, Pangeran Raeshan,” ujar sang Raja.Raeshan membungkuk hormat. “Kami membawa kabar kemenangan, Paduka.”Lalu mata Raja menatap Elina. “Dan selamat datang, Elina. Azmeria berutang padamu.”Dua pengawal membawa lima peti besar berhiaskan ukiran naga emas. Begitu dibuka, isinya membuat semua orang terdiam: penuh emas batangan, perhiasan, batu permata, dan kain su

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 35

    Raeshan membaringkan Elina di tempat tidur pribadi di ruangannya, lalu duduk di sisi ranjang, menatapnya dalam diam. Napas Elina sudah teratur, tapi wajahnya masih pucat.Beberapa pelayan datang membawa pakaian ganti, air hangat, dan ramuan penghangat tubuh.“Keluar,” ucap Raeshan pelan namun tegas. “Aku yang akan mengurusnya.”Pelayan-pelayan itu menunduk dalam dan segera berlalu begitu juga Sekar.Saat pintu tertutup, keheningan menguasai ruangan. Raeshan mengambil handuk lembut dan mulai menyeka rambut Elina perlahan. Jemarinya sempat ragu, namun kemudian lembut, seperti takut menyakiti.“Elina…,” gumamnya. “Mengapa kau selalu mempertaruhkan dirimu demi orang lain?”Ketika Elina terbangun malam itu, ia mendapati dirinya sudah berselimut hangat, tubuhnya bersih, rambutnya tersisir. Ia mencoba duduk, namun lengannya masih lemas.Seseorang datang membawa semangkuk bubur hangat.Raeshan.“Kau… merawatku?” tanyanya lemah.Raeshan meletakkan mangkuk di atas meja kecil. “Kau menyelamatkan

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 34

    Istana Utama, Siang HariLangit Azmeria biru dan tenang saat Elina dipanggil ke Istana Utama oleh Ratu Azmeria. Sepanjang jalan, Elina menenangkan diri. Undangan dari sang Ratu tak pernah datang tanpa maksud.Di halaman belakang istana, sebuah danau buatan membentang tenang. Di tepiannya, Ratu Azmeria duduk di bangku batu berhias ukiran angsa, senyumnya lembut namun tajam menilai.Di sisinya, tampak seorang bocah lelaki kecil, kira-kira lima tahun, tertawa riang sambil berlari-lari. Ia adalah Eshan, putra dari Pangeran Arven dan Riselda. Anak itu ceria, matanya bulat seperti Arven, dan senyumnya mengingatkan Elina pada seseorang… mungkin Raeshan.Ratu Azmeria menatap tipis kearah Elina dan tersenyum. Ia mengulurkan tangan kepada cucunya.“Ayo, Eshan sayang, ikut nenek berjalan. Selir Elina akan menemani kita.”Mereka berjalan perlahan di sepanjang tepi danau. Ratu tampak menikmati suasana, sesekali tertawa kecil melihat Eshan memungut bunga air dan melemparkannya ke permukaan danau. El

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status