Share

27

Penulis: Pipipiii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 20:10:56

BAB 27

"Aku mencintaimu, Anya,"

Ciuman kali ini lebih dalam, lebih menuntut, namun tetap lembut dan penuh kasih. Tangan mereka saling menjelajah, menemukan kehangatan dan kenyamanan dalam setiap sentuhan. Tidak ada lagi rasa canggung atau gugup, yang ada hanyalah dua jiwa yang akhirnya menemukan pelabuhan mereka, dua hati yang berpadu dalam satu irama.

Selimut ditarik menutupi tubuh mereka, menjadi saksi bisu penyatuan dua insan yang mulai saling mencintai. Bisikan lembut, desahan pelan, dan ungkapan kasih sayang mengisi keheningan malam. Setiap sentuhan adalah janji, setiap tatapan adalah sumpah. Mereka bergerak bersama, dalam tarian cinta yang hanya mereka berdua yang mengerti melodinya.

Rasa sakit yang sekilas tergantikan oleh gelombang kenikmatan dan keintiman yang belum pernah Anya rasakan sebelumnya. Rio begitu lembut, begitu perhatian, memastikan setiap momen adalah pengalaman yang indah bagi mereka berdua. Ia membisi

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Hutang Jadi Cinta   27

    BAB 27"Aku mencintaimu, Anya,"Ciuman kali ini lebih dalam, lebih menuntut, namun tetap lembut dan penuh kasih. Tangan mereka saling menjelajah, menemukan kehangatan dan kenyamanan dalam setiap sentuhan. Tidak ada lagi rasa canggung atau gugup, yang ada hanyalah dua jiwa yang akhirnya menemukan pelabuhan mereka, dua hati yang berpadu dalam satu irama.Selimut ditarik menutupi tubuh mereka, menjadi saksi bisu penyatuan dua insan yang mulai saling mencintai. Bisikan lembut, desahan pelan, dan ungkapan kasih sayang mengisi keheningan malam. Setiap sentuhan adalah janji, setiap tatapan adalah sumpah. Mereka bergerak bersama, dalam tarian cinta yang hanya mereka berdua yang mengerti melodinya.Rasa sakit yang sekilas tergantikan oleh gelombang kenikmatan dan keintiman yang belum pernah Anya rasakan sebelumnya. Rio begitu lembut, begitu perhatian, memastikan setiap momen adalah pengalaman yang indah bagi mereka berdua. Ia membisi

  • Dari Hutang Jadi Cinta   26

    Cahaya lembut lampu taman yang redup seolah memeluk Rio dan Anya dalam kehangatan yang intim. Keheningan malam hanya dipecah oleh suara desir angin lembut yang memainkan dedaunan dan napas mereka yang berpadu."Ini bukan penutup, tapi permulaulan," bisik Rio, suaranya serak oleh emosi yang meluap setelah hari yang panjang dan penuh makna. Jemarinya masih erat menggenggam tangan Anya. "Ayo," ajak Rio lembut, bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya. "Sudah waktunya kita beristirahat."Anya menerima uluran tangan itu, jari-jemari mereka bertautan erat. Mereka berjalan meninggalkan taman, menuju paviliun pribadi yang telah disiapkan khusus untuk mereka, sedikit terpisah dari hiruk pikuk gedung utama. Udara malam terasa semakin sejuk, membawa aroma bunga-bunga yang baru mekar.Langkah kaki mereka berdua bergema pelan di lorong yang sunyi. Tidak ada kata yang terucap, namun keheningan itu dipenuhi oleh perasaan yang tak terkatakan. Sesampainya di depan pintu kamar mereka, Rio berhenti sej

  • Dari Hutang Jadi Cinta   25

    Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Meski matahari sudah mulai meninggi, udara pagi di sekitar gedung pertemuan masih terasa segar. Suara tamu yang mulai berdatangan memenuhi halaman, tapi suasana tetap hangat dan penuh keakraban. Di ruang rias, Anya duduk di depan cermin besar, dibantu Marta yang cekatan mengambilkan barang-barang yang diperlukan Anya.Anya menatap bayangan dirinya di cermin, jantungnya berdetak kencang. “Bu Marta, saya benar-benar nggak terlihat tegang, kan?”Martha tersenyum lembut, “Nona Anya, Anda tampak sangat anggun dan tenang. Saya yakin ini karena Anda sudah siap menghadapi hari ini.”Anya mengangguk pelan. “Iya, saya cuma... sedikit gugup. Ini hari yang sangat penting bagi saya.”Martha mengangguk sambil tersenyum, “Rasa gugup itu hal yang normal, Nona. Tetapi Anda sudah melewati semuanya dengan baik.”Pintu ruang rias diketuk pelan, kemudian Kevin melangkah masuk sambil me

  • Dari Hutang Jadi Cinta   24

    Pagi menjelang, aroma kopi buatan Martha menyebar lembut di dapur apartemen Rio. Anya berdiri membisu di sisi jendela, memeluk cangkir di dadanya, menatap mentari yang menyembul di balik gedung-gedung, sementara benaknya masih diliputi kabut pertanyaan yang tak kunjung reda.Pintu kamar terbuka pelan, memperlihatkan Rio yang baru bangun dengan rambut sedikit berantakan. Ia menatap Anya sejenak sebelum berjalan ke meja dapur, mengambil cangkir kopi hangat yang baru saja disiapkan Martha."Semalam bisa istirahat?" tanyanya pelan, lalu meniup pelan permukaan kopi sebelum menyeruputnya sedikit.Anya mengangguk singkat. “Lumayan... cuma sempat kebangun beberapa kali.”Rio menarik kursi dan duduk, menatap Anya lekat-lekat. “Kelihatannya kamu lagi menahan sesuatu. Ada yang mau kamu omongin?”Anya menunduk sebentar, lalu mengangguk. “Aku sudah memikirkannya matang-matang.”Rio tetap diam, memberi ruang bagi Anya untuk melanjutkan.“Aku tahu kamu bilang ini bukan karena tekanan. Tapi sejak Ibu

  • Dari Hutang Jadi Cinta   23

    Anya berdiri di dapur apartemen dengan tangan gemetar, memandangi cangkir teh yang sudah dingin. Matanya sembab, rambutnya terurai tidak rapi, dan wajahnya masih menyimpan jejak tangis panjang malam sebelumnya. Suara langkah pelan terdengar dari arah ruang tengah.“Kamu nggak tidur sama sekali?” tanya Rio yang baru keluar dari kamar, mengenakan kaus abu-abu dan celana santai.Anya tidak menjawab. Ia hanya menggeleng pelan, masih terpaku pada meja dapur.Rio menarik kursi, duduk di seberangnya, lalu berkata, “Aku sudah telepon Kevin. Dia bantu urus semua kebutuhan pemakaman.”Anya menggigit bibir. “Makasih, Rio...”Suara Anya nyaris tak terdengar. Ia lalu mengusap matanya yang mulai berkaca lagi.“Kalau kamu mau ke rumah sakit lagi, aku bisa antar,” kata Rio, datar tapi tidak dingin.“Aku... aku cuma takut, Rio. Rasanya belum siap...” Anya menunduk. “Aku bahkan belum percaya kalau Ibu beneran pergi...”Rio diam beberapa saat, menatap Anya tanpa mengganggu. “Nggak ada orang yang benar-b

  • Dari Hutang Jadi Cinta   22

    BAB 22Suara detak mesin di ruang ICU terdengar pelan tapi menusuk. Anya duduk di kursi plastik, matanya sembab karena kurang tidur. Tangannya tak lepas menggenggam tangan Bu Sari yang masih belum sadarkan diri."Kamu sudah makan?" tanya Rio tanpa menoleh.Anya menggeleng pelan. "Nggak lapar.""Tubuh kamu juga butuh dijaga, Anya. Ibu kamu butuh kamu kuat." Nada Rio tetap datar, tapi ada ketegasan yang menenangkan.Anya memejamkan mata sejenak, lalu berkata lirih, "Aku takut, Rio. Takut kehilangan Ibu...""Dia masih bertahan. Itu artinya dia belum menyerah," kata Rio pelan. Anya masih menunduk, bahunya gemetar menahan tangis. Rio tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya kaku, namun matanya menyipit sedikit menatap pantulan bayangan Anya di jendela kaca.“Jangan takut duluan sebelum waktunya,” katanya akhirnya.Anya mengangkat kepala. “Gimana caranya nggak takut, Rio? Ibu udah kayak gini... aku nggak tahu harus ngapain kalau...”“Kalau apa?” potong Rio tajam. “Kalau dia pergi?”Anya terdia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status